Pemilu Legislatif 2004 Kota Medan
Kesemuanya ini tidak hanya menjadi tugas KPU tetapi terutama menjadi tugas partai politik, para calon, pemerintah, media massa, LSM, dan organisasi
masyarakat dalam spirit kebersamaan untuk mewujudkan sistem pemilihan umum yang ideal untuk Indonesia.
2. 2. Pemilu Legislatif 2004 Kota Medan
Pada masa Orde Baru dan pada Pemilu 1999, pelaksanaan Pemilu hanya untuk memilih Wakil-Wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Legislatif
DPR,DPRD Provinsi, DPRD Kabupatenkota yang selanjutnya di dalam sidang MPR RI Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia akan menetapkan
dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden. Tidak demikian yang terjadi pada Pemilu 2004, sebagai konsekuensi normatif – yuridis terhadap amanah yang
dicantumkan dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum. Maka pelaksanaan Pemilu pada tahun 2004 dilaksanakan secara terpisah
antara Pemilu untuk memilih Wakil-Wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Legislatif dan Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.
58
Pemilu Legislatif 2004 yang dilaksanakan di Medan merupakan bagian dari Pemilu Legislatif yang dilakukan secara Nasional. Pemilu ini menggunakan
sistem proporsional daftar terbuka. Seperti yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya mengenai perspektif teoritis pemilihan umum, dengan menggunakan
sistem pemilihan proporsional daftar terbuka pemilih tidak lagi seperti memilih kucing di dalam karung seperti layaknya sistem Pemilu yang diterapkan pada
58
Lembaran Negara, Undang-undang No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum, lihat situsResmi Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
www. Depkeh -ham.go.id. akses pada tanggal 10 september 2007.
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan Orde Baru. Pada Pemilu kali ini, pemilih langsung mencoblos nama calon Wakil rakyat yang dikehendakinya yang berasal dari partai yang ia percayai.
Secara Nasional partai politik yang berhasil lolos untuk bertarung dalam Pemilu Legislatif 2004 berjumlah 24 partai politik. Padahal sebelum ditetapkan
hanya 24 partai politik yang ikut bertanding secara Nasional pada Pemilu Legislatif 2004, terdapat lebih dari 225 partai politik yang akan ikut berkompetisi
pada putaran Pemilu 2004. Namun Departemen Kehakiman dan HAM serta KPU hanya meloloskan 24 partai politik. Ke-24 partai politik inilah yang berhak dan
telah memenuhi segala ketentuanpersyaratan untuk menjadi peserta Pemilu. Pertarungan ke-24 partai politik untuk memperebutkan kursi legislatif di
Kota Medan di menangkan oleh Partai Keadilan Sejahtera dengan perolehan 161,790 suara, dengan demikian PKS berhasil mendudukkan 9 orang kadernya
untuk duduk dalam kursi legislatif DPRD Kota Medan untuk masa 2004 – 2009. kemudian disusul dengan Golongan Karya yang memperoleh 123,744 suara,
kemudian diikuti oleh Partai Demokrat diperingkat ketiga dengan 112,224 suara, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI P pimpinan Megawati Soekarno
Putri di peringkat ke-4 dengan perolehan 106,464 suara, selanjutnya Partai Amanat Nasional PAN yang dibentuk oleh Amin Rais memperoleh 101,376,
Partai Persatuan Pembangunan PPP dengan 65,856 suara, Partai Kebangkitan Bangsa PKB 7,200 suara dan sisa suara yang tersebar 281,376 suara.
