Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pada Pemilu legislatif 2004 dilaksanakan pemilihan untuk memilih orang- orang yang dicalonkan oleh partai untuk duduk dalam kursi DPR-RI, DPRD-TK I,
DPRD TK II, dan DPD Dewan Perwakilan Daerah. Pemilu ini menggunakan sistem proporsional daftar terbuka. Pemilih tidak lagi seperti memilih kucing di
dalam karung seperti layaknya sistem Pemilu yang diterapkan pada pemerintahan Orde Baru. Pada Pemilu kali ini, pemilih langsung mencoblos nama calon Wakil
rakyat yang dikehendakinya yang berasal dari partai yang ia percayai. Partai politik yang berhasil lolos untuk bertarung dalam Pemilu legislatif
2004 berjumlah 24 partai politik. Sebelumnya terdapat lebih dari 225 partai politik yang akan ikut berkompetisi pada putaran Pemilu 2004. Namun Departemen
Kehakiman dan HAM serta KPU hanya meloloskan 24 partai politik. Ke-24 partai politik inilah yang berhak dan telah memenuhi segala ketentuanpersyaratan untuk
menjadi peserta Pemilu.
5.2. Sistem Kepartaian
Bentuk kepartaian dalam suatu negara dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah partai yang ada di negara tersebut. Hal ini menyangkut telah sistem
kepartaian berdasarkan atas tipologis numerik Numerical typology yang secara statis dan tradisional membagi sistem kepartaian menjadi sebagai berikut:
22
22
P. Antonius Sitepu, Op. Cit. hal. 92
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem Partai Tunggal Single Party System
Partai tunggal merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun untuk partai yang kedudukannya dominan diantara beberapa partai lainnya.
Pola partai tunggal terdapat di beberapa Negara seperti Afrika, Eropa Timur dan RRC. Suasana kepartaian non kompetitif karena partai-partai yang ada
harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing secara merdeka melawan partai itu. Negara yang paling berhasil
untuk meniadakan partai-partai lain ialah Uni Soviet. Oposisi dianggap sebagai penghianatan. Partai tunggal serta organisasi yang bernaung di
bawahnya berfungsi sebagai pembimbing dan penggerak masyarakat dan menekankan perpaduan dari kepentingan partai dan kepentingan rakyat secara
menyeluruh.
23
2. Sistem Partai Dwipartai Two Party Sistym
Konsep Dwi partai merupakan dua partai, atau adanya beberapa partai tetapi dengan peran dominan dari dua partai dalam suatu negara. Hanya
beberapa Negara yang memiliki sistem Dwipartai, antara lain Inggris dan Amerika Serikat.
Sistem, Dwi Partai umumnya diperkuat dengan digunakannya sistem pemilihan single-member constituency sistem distrik dimana dalam setiap
daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistem pemilihan ini mempunyai kecenderungan untuk menghambat pertumbuhan dan
23
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia: Jakarta, 2000, hal. 167-168
Universitas Sumatera Utara
perkembangan partai kecil, sehingga dengan demikian memperkokoh sistem dwi partai dimana saja.
24
3. Sistem Multi Partai Multi Party System
Pada masyarakat majemuk umumnya memiliki sistem multi partai. Dimana dalam suatu negara terdapat banyak perbedaan, seperti perbedaan agama,
suku, dan ras. Dengan kondisi seperti ini maka golongan-golongan dalam masyarakat akan lebih cederung untuk menyalurkan loyalitas mereka pada
organisasi yang sesuai dengan ikatan primordialnya dari pada bergabung dengan kelompok lainnya. Maka dari itu dianggap bahwa pola multi partai lebih mampu
menyalurkan keanekaragaman budaya dan politik dalam suatu masyarakat. Sistem seperti ini dapat ditemukan diantaranya pada Belanda, Prancis, dan Indonesia.
Dalam kaitannya dengan sistem pemilihan umum pola multi partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan perwakilan berimbang proportional
representational yang memberikan kesempatan luas kepada partai-partai politik untuk tumbuh berkembang berdasarkan golongan-golongan. Artinya, bahwa
kepada partai-partai kecil meraih keutungan pada saat adanya kelebihan suara oleh partai besar dari satu daerah pemilihan yang dapat dialihkan ke daerah
pemilihan lainnya guna menggenapi perolehan suara yang diperlukan untuk memenangi satu kursi di parlemen. Maka dengan perspektif seperti itu tampak
jelas adanya korelasi antara sistem kepartaian dan sistem pemilihan umum.
25
24
Ibid.,
25
P. Antonius Sitepu, Op cit., hal. 19-20
Universitas Sumatera Utara
5.3. Partai Politik