II.2 Bahan Campuran Beraspal
Di dalam Manual Campuran Beraspal Panas[13], campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai
pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan.
II.2.1 Agregat
Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk didalamnya antara lain kerikil alam, agregat hasil pemecahan oleh stone crusher, abu batu dan pasir. Agregat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkerasan jalan, dimana agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90 - 95 dari berat total
campuran. 1. Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar untuk pengujian harus terdiri atas batu pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran nominal tunggal.
b. Fraksi agregat kasar dalam petunjuk ini adalah agregat yang tertahan diatas saringan No.8 2,38 mm.
c. Agregat kasar yang digunakan, dalam hal apapun tidak boleh menggunakan agregat kasar kotor dan berdebu serta jumlah bahan lolos ukuran 0,075 mm tidak
boleh lebih besar dari 1. d. Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau bahan-bahan
lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada tabel II.3 untuk spesifikasi tahun 2006 dan II.4 untuk spesifikasi 2010.
Universitas Sumatera Utara
Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling mengunci
interlocking dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar mempunyai peranan sebagai pengembang volume mortar, menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan
mortar terhadap kelelehan flow dan meningkatkan stabilitas. Tabel II.3 Ketentuan Agregat Kasar spesifikasi tahun 2006
Pengujian Standar
Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium dan magnesium sulfat SNI 03-3407-1994
Maks. 12
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991
Min. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991 Min. 95
Angularitas SNI 03-6877-2002
9590 Partikel pipih dan lonjong
ASTM D-4791 Maks. 10
Material lolos saringan 200 SNI 03-4142-1996
Maks. 1 Catatan :
9590 menunjukkan 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih
Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2006
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.4 Ketentuan Agregat Kasar spesifikasi tahun 2010
Pengujian Standar
Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat
SNI 3407:2008 Maks.12
Abrasi dengan mesin Los Angeles
Campuran AC bergradasi kasar
SNI 2417:2008 Maks. 30
Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya
Maks. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991 Min. 95
Angularitas kedalaman dari permukaan 10 cm
DoT‟s Pennsylvania
Test Method, PTM No.621
9590
1
Angularitas kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm
8075
1
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791
Perbandingan 1 :5 Maks. 10
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996
Maks. 1 Catatan :
9590 menunjukkan bahwa 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010
2. Agregat Halus a. Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu abu batu atau pasir alam
dengan ukuran lolos saringan No.8 2,38 mm. b. Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak
mengandung lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Batu Pecah halus
Universitas Sumatera Utara
harus dihasilkan dari batu yang memenuhi persyaratan spesifikasi 2006 dalam tabel II.5. sedangkan tabel II.6. menunjukkan persyaratan spesifikasi 2010.
Tabel II.5 Ketentuan Agregat Halus spesifikasi 2006 Pengujian
Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min. 50 Material lolos saringan no.200
SNI 03-4428-1997 Maks. 8
Angularitas SNI 03-6877-2002
Min. 45 Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2006
Tabel II.6 Ketentuan Agregat Halus spesifikasi 2010
Pengujian Standar
Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min 50 untuk SS, HRS dan AC bergradasi Halus
Min 70 untuk AC bergradasi kasar
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997
Maks. 8 Kadar Lempung
SNI 3423 : 2008 Maks 1
Angularitas kedalaman dari permukaan 10 cm
AASHTO TP-33 atau
ASTM C1252-93 Min. 45
Angularitas kedalaman dari permukaan
10 cm Min. 40
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010
Universitas Sumatera Utara
c. Penggunan pasir alam dibatasi dengan persetase maksimum ialah 15 dari berat total campuran.
3. Bahan Penggisi Filler untuk Campuran Aspal Filler adalah bahan penggisi rongga dalam campuran void in mix yang berbutir
Halus yang lolos saringan no.30 dan dimana persentase berat yang lolos saringan no.200 minimum 75. Adpun fungsi filler adalah:
a.
Untuk memodifikasi gradasi agregat halus, sehingga berat jenis agregat meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi ronggan akan
berkurang.
b.
Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan dan stabilitas.
c.
Mengisi rongga dan menambah bidang kontak antar butir agregat sehigga akan meningkatkan kekuatan campuran.
d.
Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan pengikat yang berkonsistensi tinggi sehingga mengikat butiran agregat secara bersama- sama
e.
Menguranggi rongga udara air void Adapun jenis dan sifat filler adalah:
a. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur limestone dust, kapur padam hydrated lime, semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi
Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki.
b.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan.
c.
