Gsb = Berat jenis bulk agregat, grcc Gse =Berat jenis efektif agregat, grcc
Gb =Berat jenis aspal, grcc
f. Kadar Aspal Efektif
Kadar aspal efektif Pbe campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti permukaan
agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan kinerja perkerasan beraspal. Rumus Kadar aspal efektif adalah :
Ps Pba
Pb Pbe
100
………………………………..2.13
Dengan pengertian : Pbe
= Kadar aspal efektif, persen total campuran, Pb
= Kadar aspal, persen total campuran, Pba
= Penyerapan aspal, persen total agregat, Ps
=Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,
II.6 Review Spesifikasi Bina Marga tahun 2006 dan 2010
II.6.1 Agregat
Pada pengujian baik agregat kasar maupun halus dan gradasi , ada beberapa perbedaan batasaan pada spesifikasi umum Bina Marga 2006 terhadap spesifikasi umum Bina Marga 2010
gardasi kasar maupun halus. Hal ini di tunjukkan pada tabel II.11 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.11 Review perbedaan spesifikasi agergat
Pengujian Spesifikasi 2006
Speifikasi 2010 Gradasi Halus
Spesifikasi 2010 Gradasi Kasar
Los Angeles Nilai Setara Pasir
Bahan pengisi Filler
Gradasi Maks 40
Min 50 Tidak ada keharusan
penambahan Adanya daerah
larangan dan kurva fuller
Maks 40 Min 50
Harus di tambahkan 1 - 2
Tidak ada daerah larangan, namun
batasan gradasi berada di atas
daerah larangan Maks 30
Min 70 Harus di tambahkan
1 - 2 Tidak ada daerah
larangan, namun batasan gradasi
berada di bawah daerah larangan
II.6.2 Aspal
Pada pengujian aspal pen 60 terdapat beberapa pengujian yang memiliki perbedaan batasan antara spesifikasi 2006 dan 2010, yang di tunjukkan pada tabel II.12 berikut.
Tabel II.12 Review perbedaan spesifikasi aspal
Pengujian Spesifikasi 2006
Spesifikasi 2010
Penetrasi pada 25°C dmm Titik nyala °C
60-79 min 200
60-70
≥ 232
Universitas Sumatera Utara
Titik lembek °C Perhitungan Indeks Penetrasi
viskositas 135 °C Penambahan bahan aditif anti
pengelupasan 48-58
Tidak ada Tidak ada
Tidak diharuskan
≥ 48 Ada
Ada dengan nilai 385 cSt
Harus ditambahkan
dengan rentang 0.2 - 0.3 terhadap berat
aspal
Nilai Indeks Penetrasi, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : Indeks Penetrasi = 20-500A 50A+1
A = [log Penetrasi pada Temperatur Titik lembek - log penetrasi pada 25
C] titik lembek - 25C
II.6.3 Campuran Lapis Aspal Beton Laston
Pada hasil pengujian campuran lapis aspla beton laston terdapat beberapa perbedaan parameter yang ditunjukkan pada tabel II.13 berikut.
Tabel II.13 Review perbedaan spesifikasi lapis aspal beton
Pengujian Spesifikasi 2006
Spesifikasi 2010
Stabilitas Marshall Sisa Retained
Marshall Min 75
Min 90
Universitas Sumatera Utara
setelah perendaman 24 jam suhu 60 °C
Batasan Kadar Aspal Efektif
Menentukan kadar aspal awal
Tidak ada
Menggunakan rumus Pb¹
Gradasi Halus Min 5.1 Gradasi Kasar Min 4.3
Belum di
tentukan secara
jelas pada
spesifikasi²
¹ Rumus Pb sebagai berikut:
� = 0,035 + 0,045 � + 0,18 �� + �……………………….2.14
Dimana : Pb
= Kadar aspal optimum perkiraan CA
= Agregat kasar tertahan saringan No.8 FA = Agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan di saringan No.200
Filler = Agregat halus lolos sarinan No.200, tidak termasuk mineral asbuton K
= Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi.
² Belum ada petunjuk atau pedoman dalam penentuan kadar aspal awal. Namun secara
tersirat dengan diberikan batasan minimum Kadar Aspal Efektif diharapkan kadar aspal awal rencana memiliki nilai Kadar Aspal Efektif diatas batasan minimum yang diberikan. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
nilai Kadar Aspal Optimum yang dihasilkan memiliki nilai Kadar Aspal Efektif diatas batasan minimum yang di tetapkan. Penentuan Kadar aspal efektif menggunakan rumus 2.13.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Program Kerja
Program kerja yang dilaksanakan pada penelitian ini digambarkan dalam bagan alir yang ditunjukkan pada Gambar III.1.
