a b
c d
Gambar 4. Aktivitas Pengerukan Pasir Di Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara a Alat berat yang digunakan untuk mengeruk pasir
b Sarana pengangkutan pasir skala besar c Sarana pengangkutan pasir skala kecil
d Tumpukan pasir yang dikeruk di badan Sungai Tanjung
4.2.2. Kualitas Air Secara Kimia.
Karakteristik kimia perairan alamiah sangat menentukan keberlangsungan
kehidupan biota air maupun kelayakan penggunaan air. Diantara karakteristik kimia perairan yang penting adalah oksigen terlarut, kejenuhan oksigen, BOD5, COD,
Nitrat, Phospat dan pH. Nilai rata-rata hasil analisa kualitas air Badan Sungai Tanjung dapat dilihat pada Tabel 7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Kualitas Air Badan Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara Secara Kimia PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Parameter Baku Mutu
Kelas I Hasil Analisis
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III
pH 6-9
7,4 7,10
7,33 Nitrat mgl
10 1,53
0,93 0,63
BOD
5
2 mgl
0,65 6,92
3,11 COD mgl
10 3,12
9,63 5,11
Phospat mgl 0,2
1,46 2,46
1,78 DO mgl
6 9,61
6,33 10,08
Hasil analisis parameter pH menunjukkan bahwa pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan Lokasi III, hal ini kemungkinan disebabkan karena di hulu
sungai terdapat aktivitas manusia seperti MCK, limbah domestik dari rumah penduduk, dll. pH air di Lokasi II lebih bersifat asam dibandingkan pada Lokasi I dan
III hal ini disebabkan terjadinya zat-zat terlarut yang bersifat asam mis : SiO
2
pH air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji Asdak, 1995. Umumnya perairan
dengan tingkat keasaman dan dan kebasaan tinggi sudah dapat dianggap tercemar Brooks et. al., 1989.
, phospat sewaktu diangkatnya pasir dari dasar sungai.
Hasil analisis parameter nitrat pada Lokasi I lebih tinggi daripada Lokasi II dan III. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada pengerukan pasir dapat terjadi
pelepasan nitrogen ke udara, sedangkan Hasil analisis parameter phospat pada Lokasi II lebih besar dibandingkan dengan Lokasi I dan Lokasi III, hal ini kemungkinan
disebabkan zat-zat yang terlarut didasar sungai akan melarut ketika terjadi pembongkaran pengangkatan pasir oleh alat-alat berat .
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis DO pada pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan Lokasi III, sedangkan hasil analisis BOD pada Lokasi II lebih tinggi dari pada Lokasi
I dan Lokasi III. BOD adalah angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang berada dalam suatu perairan. Semakin besar nilai angka indeks BOD suatu
perairan maka semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi Asdak, 1995. Pada Lokasi II areal pengerukan pasir memiliki tingkat nilai indeks BOD yang paling
tinggi, ini menyakatan bahwa Lokasi II memiliki tingkat pencemaran tertinggi dan diikuti oleh Lokasi III. Hal ini disebabkan kemungkinan karena pada Lokasi II areal
pengerukan pasir terjadi penambahan konsentrat pencemar ketika adanya proses pengerukan pasir.
Pengukuran BOD didasarkan pada kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, dalam arti kata hanya terhadap senyawa yang mudah
diuraikan secara biologi, seperti senyawa yang umum terdapat dalam limbah rumah tangga Barus, 2004.
Hasil analisis COD pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan III. Nilai COD yang melebihi kriteria yang dipersyaratkan terjadi kemungkinan
disebabkan oleh meningkatnya bahan organik akibat aktivitas penduduk di hulu sungai antara lain keberadaan kegiatan pengerukan pasir. Selain itu bahan organik
juga bersumber dari kegiatan pertanian penduduk dan limbah rumah tangga yang masuk ke badan air sungai. Pada musim kering biasanya akan terjadi peningkatan
konsentrasi bahan organik di dalam air sungai yang menyebabkan meningkatnya nilai COD.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Perbandingan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia di Badan Sungai