IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara
Sungai Tanjung terletak di Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara dan
berhulu di Pegunungan sekitar Kabupaten Simalungun, aliran Sungai Tanjung melewati Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Batubara sebelum bermuara di Selat
malaka. Pengamatan dilapangan pada daerah penelitian diperoleh bahwa, Luas area
pengerukan pasir dilakukan di Sungai Tanjung ± 12.000 m
2
dengan rata-rata produksi 680 m
3
setiap hari, banyak pekerja 52 orang dan pengerukan pasir dilakukan dengan menggunakan 2 buah alat berat. Pasir tersebut utamanya digunakan sebagai
bahan kontruksi bangunan yang di pasarkan ke kota Indrapura, Lima Puluh dan Kuala Tanjung, selain kegiatan pengerukan pasir, Sungai Tanjung juga dimanfaatkan
sebagai irigasi persawahan dan beberapa lokasi di Hulu Sungai dijumpai kerambah pemeliharaan ikan.
4.2. Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia di Bantaran Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara.
Berdasarkan hasil analisis kualitas air yang dilakukan dari tiga lokasi Lokasi I, badan air Sungai Tanjung sebelum pengerukan ; Lokasi II, badan air Sungai Tanjung
disekitar lokasi aktivitas pengerukan pasir : Lokasi III, badan air Sungai Tanjung setelah pengerukan pasir didapatkan hasil sebagaimana dijelaskan berikut :
40
Universitas Sumatera Utara
4.2.1. Kualitas Fisik
Dari hasil analisis kualitas fisika air sungai didapat sebagai berikut : Tabel 6. Kualitas Air Badan Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara Secara Fisik
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Parameter Baku Mutu
Kelas I Hasil Analisa
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III
Suhu °C Dev 3
27,53 27,67
27,9 TDS mgL
1000 37,33
34,85 41,33
TSS mgL 50
149,17 251,17
265,97 Intensitas Cahaya Cd
41.056,67 80.033,33
68.200 Penetrasi Cahaya
Tingkat Kekeruhan Ntu 24,27
15,77 23,70
Hasil analisis Suhu air pada Lokasi II dan Lokasi III lebih tinggi dari Lokasi I. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh pengerukan pasir di Badan Sungai
Tanjung. Kegiatan pengerukan pasir mengakibatkan hilangnya vegetasi tumbuhan yang merupakan pelindung badan perairan Gambar 3.
Gambar 3. Lokasi Pengerukan Pasir Di Sungai Tanjung Batu Bara Menurut Asdak 1995 kenaikan suhu suatu perairan umumnya disebabkan
oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang aliran tebing atau di sepanjang badan sungai. Dengan adanya penebangan atau pembukaan vegetasi di sepanjang tebing
Universitas Sumatera Utara
atau badan sungai mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus permukaan perairan dan meningkatkan suhu di dalam air. Suhu perairan
juga dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatik, terutama suhu di dalam perairan yang melebihi ambang batas.
Hasil analisis TDS pada Lokasi II dan Lokasi III lebih rendah daripada Lokasi I. Rendahnya TDS pada Lokasi II dan Lokasi III kemungkinan disebabkan
oleh kegiatan pengerukan pasir yang mengakibatkan terangkatnya senyawa-senyawa kimia anorgaik yang terdapat di dasar sungai tersebut bersama dengan pasir.
Hasil analisis TSS pada Lokasi I lebih rendah daripada Lokasi II dan Lokasi III, hal ini kemungkinan disebabkan pada Lokasi I dan II terdapat pengaruh kegiatan
pengerukan pasir yang mengakibatkan meningkatnya konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut.
Nilai TDS dan TSS peraian dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menurunnya intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
perairan. Hasil analisis intensitas cahaya pada Lokasi I lebih rendah daripada Lokasi II
dan Lokasi III. Rendahnya intesitas cahaya pada Lokasi I kemungkinan disebabkan masih banyak pohon-pohon pelindung disekitar pinggir sungai sehingga cahaya yang
datang sebahagian terhalangi oleh pohon-pohon tersebut, sedangkan hasil analisis penetrasi cahaya pada Lokasi II dan Lokasi III lebih rendah daripada Lokasi I, hal ini
kemungkinan disebabkan meningkatnya sedimen yang ada pada perairan akibat pengerukan pasir yang menghalangi cahaya masuk ke dasar sungai.
