Bahan Aditif Anti Pengelupasan

No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen. 60-70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A 1 B C Asbuton yg diproses Elastomer Alam Latex Elastomer Sintetis Pengujian Residu hasil TFOT atau RTFOT : 10. Berat yang Hilang SNI 06-2441-1991 0.8 2 0.8 2 0.8 3 0.8 3 11. Penetrasi pada 25 C SNI 06-2456-1991 54 54 54 ≥54 12. Indeks Penetrasi 4 - -1,0 0,0 0,0 0,4 13. Keelastisan setelah Pengembalian AASHTO T 301-98 - - 45 60 14. Duktilitas pada 25 C cm SNI 062432-1991 100 50 50 - 15. Partikel yang lebih halus dari 150 micron m Min. 95 1 Min. 95 1 Min. 95 1  Pada spesifikasi 2010 adanya Nilai Indeks Penetrasi, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : Indeks Penetrasi = 20-500A 50A+1 A = [log Penetrasi pada Temperatur Titik lembek - log penetrasi pada 25 C] titik lembek - 25C Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010

II.2.3 Bahan Aditif Anti Pengelupasan

Kerentanan kelembapan adalah kecenderungan menuju pengelupasan campuran beraspal. Hilangnya integritas dari suatu campuran aspal melalui melemahnya ikatan antara agregat dan pengikat dikenal sebagai pengelupasan. Pengelupasan biasanya dimulai di bagian bawah lapisan campuran aspal, dan secara bertahap bergerak ke atas. Situasi itu adalah hilangnya bertahap kekuatan selama bertahun-tahun, yang menyebabkan banyak yang timbul di permukaan seperti alur, lipatan, gelombang, raveling, cracking, dll Roberts et al 1996.[16] Universitas Sumatera Utara Pengelupasan, atau kerusakan kelembaban, dalam perkerasan aspal adalah hilangnya adhesi antara agregat dan aspal pengikat. Hilangnya adhesi dapat menimbulkan beberapa jenis kerusakan perkerasan, seperti bergelombang, cracking, dan mendorong terjadinya lepasan butiran. Namun kehilangan adhesi dapat diatasi dengan bantuan bahan aditif anti pengelupasan, juga dikenal sebagai adhesi promotor dan agen pembasahan. Aditif anti pengelupasan, ketika ditambahkan ke aspal, menggantikan kelembaban di permukaan dari adhesi agregat dan menghasilkan ikatan di permukaan agregat.[11] Gambar II.5 Aditif Anti Pengelupasan mencegah pengelupasan di Hot Mix Anti-strip memiliki 2 dua fungsi utama yaitu bersifat aktif dan pasif. Aktif adhesi adalah perpindahan air di agregat selama tahap pencampuran awal konstruksi hotmix. Ketika agregat ditambahkan ke drum pengering, kelembaban dapat mencegah residu aspal dari lapisan Universitas Sumatera Utara agregat.Fungsi aktif ini antistriping sebagai pengubah tegangan permukaan dan memindahkan air dari permukaan agregat. Antistrips juga berkerja sebagai adhesi pasif yaitu pengatur penyimpanan air yang merembes antara agregat dan aspal setelah jalan telah dibangun. Dalam fungsinya, bahan anti pengelupasan bertindak sebagai prnghubung antara agregat dan aspal. Tanpa anti pengelupasa, air bisa merembes ke dalam agregat dan melepas ikatan aspal.[11] Bahan anti pengelupasan mungkin diperlukan jika desain campuran tertentu telah terbukti rentan terhadap kelembaban yang disebabkan kerusakan. Secara umum bahan anti pengelupasan yang paling sering digunakan terdiri dari anti-pengupasan cair dan aditif kapur.[17] Anti-stripping agent cair adalah senyawa kimia yang mengandung amina. Kebanyakan anti-stripping agen mengurangi tegangan permukaan antara aspal dan agregat dalam campuran [Tunnicliff dkk. 1984]. Ketika tegangan permukaan berkurang, adhesi meningkat dari aspal untuk agregat dipromosikan. Metode ekonomis pencampuran agen anti-stripping cair dengan aspal adalah dengan memanaskan aspal dalam keadaan cair. Namun, metode yang lebih sukses dari penambahan aditif cair adalah dengan menerapkan secara langsung untuk agregat sebelum penambahan pengikat [Kennedy, Roberts, Lee 1983]. kapur aditif adalah bahan yang digunakan untuk meminimalkan kerentanan kelembaban campuran. Secara umum adalah dengan menambahkan 1 sampai 1,5 berat kapur terhadap berat kering campuran agregat. Tiga bentuk kapur yang digunakan: kapur Ca OH 2, kapur