Tabel 2.1. Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 di Kota Medan
no partai politik
jumlah suara
1 Partai Keadilan Sejahtera PKS
161,760 2
Partai Golongan Karya Golkar 123,744
3 Partai Demokrat
112,224
Universitas Sumatera Utara
4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI
P 106,464
5 Partai Amanat Nasional PAN
101,376 6
Partai Persatuan Pembangunan PPP 65,856
7 Partai Kesatuan Bangsa PKB
7,200 8
Lain-lain 281,376
Sumber: Diolah dari Pengumuman Komisi Pemilihan Umum KPU Kota Medan
Pelaksanaan pemilu legislatif 2004 di Medan berlandaskan pada payung hukum UU No. 12 tahun 2003 dan Peraturan Pemeritah PP Republik Indonesia
tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Untuk mekanisme Pemberian Kursi atau Penentuan Calon Terpilih seperti yang telah dijabarkan di atas bahwa UU No.12 Tahun 2003 mengadopsi sistem
proporsional dengan daftar calon terbuka. Sistem proporsional merujuk pada formula pembagian kursi danatau penentuan calon terpilih, yaitu setiap partai
politik peserta Pemilu mendapatkan kursi proporsional dengan jumlah suara sah yang diperolehnya. Penerapan formula proporsional dimulai dengan menghitung
Bilangan Pembagi Pemilih BPP, yaitu jumlah keseluruhan suara sah yang diperoleh seluruh partai politik peserta Pemilu pada suatu daerah pemilihan dibagi
dengan jumlah kursi yang diperebutkan pada daerah pemilihan tersebut.
Meskipun demikian sesungguhnya UU No.12 tahun 2003 tidak sepenuhnya mengadopsi daftar calon terbuka. Seperti alasan-alasan yang
dikemukakan di atas yakni; Pertama, Partai politik peserta Pemilu mengajukan daftar calon dengan nomor urut kepada KPU Pasal 67 ayat 3. Partai Politik
Peserta Pemilu menyusun daftar calon dengan nomor urut ini berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
seleksi secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal partai politik. Karena itu dari segi pencalonan, UU No.12 Tahun 2003 mengadopsi
sistem daftar calon tertutup. Pemikiran yang mendasari mekanisme seperti ini adalah a Pasal 22E UUD 1945 yang menyatakan bahwa peserta pemilihan
anggota DPR dan DPRD adalah partai politik, dan yang mengajukan calon anggota DPR dan DPRD adalah Partai Politik Peserta Pemilu, dan b partai
politik berperan mempersiapkan kaderisasi dan rekruitmen kepemimpinan politik. Kedua, pemilih memberikan suaranya dengan mencoblos satu tanda gambar partai
politik peserta pemilihan umum dan satu calon dari daftar yang diajukan oleh partai politik tersebut. Apabila hanya tanda gambar partai politik saja yang yang
dicoblos, maka suara pemilih seperti ini dikategorikan sah. Akan tetapi apabila calon saja yang dicoblos, maka suara pemilih seperti ini dinyatakan tidak sah.
Ketentuan seperti ini menunjukkan UU No. 12 Tahun 2003 pada satu pihak mengadopsi sistem daftar terbuka karena pemilih dapat memberikan suara kepada
satu calon. Akan tetapi pada pihak lain, UU ini lebih mengadopsi sistem daftar tertutup karena hanya memberikan suara kepada partai saja sudah dianggap sah.
Dan ketiga, formula atau tata cara penentuan calon terpilih yang diadopsi UU ini pada satu pihak mengandung unsur daftar calon terbuka karena calon yang
mencapai jumlah suara sama atau lebih besar daripada BPP langsung dinyatakan terpilih walaupun dalam daftar calon menempati urutan terakhir. Akan tetapi pada
pihak lain UU ini juga mengandung unsur daftar calon tertutup karena para calon yang tidak mencapai jumlah suara BPP belum tentu terpilih walaupun mencapai
jumlah suara yang cukup besar. Apabila suatu partai politik memperoleh tiga kursi sedangkan calon yang mencapai jumlah suara sama atau lebih besar BPP hanya
Universitas Sumatera Utara
seorang calon saja, maka dua kursi lainnya akan diberikan kepada calon menurut nomor urut dalam daftar calon. Seorang calon yang mencapai jumlah suara
325.000 tetapi dibawah BPP 350.000 belum tentu terpilih karena calon tersebut berada dalam urutan terakhir dalam daftar calon.