Tidak
Ya Mulai
Studi literatur
Persiapan Aspal Persiapan Agregat
Aspal Pen 6070 Agregat Kasar
Agregat halus
Pemeriksaan Propertis Aspal
Berat jenis Penetrasi
Daktalitas TFOT
Kelarutan aspal Softening
Flash Point Viscositas
PengujianAgregat
Analisa saringan Los Angeles
Berat Jenis Soundness Test
Kelekatan agregat Pipih Lonjong
Angularitas Lolos no. 200
Setara Pasir
Memenuhi spesifikasi ?
A
Universitas Sumatera Utara
Pada pembuatan benda uji spesifikasi
2010 ditambahkan ASA sebanyak 0.3
dari berat kadar aspal
Gambar III.1 Diagram Alir Program Kerja A
Persiapan dan pembuatan benda uji AC-WC Aspal Pen 6070 spesifikasi 2006 dan 2010
Pengujian campuran dengan alat Marshall
KAO didapatkan
Persiapan dan pembuatan benda uji AC- WC Marshall sisa spesifikasi 2006 dan
2010
Pengujian campuran dengan alat Marshall
Hasil penelitian dan pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai Persentase
marshall sisa Pembuatan dan pengujian kepadatan membal refusal
2×400 pukulan spesifikasi 2006 dan 2010
Universitas Sumatera Utara
III.2 Uraian Tahapan Penelitian
Studi pendahuluan adalah dengan mengumpulkan referensi – referensi yang relevan yang
akan digunakan sebagai dasar dalam penelitian serta menentukan lokasi bahan dan tempat pengujian.
III.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan adalah penyiapan pengadaan bahan dan peralatan untuk pengujian, adapun bahan dan peralatan tersebut :
1. Material yang digunakan - Agregat kasar yang digunakan disarankan berupa batu pecah atau kerikil yang
keras, kering, awet, bersih dan bebas dari bahan organik, asam dan bahan lain yang mengganggu, sedangkan agregat halus yang digunakan pada umumnya
merupakan produk dari mesin pemecah batu stone crusher atau dari pasir alam. Dalam penelitian ini, agregat yang digunakan diperoleh dari lokasi quarry dari
PT. KARYA MURNI, Patumbak. - Untuk bahan aspal menggunakan Aspal ESSO Ex. EXXON MOBILE dengan
penetrasi 6070. - Untuk bahan aditif anti pengelupasan menggunakan aditif merk WETFIX.
- Untuk Penambahan filler sebanyak 2 menggunakan Semen Portland. 2. Peralatan yang diperlukan
a. Alat uji pemeriksaan aspal
Universitas Sumatera Utara
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain: alat uji penetrasi, alat uji titik lembek, alat uji titik nyala dan titik bakar, alat uji daktilitas, alat uji berat
jenis piknometer dan timbangan, alat uji kelarutan, dan TFOT. b. Alat uji pemeriksaan agregat
Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain mesin Los Angeles tes abrasi, saringan standar, alat pengering oven, timbangan berat, dan alat uji
angularitas c. Alat uji karakteristik campuran agregat aspal
Alat uji yang digunakan adalah seperangkat alat untuk metode Marshall
III.2.2 Pengujian Bahan III.2.2.1 Pengujian Material Agregat
Pengujian dimaksudkan untuk meneliti bahan yang akan dipakai dapat memenuhi persyaratan. Pengujian bahan meliputi aspal, agregat kasar, agregat halus. Pengujian
laboratorium yang dilakukan untuk agregat kasar dan agregat halus disajikan dalam Tabel III.1 dan III.2
Tabel III.1 Pengujian Untuk Agregat Kasar dan Agregat Halus spesifikasi 2006
No. Pengujian
Standar Nilai
Agregat Kasar 1
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991
Maks 40
2 Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991 Min. 95
3 Angularitas
SNI 03-6877-2002 9590
4 Partikel Pipih dan Lonjong
ASTM D4791 Maks 10
5 Material lolos saringan No.200
SNI 03-4142-1996 Maks 1
Agregat Halus
Universitas Sumatera Utara
1 Nilai Setara Pasir
SNI 03-4428-1997 Min 50
2 Material lolos saringan No.200
SNI 03-4142-1997 Maks 8
3 Angularitas
SNI 03-6877-2002 Min. 45
Sumber : Departemen PU 2006
Tabel III.2 Pengujian Untuk Agregat Kasar dan Agregat Halus spesifikasi 2010 gradasi kasar
No. Pengujian
Standar Nilai
Agregat Kasar 1
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 2417:2008
Maks 30
2 Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991 Min. 95
3 Angularitas
PTM no. 621 9590
4 Partikel Pipih dan Lonjong
ASTM D4791 Maks 10
5 Material lolos saringan No.200
SNI 03-4142-1996 Maks 1
Agregat Halus 1
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997
Min 70
2 Material lolos saringan No.200
SNI 03-4142-1997 Maks 8
3 Angularitas
ASTM C1252-93 Min. 45
Sumber: Departemen PU 2010 9590 menunjukkan 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih
dan 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5
III.2.2.2 Pengujian Material Aspal
Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal Pen 6070 produksi Aspal ESSO Ex. EXXON MOBILE . Jenis pengujian sifat-sifat teknis aspal Pen 6070 yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel III.3 dan III.4
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.3 Persyaratan Aspal Pen 6070 sesuai spesifikasi 2006 No.