Pada spesifikasi 2010, campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1 dan maksimum 2 dari berat total agregat. Sedangkan
pada spesifikasi 2006 tidak ada keharusan penambahan bahan penggisi.
Universitas Sumatera Utara
4. Gradasi Agregat Gabungan Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan
hal yang penting dalam menentukan karakteristik perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan karakteristik dalam
proses pelaksanaan di laboratorium maupun di lapangan AMP.[15] Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
a. Gradasi seragam uniform graded adalah agregat dengan ukuran yang hampir samasejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat
mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas
tinggi, stabilitas kurang, berat volume kecil. b. Gradasi rapat, merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
seimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik. Gradasi rapat akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase
jelek dan berat volume besar. c. Gradasi senjang gap graded, merupakan campuran yang tidak memenuhi 2
duakategori di atas. Aggregate bergradasi buruk yang umum digunakan untuk lapisan perkerasan lentur merupakan campuran dengan 1 fraksi hilang atau 1 fraksi sedikit.
Gradasi seperti ini juga disebut gradasi senjang. Gradasi senjang akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak antara kedua jenis di atas.
Pada spesifikasi umum Bina Marga edisi desember 2006, gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat, harus
memenuhi batas - batas dan harus berada di luar daerah larangan Restriction Zone yang
Universitas Sumatera Utara
di tunjukkan dalam Tabel II.7. Gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel II.7 dan terletak di luar Daerah
Larangan. Pada spesifikasi umum Bina Marga edisi november 2010, gradasi agregat
gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel II.8 Rancangan
dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel II.8. Namun pada spesifikasi 2010 tidak
ada lagi daerah larangan dan terdapat 2 dua jenis gradasi yakni kasar dan halus. Batasan gradasi kasar berada di bawah daerah larangan yang terdapat pada spesifikasi 2006
sedangkan gradasi halus berada di atas daerah larangan.
Tabel II.7 : Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal Spesifikasi 2006
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2006
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.8 : Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal Spesifikasi 2010
Ukuran Ayakan
mm
Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Latasir SS
Lataston HRS Laston AC
Gradasi Senjang
3
Gradasi Semi Senjang
2
Gradasi Halus Gradasi Kasar
1
Kelas A Kelas B
WC Base
WC Base
WC BC
Base WC
BC Base
37,5 100
100 25
100 90 - 100
100 90 - 100
19 100
100 100
100 100
100 100
90 - 100 73 - 90
100 90 - 100
73 - 90 12,5
90 - 100 90 - 100
87 - 100 90 - 100
90 - 100 74 - 90
61 - 79 90 - 100
71 - 90 55 - 76
9,5 90 - 100
75 – 85
65 - 90 55 - 88
55 - 70 72 - 90
64 – 82
47 - 67 72 - 90
58 – 80
45 - 66 4,75
54 - 69 47 - 64
39,5 - 50 43 - 63
37 - 56 28 - 39,5
2,36 75 - 100
50 – 72
3
35 - 55
3
50 – 62
32 - 44 39,1 - 53
34,6 - 49 30,8 - 37
28 - 39,1 23 - 34,6
19 - 26,8 1,18
31,6 - 40 28,3 - 38
24,1 - 28 19 - 25,6
15 - 22,3 12 - 18,1
0,600 35
– 60 15 - 35
20 – 45
15 - 35 23,1 - 30
20,7- 28 17,6 - 22
13 - 19,1 10 - 16,7
7 - 13,6 0,300
15 – 35
5 - 35 15,5 - 22
13,7- 20 11,4 - 16
9 - 15,5 7 - 13,7
5 - 11,4 0,150
9 - 15 4 - 13
4 - 10 6 - 13
5 – 11
4,5 - 9 0,075
10 - 15 8
– 13 6
– 10 2 - 9
6 – 10
4 - 8 4 - 10
4 - 8 3 - 6
4 - 10 4 - 8
3 - 7
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010
Gambar II.1 Batasan gradasi kasar spesifikasi 2010 dengan batasan gradasi spesifikasi 2006
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0,01 0,1
1 10
P ercen
t L
o lo
s
Sieve size mm Batasan gradasi sesuai spesifikasi 2006 dan 2010
spec max 2010 Fuller
Daerah larangan Spec Max 2006
Spec Min 2006 spec min 2010
Batas Min
Fuller curve batas maks 2010
Fuller line
200 100
1 34
12 38
4 8
1 3
50
Batas Min batas maks 2006
Universitas Sumatera Utara
Gambar II.2 Batasan gradasi halus spesifikasi 2010 dengan batasan gradasi spesifikasi 2006
II.2.2 Aspal