59
Tahun 1998 2.3. Gambaran Tentang Partai Keadilan Sejahtera PKS
Partai Keadilan Sejahtera yang populer dikenal dengan nama PKS adalah salah satu partai yang lahir sebagai buah dari reformasi. Partai ini merupakan
penerus perjuangan dari Partai Keadilan yang pada Pemilu 1999 tidak mampu melampaui electoral treshold ET. Meskipun tergolong masih baru dan kader-
kader serta pengurus partainya masih dapat dikatakan dalam kategori usia muda, tetapi partai ini dapat membuktikan dirinya mampu bersaing dalam Pemilu 1999
dan bertarung dengan partai-partai lama. PKS dideklarasikan pada tanggal 20 April 2002 deklarasi partai lihat pada lampiran 1. Dengan berdirinya PKS maka
partai Keadilan secara otomatis bubar. PKS merupakan penerus perjuangan Partai Keadilan karena memiliki cita-cita dan orientasi yang sama.
Untuk mengetahui sekilas sejarah PKS-Sejahtera, penulis akan paparkan secara singkat di bawah ini seperti yang penulis kutip pada situs resmi PKS:
Tabel 2.2 Sejarah Singkat Partai Keadilan Sejahtera
20 Juli 1998 Partai Keadilan PKS didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan dalam
konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. 9 Agustus 1998
Deklarasi PKS di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dihadiri oleh 50.000 massa.
19 September 1998
PKS menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PKS Dr Ir Nurmahmudi Ismail dalam pidato
59
Ramlan Surbakti, Ibid, hal. 9-10
Universitas Sumatera Utara
politik peresmian DPW PKS DIY. 3-6 Desember
1998 Musyawarah Kerja Nasional I digelar di Kampung Wisata Insan Krida
KWIK, Parung, Bogor, dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.
Tahun 1999 19 Februari 1999
KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari Partai Keadilan.
30 Mei 1999 Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan
menyepakati penggabungan sisa suara stembus accord hasil Pemilu 1999. Ke delapan partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan
Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905.
3 Juni 1999 Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka untuk
memutihkan Ibukota serta berkumpul di Bundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta.
2 Agustus 1999 Partai Keadilan PKS menandatangani hasil penghitungan suara Pemilu
dengan catatan Pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil jurdil. Keputusan ini diambil PKS dengan pertimbangan adanya reaksi positip
berupa pengakuan dari panitia Pengawas Pemilu Panwaslu bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil. Penandatanganan hasil Pemilu
dilakukan di kantor KPU, Senin sore 28.
20 Oktober 1999 PKS menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Hutbun dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid. 21 Oktober 1999
PKS menunjuk Dr Ir Nurmahmudi Ismail MSc sebagai calon menteri yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.
Tahun 2000 16 April 2000
Dr Ir Nurmahmudi Ismail mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan
Perkebunan.
18-21 Mei 2000 PKS menggelar Musyawarah Nasional I di hotel Bumiwiyata, Depok.
21 Mei 2000 Dr Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai Keadilan
menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Ismail dalam Musyawarah Nasional I PKS di hotel Bumiwiyata, Depok.
3 Agustus 2000 Delapan partai Islam PPP, PBB, PKS, Masyumi, PKSU, PNU, PUI, PSII
1905 menggelar acara Sarasehan dan Silaturahim Partai-partai Islam di masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen
UUD 1945.
12 Oktober 2000 DPP Partai Keadilan PKS menemui Wakil Ketua DPR RI Soetardjo
Soerjogoeritno di gedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang di dalamnya tidak hanya mengecam keras
Israel, tapi sekaligus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.
13 Oktober 2000 Puluhan ribu massa Partai Keadilan PKS yang berunjuk rasa di halaman
Gedung DPR. Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PKS membakar bendera Israel. PKS meminta agar RI konsisten dengan sikap
menyesalkan, menolak dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.
9 November 2000 Partai Keadilan menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan.
Ribuan massa Partai Keadilan PKS dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan
Universitas Sumatera Utara
Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tabligh akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, Minggu1911 pagi.
Tahun 2001 20 Januari 2001
PKS menggelar Silaturahim dan Halal Bihalal di Silang Monas, Jakarta. Dalam orasinya Presiden PKS Hidayat Nur Wahid menyatakan PKS
berlepas diri dari segala efek negatif pola dan produk kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman
Wahid.
2 Maret 2001 DPP PKS mengadakan bakti sosial di propinsi Banten yang terkena
musibah banjir dan tanah longsor. 8 Oktober 2001
Lebih dari 150 anggota Legislatif dari Partai Keadilan PKS dari seluruh Indonesia, Senin 810 mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jalan
Merdeka Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.
19 Oktober 2001 PKS gelar demo besar menentang agresi militer AS ke Afghanistan. Aksi
besar ini diikuti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk Komite
Indonesia untuk Solidaritas Afghanistan KISA yang diketuai oleh Dr Salim Segaf Al Djufri.
Tahun 2002 7 April 2002
PKS gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Israel atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PKS juga membentuk
Komite Keadilan untuk Pembebasan Al Aqsha KKPA yang diketuai oleh Dr Ahzami Zamiun Jazuli.
25 Mei 2002 PKS gelar acara Gerak Jalan Keluarga GJK menyambut Maulid Nabi
1423 H dari Silang Monas - MH Thamrin - Bundaran HI - Silang Monas. 8 Juni 2002
15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuan electoral threshold dua persen berdasar Undang-Undang UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999
sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar
semua parpol peserta Pemilu 1999 diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di
DPRDPRD. Partai yang terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan PKSP, yaitu Partai Keadilan PK, Partai
Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik
Demokrat, Partai Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai
Nasional Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai
Kebangkitan Umat.
Tahun 2003 9 Februari 2003
Ratusan ribu massa PKS berunjuk rasa menolak serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS.
20 Maret 2003 Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan
AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.
Universitas Sumatera Utara
30 Maret 2003 PK bersama Komite Indonesia untuk Solidaritas Rakyat Irak KISRA serta
seluruh elemen masyarakat menggelar aksi ‘Sejuta Umat dari Bunderan HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini merupakan aksi terbesar sepanjang
massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.
17 April 2003 Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di
Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PKS untuk bergabung dengan PKS.
20 April 2003 Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang dihadiri oleh 40.000
massa. 26 Mei 2003
PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh CCRA di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. CCRA
dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.
4 Juni 2003 DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkeh dan HAM. Verifikasi
dilakukan di kantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No. R-2, Jakarta.
5 Juni 2003 PKS selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif Partai
Keadilan di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor, yang diikuti oleh 180 anggota dewan dari seluruh Indonesia.
8 Juni 2003 PKS gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rakyat Aceh di halaman Masjid Agung
Al Azhar, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti oleh ribuan massa.
10 Juni 2003 PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung MPRDPR
Jl. Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung disahkannya RUU Sisdiknas oleh DPR RI.
2 Juli 2003 Partai Keadilan Sejahtera PK-Sejahtera telah menyelesaikan seluruh
proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM Depkeh dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah setingkat Propinsi dan Dewan
Pimpinan Daerah setingkat KabupatenKota. Ini berarti PK-Sejahtera telah melengkapi 100 persyaratan verifikasi Depkeh dan HAM.
3 Juli 2003 PK bergabung dengan PKS yang dilakukan di kantor pengacara Tri
Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para
kadernya.
20 Juli 2003 Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung di Ruang Binasentra,
Kompleks Bidakara, Jakarta, menetapkan delapan kriteria Calon Presiden Capres RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga mekanisme pemilihan
capres melalui Jaring Capres Emas.
22 Juli 2003 Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan
Umum Badan Urusan Logistik Bulog, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor dan dana
talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.
8 Agustus 2003 DPP PKS mencanangkan program Safari ‘Aam Intikhobi Tahun
Pemenangan Pemilu, yaitu program safari tokoh-tokoh partai ke berbagai daerah untuk mensosialisasikan dan mensukseskan Pemilu 2004. Acara
berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.
Sumber:Situs resmi Partai Keadilan Sejahtera http:www.PKSejahtera.org2006index.php?op=isiid=111
Universitas Sumatera Utara