Jenis Pengujian Metode
Persyaratan 1
Penetrasi, 25ºC, 100 gr, 5 detik: 0,1 mm SNI 06-2456-1991
60 – 79
2 Titik lembek : ºC
SNI 06-2434-1991 48
– 58 3
Titik nyala: ºC SNI 06-2433-1991
Min. 200 4
Daktalitas , 25ºC: cm SNI 06-2432-1991
Min. 100 5
Berat Jenis SNI 06-2441-1991
Min. 1,0 6
Kelarutan dalam Trichloro Ethylen: berat SNI 06-2438-1991
Min. 99 7
Penurunan Berat dengan TFOT: berat SNI 06-2440-1991
Max. 0,8 8
Penetrasi setelah penurunan berat: asli SNI 06-2456-1991
Min. 54 9
Daktalitas setelah penurunan berat: asli SNI 06-2432-1991
Min. 50 Sumber : Departemen PU 2006
Catatan : Penggunaan Pengujian spot test adalah pilihan. Apabila disyaratkan direksi dapat
menentukan pelarut yang akan digunakan.
Tabel III.4 Persyaratan Aspal Pen 6070 sesuai spesifikasi 2010 No.
Jenis Pengujian Metode
Persyaratan 1
Penetrasi, 25ºC, 100 gr, 5 detik: 0,1 mm SNI 06-2456-1991
60 – 70
2 Titik lembek : ºC
SNI 06-2434-1991 ≥48
3 Titik nyala: ºC
SNI 06-2433-1991 ≥ 200
4 Daktalitas , 25ºC: cm
SNI 06-2432-1991 ≥ 100
5 Berat Jenis
SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
6 Kelarutan dalam Trichloro Ethylen: berat
ASTM D5976 ≥ 99
Universitas Sumatera Utara
7 Penurunan Berat dengan TFOT: berat
SNI 06-2441-1991 ≤0,8
8 Penetrasi setelah penurunan berat: asli
SNI 06-2456-1991 ≥54
9 Daktalitas setelah penurunan berat: asli
SNI 06-2432-1991 ≥100
10 Viscositas 135°C cst
SNI 06-6441-2000 385
10 Indeks Penetrasi
- ≥-1
Sumber : Departemen PU 2010 Catatan: Adanya nilai indek penetrasi yang di dapat dengan menggunakan rumus:
Indeks Penetrasi = 20-500A 50+1
III.2.3 Pemilihan Gradasi Agregat
Distribusi variasi ukuran butiran agregat disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workability sifat mudah
dikerjakan dan stabilitas campuran. Gradasi agregat yang digunakan untuk perencanaan campuran adalah gradasi dari Laston
Lapis Aus AC-WC. Kurva gradasi untuk Beton Aspal Lapis Aus AC-WC yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 dua tipe gradasi agregat yaitu gradasi yang berdasarkan
spesifikasi umum Bina Marga 2006 yang di tunjukkan pada tabel III.5 dan spesifikasi umum Bina Marga 2010 gradasi kasar yang ditunjukkan pada tabel III.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.5 Gradasi yang disarankan spesifikasi 2006
Ukuran Saringan mm
Persyaratan Gradasi berat butir yang lolos Agregat
gabungan Fuller
Titik Kontrol Zona Terbatas
19 100
100 100
12,7 92,45
83,4 90
– 100
9,5 82,76
73,2 Maks. 90
4,76 56,16
53,6 -
2,38 35,10
39,1 28
– 58 39,1
– 39,1
1,19 22,7
28,6 -
25,6 – 31,6
0,600 16,71
21,1 -
19,1 – 23,1
0,300 11,65
15,5 -
15,5 – 15,5
0,150 7,23
11,3
0,075 5,19
8,3 4
– 10
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.6 Gradasi kasar berdasarkan spesifikasi 2010
Ukuran Saringan mm
Persyaratan Gradasi berat butir yang lolos Agregat
gabungan Batas Atas
Batas Bawah Titik Tengah
19 100
100 100
100
12,7 92.45
100 90
95 9,5
81.24 90
72 81
4,76 51.86
63 43
53 2,38
32.31 39.1
28 33.55
1,19 22.28
25.6 19