Universitas Sumatera Utara
Intensitas cahaya dan penetrasi cahaya pada areal tidak ada pengerukan pasir Lokasi I dan Lokasi III menunjukkan nilai intensitas cahaya lebih kecil tetapi nilai
penetrasi cahaya lebih besar dibandingkan dengan ada kegiatan pengerukan pasir Lokasi II .
Mahida 1993 menambahkan kekeruhan perairan dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang melayang di dalam air. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan
oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, pasir dan bahan- bahan organik terlarut.
Nyibaken 1992 menyatakan penentuan padatan atau kekeruhan air atau banyaknya intensitas cahaya sangat berguna dalam penentuan analisis penentuan
kualitas perairan. Banyaknya pembusukan bahan-bahan organik dan tingginya tingkat kekeruhan perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan.
Pengerukan pasir sekala besar di Badan Sungai Tanjung menyebabkan peningkatan suhu air dan menurunkan intensitas cahaya yang masuk atau
meningkatkan kekeruhan air. Peningkatan temperatur suhu air disebabkan penebangan vegetasi tumbuhan di sekitar badan sungai dan intensitas cahaya di
perairan dipengaruhi oleh masuknya suspensi pasir dan tanah liat ke dalam perairan akibat adanya pengerukan. Hal tersebut mengakibatkan penurunan kualitas perairan
dan mengancam kelangsungan kehidupan organisme akuatik baik hewan maupun tumbuhan akuatik. Selain itu juga dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen
terlarut didalam perairan. Gambar pengerukan pasir dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara
a b
c d
Gambar 4. Aktivitas Pengerukan Pasir Di Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara a Alat berat yang digunakan untuk mengeruk pasir
b Sarana pengangkutan pasir skala besar c Sarana pengangkutan pasir skala kecil
d Tumpukan pasir yang dikeruk di badan Sungai Tanjung
4.2.2. Kualitas Air Secara Kimia.
Karakteristik kimia perairan alamiah sangat menentukan keberlangsungan
kehidupan biota air maupun kelayakan penggunaan air. Diantara karakteristik kimia perairan yang penting adalah oksigen terlarut, kejenuhan oksigen, BOD5, COD,
Nitrat, Phospat dan pH. Nilai rata-rata hasil analisa kualitas air Badan Sungai Tanjung dapat dilihat pada Tabel 7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Kualitas Air Badan Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara Secara Kimia PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Parameter Baku Mutu
Kelas I Hasil Analisis
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III
pH 6-9
7,4 7,10
7,33 Nitrat mgl
10 1,53
0,93 0,63
BOD
5
2 mgl
0,65 6,92
3,11 COD mgl
10 3,12
9,63 5,11
Phospat mgl 0,2
1,46 2,46
1,78 DO mgl
6 9,61
6,33 10,08
Hasil analisis parameter pH menunjukkan bahwa pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan Lokasi III, hal ini kemungkinan disebabkan karena di hulu
sungai terdapat aktivitas manusia seperti MCK, limbah domestik dari rumah penduduk, dll. pH air di Lokasi II lebih bersifat asam dibandingkan pada Lokasi I dan
III hal ini disebabkan terjadinya zat-zat terlarut yang bersifat asam mis : SiO
2
pH air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji Asdak, 1995. Umumnya perairan
dengan tingkat keasaman dan dan kebasaan tinggi sudah dapat dianggap tercemar Brooks et. al., 1989.
, phospat sewaktu diangkatnya pasir dari dasar sungai.
Hasil analisis parameter nitrat pada Lokasi I lebih tinggi daripada Lokasi II dan III. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada pengerukan pasir dapat terjadi
pelepasan nitrogen ke udara, sedangkan Hasil analisis parameter phospat pada Lokasi II lebih besar dibandingkan dengan Lokasi I dan Lokasi III, hal ini kemungkinan
disebabkan zat-zat yang terlarut didasar sungai akan melarut ketika terjadi pembongkaran pengangkatan pasir oleh alat-alat berat .
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis DO pada pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan Lokasi III, sedangkan hasil analisis BOD pada Lokasi II lebih tinggi dari pada Lokasi
I dan Lokasi III. BOD adalah angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang berada dalam suatu perairan. Semakin besar nilai angka indeks BOD suatu
perairan maka semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi Asdak, 1995. Pada Lokasi II areal pengerukan pasir memiliki tingkat nilai indeks BOD yang paling
tinggi, ini menyakatan bahwa Lokasi II memiliki tingkat pencemaran tertinggi dan diikuti oleh Lokasi III. Hal ini disebabkan kemungkinan karena pada Lokasi II areal
pengerukan pasir terjadi penambahan konsentrat pencemar ketika adanya proses pengerukan pasir.
Pengukuran BOD didasarkan pada kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik, dalam arti kata hanya terhadap senyawa yang mudah
diuraikan secara biologi, seperti senyawa yang umum terdapat dalam limbah rumah tangga Barus, 2004.
Hasil analisis COD pada Lokasi I lebih tinggi dari pada Lokasi II dan III. Nilai COD yang melebihi kriteria yang dipersyaratkan terjadi kemungkinan
disebabkan oleh meningkatnya bahan organik akibat aktivitas penduduk di hulu sungai antara lain keberadaan kegiatan pengerukan pasir. Selain itu bahan organik
juga bersumber dari kegiatan pertanian penduduk dan limbah rumah tangga yang masuk ke badan air sungai. Pada musim kering biasanya akan terjadi peningkatan
konsentrasi bahan organik di dalam air sungai yang menyebabkan meningkatnya nilai COD.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Perbandingan Kualitas Air Secara Fisik dan Kimia di Badan Sungai
Tanjung Kabupaten Batu Bara.
Sampai saat ini belum ada ketentuan dari pemerintah setempat tentang
penggolongan air Sungai Tanjung berdasarkan peruntukannya sesuai ketentuan Baku Mutu air yang dipersyaratkan pada PP RI RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari hasil analisis Kualitas air pada Lokasi I, II dan III disebutkan bahwa sebagian besar parameter fisika dan kimia telah
memenuhi kriteria baku mutu kecuali beberapa parameter seperti : TSS dan Phospat yang telah melebihi kriteria yang dipersyaratkan.
Analisis perbedaan rata-rata kualitas air Sungai Tanjung pada tiga lokasi penelitian terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kualitas Air Badan Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara Secara Fisik Dan Kimia PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
Dan Pengendalian Pencemaran Air
Parameter Baku Mutu
Kelas I Hasil Analisa
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III
Temperatur Dev 3
C 27,53
27,67 27,9
TDS mgL 1000
37,33 34,85
41,33 TSS mgL
50 149,17
251,17 265,97
Intensitas Cahaya 41.056,67
80.033,33 68.200
Penetrasi Cahaya Tingkat Kekeruhan 24,27
15,77 23,70
pH 6-9
7,4 7,10
7,33 Nitrat mgL
10 1,53
0,93 0,63
BOD
5
2 mgL
0,65 6,92
3,11 COD mgL
10 3,12
9,63 5,11
Phospat mgL 0,2
1,46 2,46
1,78 DO mgL
6 9,61
6,33 10,08
Perbandingan kualitas air antara Lokasi I, Lokasi II dan Lokasi III terhadap Baku Mutu air sesuai PP RI No. 82 Tahun 2001 secara umum kualitas air pada Lokasi I lebih baik
dibandingkan pada Lokasi II dan III.
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Pengaruh Pengerukan Pasir terhadap kualitas perairan di Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut; 1.
Pengerukan pasir mempengaruhi kualitas fisik dan kualitas kimia di Perairan Sungai Tanjung kabupaten Batu Bara.
2. Pengerukan Pasir menurunkan kualitas fisik untuk parameter TDS
37,33mgL dan Penetrasi Cahaya 24,27 cm dan meningkatkan parameter Suhu 27,53
°C, TSS 149,17 mgL dan Intensitas Cahaya 41.056,67 Cd. 3.
Pengerukan pasir menurunkan kualitas kimia untuk parameter pH 7,4, Nitrat 1,53 mgL dan DO 9,61 mgL dan meningkatkan parameter BOD
5
0,65 mgL, COD 3,12 mgL, dan Phosphat 1,46 mgL
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pengerukan pasir terhadap kualitas perairan Sungai Tanjung Kabupaten Batu Bara dari aspek Biologi
dan Sosial sehingga dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan Sungai Tanjung
Universitas Sumatera Utara