cepat CaO, dan limau Dolomitic kedua jenis S dan N [Roberts et al. 1996]. Beberapa metode yang ada untuk menambahkan kapur untuk campuran. Kapur kering ditambahkan sebelum aspal semen. Georgia DOT menambahkan kapur kering segera sebelum semen aspal ditambahkan [Roberts et al. 1996].Mohammad, Abadie, Gokmen dan Puppala menemukan bahwa jika kapur ditambahkan sebagai mineral filler, deformasi permanen dan kelelahan daya tahan dapat Universitas Sumatera Utara ditingkatkan. Sehingga penambahan kapur meningkatkan kekuatan tarik campuran beraspal panas. [Bidang Evaluasi Teknik untuk Campuran Aspal dengan Kapur 1984] Menurut pengalaman, jenis anti-strip aditif yang paling umum digunakan adalah aminebased hidrokarbon, adapun jenis-jenisnya adalah seperti fatty tallow amine , polyamines berdasarkan bis-hexamethylene triamine BHMT dan amidoamines. Dibawah ini adalah penjelasan dari jenis anti striping agent.[11] a. Polyamines ialah senyawa dengan 2 atau lebih gugus fungsional amina. Memiliki 5 atau lebih kelompok fungsional per molekul, molekul besar bervariasi dalam ukuran. Banyak jenis poliamina, berbeda dalam jumlah, jenis amina fungsional kelompok, dan ukuran rantai hidrokarbon. Memiliki efektifitas yang tinggi dan rendah bau. Bis- hexamethylene triamine BHMT merupakan bagian poliamina, yang dihasilkan selama produksi nilon, merupakan anti striping yang banyak digunakan pada masa lalu, sangat efektif lebih rendah bau. b. Fatty tallow amina merupakan anti striping yang berasal dari pengolahan cadangan lemak hewan. Terdiri dari senyawa Tallow diamina dan tallow triamine. Pada masa lalu jenis anti striping ini , direkayasa untuk memiliki rantai panjang hidrokarbon. c. Amidoamines merupakan hasil poliamina bereaksi dengan asam lemak asam karboksilat dengan hidrokarbon ekor. Asam lemak yang berasal dari minyak alami minyak kelapa, minyak berat, minyak canola, dll. Menciptakan molekul yang jauh lebih besar dan secara substansial memperpanjang rantai hidrokarbon molekul amina. Dalam beberapa kasus amidomines memiliki kinerja yang sama atau lebih baik dari poliamina dan menghasilkan molekul yang lebih besar peningkatan stabilitas panas. Perbedaan Universitas Sumatera Utara rasio dan kombinasi dari poliamina dan asam lemak dalam berbagai kondisi dan reaksi menghasilkan amidoamines dengan berbagai karakteristik kinerja anti striping. Adapun keuntungan dari peambahan anti-stripping agents adalah Meningkatkan pelapisan aspal dengan agregat walau dalam keadaan basah, meningkatkan ikatan atau bonding dan anti penuaan, memperpanjang umur jalan 3-4 tahun. Namun kekurangannya ialah harga dari anti striping agent yang masih relative mahal. Pada spesifikasi edisi november 2010, Aditif kelekatan dan anti pengelupasan anti striping agent harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar dozing pump pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2 - 0,3 terhadap berat aspal. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Namun pada spesifikasi 2006 tidak di haruskan penambahan aditif anti pengelupasan. Bradley J. Putman dan SerjiN. Amirkhanian dalam penelitiannya mengenai penggunaan anti-strip aditif Asas dalam campuran aspal panas HMA yaitu Semua Asas ASA cair dan kapur padam dievaluasi, dalam penelitian ini didapat meningkatnya ketahanan terhadap kelembaban dibandingkan yang tidak mengandung campuran ASA. Semua Asas yang efektif dalam menghasilkan campuran dengan nilai basah ITS diatas nilai batas minimum SCDOT yaitu 65 psi. Agregat dan bahan pengikat berpengaruh pada efektivitas penambahan anti striping agent ASA.[16] Universitas Sumatera Utara C. Ivann Harnish dalam penelitiannya mengenai anti striping menyatakan anti-striping amina cair meningkatkan adhesi dalam HMA dan dalam emulsi anionik berbeda. Anti striping cair untuk emulsi anionik harus diperhatikan dengan baik, jangan menganggap efektifitas anti striping pada HMA bekerja baik dalam emulsi anionik.

II.3 Perencanaan Campuran Beraspal Panas