22.3 0,600
16.88 19.1
13 16.05
0,300 12.22
15.5 9
12.25 0,150
8.42 13
6 9.5
0,075 6.39
10 4
7
III.2.4. Penggabungan Gradasi Agregat Dengan Cara Coba-Coba Taksiran
Pencampuran dilakukan dengan proses trial and error coba-coba. Tahapan penggabungan Blending agregat dengan cara Coba-coba Taksiran adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
− Langkah pertama dari prosedur adalah meneliti data. Maksudnya adalah kita memerlukan analisa
gradasi untuk setiap material yang akan diblending. Juga batas gradasi dari spesifikasi yang harus dilihat dari bahan acuan yang ada. Spesifikasi untuk gradasi selalu memberikan batas atas dan bawah
dari persyaratan. Blending dari job mix harus masuk dalam kotak batas antara batas atas dan batas bawah.
− Langkah kedua adalah memilih nilai target untuk kombinasi agregat. Awal percobaan nilai target
yang diambil dapat batas tengah dari spesifikasi yang diberikan. Pada kenyataannya kita dapat memakai nilai lain bardasarkan pengalaman, jenis agregat dan problem yang ada.
− Langkah ketiga adalah membuat „taksiran logis‟ untuk proporsi setiap agregat dalam campuran.
Sebagai contoh jika dua agregat dicampur kita bisa menaksir Agregat 1 sebanyak 30 dan Agregat 2 sebanyak 70 . Kombinasi agregat adalah hasil campuran dengan proporsi tersebut.
− Langkah keempat adalah menghitung gradasi yang menghasilkan material dengan proporsi sesuai
taksiran logis di atas.
− Langkah terakhir adalah membandingkan hasil dari perhitungan dengan nilai target. Jika nilai
perhitungan blending mendekati nilai target berarti kita selesai memecahkan persoalan blending. Kita akan tahu berapa proporsi masing-masing material. Tapi bila hasilnya tidak mendekati atau malah
keluar dari nilai target, maka kita harus mengulang taksiran logis lainnya. Seyogyanya taksiran logis kedua harus mendekati target karena kita akan tahu dimana sebaiknya taksiran kedua dibuat,
berdasarkan hasil taksiran pertama. Mungkin taksiran akan dilakukan berkali-kali sampai betul-betul nilai target didekati se-dekat-dekatnya diperoleh combineblending aggregat yang paling baik.
Cara Coba-coba Taksiran ini dapat dilakukan juga untuk kombinasi 3 dan lebih agregat, hanya prosesnya menjadi lebih panjang identik dengan cara penggabungan dua agregat di atas.
Universitas Sumatera Utara
III.2.4 Pengujian Campuran Beraspal III.2.4.1 Pengujian Marshall
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan stabilitas terhadap kelelehan plastis flow dari campuran beraspal.
Pada pengujian alat Marshall, hal pertama yang dilakukan pada spesifikasi 2006 adalah menghitung perkiraan awal KAO Pb dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana : Pb
= Kadar aspal optimum perkiraan CA
= Agregat kasar tertahan saringan No.8 FA = Agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan di saringan No.200
Filler = Agregat halus lolos sarinan No.200, tidak termasuk mineral asbuton K
= Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi.
Dengan terlebih dahulu membulatkan nilai Pb sampai 0,5 terdekat, kemudian siapkan benda uji Marshall pada lima variasi kadar aspal masing-masing 2 dua benda uji, yaitu -1,0, -
0,5, Pb, +0,5, +1,0. Namun pada spesifikasi 2010 dapat diperkirakan kadar aspal optimum perkiraan dengan
memperhatikan nilai kadar aspal efektif pada persentase kadar aspal. Dengan mengunakan kadar aspal perkiraan yang memiliki nilai kadar aspal efektif diatas nilai minimum yang disyaratkan
spesifikasi.
Universitas Sumatera Utara
a. Persiapan campuran Pada pengujian dengan alat Marshall, dibuat tiga benda uji untuk lima variasi kadar aspal
terhadap berat total campuran. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ±1200gr sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm. panaskan panic pencampuran
beserta agregat dengan suhu ± 28ºC di atas suhu pencampur untuk aspal panas dan aduk sampai merata. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah sampai agregat terlapis merata.
b. Pemadatan benda uji Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk. Masukkan
seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali
di bagian dalam. Sewaktu melakukan pemadatan, peneliti tidak mencatat berapa suhu pemadatan.
Letakkan cetakan di atas landasan padat, dalam pemegang cetakan, lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali atau sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm,
selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada cetaka. Lepaskan keeping alat kemudian balikkan alat cetak berisi benda uji dan pasang kembali.
Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama. Sesudah pemadatan, lepaskan keeping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji.
Dengan hati-hati keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan rata yang halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
Universitas Sumatera Utara
c. Prosedur percobaan 1. Bersihakan benda uji dari kotoran-kotoran yang menepel
2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji 3. Ukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
4. Timbang benda uji 5. Rendam kira-kira 24 jam pada suhu ruang
6. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi 7. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh
8. Rendamlah benda uji dalam bak perendaman selama 30 menit sampai 40 menit pada suhu 60° C.Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun guide rod dan
permukaan dalam dari batang penekan test heads. Keluarkan benda uji dari bak perendaman dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen
atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. 9. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga
menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji agar berada pada angka nol.
Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai dan catat pembebanan maksimum
yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelahan sleeve pada saat pembebanan
maksimum tercapai dan catat nilai kelelahan yang ditunjukkan oleh jarum arloji.
Universitas Sumatera Utara
Setelah nilai stabilitas dan flow didapat, kemudian dihitung besarnya Hasil Bagi Marshall Marshall Quotient, Rongga diantara mineral agregat VMA, Rongga dalam campuran VIM
dan Rongga terisi aspal VFB. Selanjutnya digambarkan grafik hubungan antara kadar aspal dengan masing-masing parameter Marshall yang telah dihitung sebelumnya.
Selanjutnya adalah persiapan sampel untuk kondisi kepadatan mutlak, dengan membuat 3 tiga benda uji tambahan dengan KAO serta 2 dua kadar aspal terdekat yaitu -0,5 dan
+0,5. Benda uji kemudian dipadatkan dengan pemadat Marshall sebanyak 400 tumbukan untuk masing-masing bidang pada cetakan 102 mm 4 inch.
Dari pengujian ini didapatkan nilai VIM refusal atau . Selanjutnya dibuat grafik
hubungan antara dengan kadar aspal. Dengan melihat pada batas-batas yang disyaratkan
untuk semua parameter Marshall Stabilitas, Flow, MQ, VFB, VMA, VIM, dan ,
kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum KAO yang memenuhi semua kriteria campuran.
III.2.4.2 Uji Rendaman Marshall
Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan campuran terhadap pengaruh kerusakan oleh air. Air pada campuran beraspal dapat mengakibatkan berkurangnya daya lekat aspal
terhadap agregat sehingga dapat melemahkan ikatan antar agregat. Pengujian dilakukan dengan membuat 3 benda uji pada setiap persen aspal. Untuk
masing- masing 15 benda uji tersebut dilakukan perendaman dalam air dengan suhu 60 ºC selama 24 jam dan lakukan pengujian Marshall, pada campuran spesifikasi 2010 ditambahkan
bahan adiktif bahan anti pengelupasan pada aspal dengan persentase penambahan sebesar 0,3 dari berat aspal.
Universitas Sumatera Utara
Kehilangan stabilitas akibat perendaman di air diukur sebagai ketahanan terhadap pengaruh air. Perbandingan stabilitas pada benda uji yang direndam dengan yang standar disebut
Indeks Kekuatan Marshall Sisa Marshall Index of Retained Strength yang dinyatakan dalam persen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penyajian Data IV.1.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat