2.8. Parameter Kualitas Air
2.8.1. Parameter Fisik
a. Cahaya Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan terdiri atas
cahaya yang langsung direct berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan diffuse oleh awan yang sebenarnya juga berasal dari cahaya matahari. Cahaya
yang mencapai permukaan perairan tersebut sebagian diserap dan sebagian direfleksikan kembali. Pada perairan alami sekitar 53 cahaya yang masuk
mengalami transformasi menjadi panas dan akan mulai menghilang pada kedalaman 1 meter Effendi, 2003.
b. Temperatur Pengukuran temperatut air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini
karena kelarutan zat-zat di dalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur mempunyai
pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen dalam air. Apabila temperatur naik maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun. Peningkatan temperatur mengakibatkan
peningkatan reaksi kimia, evaporasi, meningkatkan aktifitas metabolisme organisme akuatik, sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen. Effendi, 2003.
c. Padatan Total, Terlarut,dan Tersuspensi
Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan peringanan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan
total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagai
Universitas Sumatera Utara
bikarbaonat yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi mejadi karbondioksida, sehigga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang
pada saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total. Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti ditunjukkan
dalam Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Padatan di Perairan berdasarkan Ukuran Diameter
Effendi, 2003
Klasifikasi Padatan Ukuran Diameter µm
Ukuran Diameter mm Padatan terlarut
Koloid Padatan tersuspesi
10 10
-3 -3
1 – 1
10 10
-6 -6
-10 10
-3 -3
2.8.2. Parameter Kimia
a. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi atau Biochemical Oxygen Demand BOD Dekomposisi bahan organik pada dasarnya terjadi melalui dua tahap. Pada
tahap pertama bahan organik diuraikan menjadi bahan anorganik. Pada tahap kedua bahan organik yang tidak stabil mengalami oksidasi menjadi bahan organik yang
lebih stabil. Pada penentuan nilai BOD hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan organik dianggap sebagai penganggu. Secara
tidak langsung BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Dengan kata lain BOD adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang
diinkubasi pada suhu sekitar 20 C dalam keadaan tanpa cahaya Effendi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BOD
5
adalah petunjuk tingkat pencemaran zat organik di suatu perairan dan dapat mempengaruhi lingkungan perairan seperti kandungan oksigen terlarut dalam
air sampai batas yang mempengaruhi organisme air. Perairan dengan nilai BOD
5
tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik dapat distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem
oksidasi aerobik dan aneorobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut diperairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi
perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik Lee dan Laksono, 1978. Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD
5
Tabel 2. Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD dapat dilihat
pada Tabel 2.
No
5
Nilai BOD
5
Status Kualitas Air ppm
1 2
Tidak tercemar 2
3,0 – 5,0 Tercemar
3 5,1 – 14,9
Tercemar 4
15 Tercemar
b. Kandungan Oksigen Terlarut
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar
tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan organik dan non organik yang berasal dari berbagai sumber seperti kotoran, sampah organik, sampah anorganik, bahan-bahan
bangunan dari industri dan rumah tangga. Berdasarkan kandungan oksigen terlarutnya suatu perairan dapat ditentukan status kualitas airnya, dengan
membandingkan hasil yang didapat dengan Tabel 3 berikut ini;
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kandungan Oksigen Terlarut
No Nilai Oksigen Terlarut
Status Kualitas Air
1 6,5
Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 2
4,5 – 6,4 Tercemar ringan
3 2,0 – 4,4
Tercemar ringan 4
2,0 Tercemar berat
c. Kebutuhan Oksigen Kimiawi atau Chemical Oxygen Demand COD
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar untuk dioksidasi menjadi CO
2
atau H
2
d. Nitrat NO O. Pengukuran
COD akan sangat cocok dilakukan pada perairan yang memiliki bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya selulosa, tanin, lignin, fenol,
polisakarida dan sebagainya Effendi, 2003.
3
Nitrat NO
3
adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini berasal dari oksidasi sempurna senyawa nitrogen diperairan. Sumber nitrat terbesar berasal dari udara, sekitar 80
dalam bentuk nitrogen bebas yang masuk melalui sistem fiksasi biologis dalam kondisi aerobik. Dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat
terjadi proses kebalikan dan nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrit melalui nitrat menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lepas ke udara atau dapat juga
kembali membentuk amoniumamoniak melalui proses amonifikasi nitrat Effendi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
e. Fosfor Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa organik yang larut. Senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat di perairan ditunjukkan pada Tabel 4. Fosfor membentuk kompleks
dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh alga akuatik Effendi, 2003.
Tabel 4. Senyawa Fosfor Anorganik yang Biasa Terdapat di Perairan
Nama Senyawa Fosfor Rumus Kimia
Ortofosfat
1. Trinatrium fosfat Na
3
PO 2. Dinatrium fosfat
4
Na
2
HPO 3. Mononatrium fosfat
4
NaH
2
PO 4. Diamonium fosfat
4
NH
3 2
HPO
Polifosfat
4
1. Natrium heksametafosfat Na
3
PO
3
2. Natrium tripolifosfat
6
Na
5
P
3
O 3. Tetranatrium pirofosfat
10
Na
4
P
2
O
7
2.9. Gambaran Umum Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara