BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Akhir-akhir ini kita menyaksikan sebuah fenomena maraknya para aktivis dakwah terlibat dalam upaya mengembangkan bisnis secara mandiri sebagai lahan
penghidupan mereka. Tentu saja ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik dan patut kita syukuri, apabila hal tersebut dikembangkan di tengah-tengah
kondisi masyarakat yang tengah terpuruk di segala bidang kehidupan, termasuk ekonomi.
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki adalah melalui pintu berdagang Al-Hadits. Artinya, melalui jalan perdagangan ini lah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah
terpancar dari padanya. Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan QS 2:275, dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntutan
ajaran Islam. Salah satu pola bisnis yang saat ini sangat marak dilakukan adalah bisnis
dengan system Multi Level Marketing MLM. Pada dasarnya, berbisnis dengan metode ini boleh-boleh saja, karena hukum asal muamalah itu adalah al-abaahah
boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya. Meski demikian, bukan berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai perusahaan MLM pertama disepakati banyak orang, yaitu praktek yang dilakukan distributor produk Nutrilite di Amerika tahun 1930-an. Di
Indonesia, MLM masuk kurang lebih 15 tahun yang lalu, dimulai dengan produk yang berasal dari Amerika Serikat yaitu Amway, kemudian disusul CNI dan
perusahaan-perusahaan lain yang kini telah mencapai kurang lebih 100 perusahaan. Perusahaan yang bersistem MLM di bawah Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia APLI. MLM memiliki prospek yang bagus untuk berkembang di Indonesia. Hal ini membuat pengusaha-pengusaha luar negeri dan
dalam negeri menggunakan sistem pemasaran di Indonesia. Untuk itu perlu hati- hati dalam memilih perusahaan MLM. Sekadar
gambaran, ada beberapa ciri MLM yang baik antara lain : 1.
Uang pendaftaran tidak terlalu mahal 2.
Ada pelatihan yang teratur, baik yang dilakukan oleh kelompok maupun di bawah koordinasi perusahaan.
3. Perusahaannya jelas, perusahaan lokal atau cabang perusahaan dari luar
negeri 4.
Business Plan atau sering juga disebut dengan Marketing Plan yaitu rencana bisnis atau rencana pemasaran yang mengatur cara kerja,
perhitungan komisi dan persyaratan kenaikan posisinya jelas, realistis, transparan, tidak tertutup dan di ketahui oleh semua member.
Terdapat dua jenis Multi Level Marketing MLM yaitu MLM Konvensional dan MLM Syariah. Terdapat perbedaan pada pola pikir dasar, misi,
visi, tujuan, strategi, tingkah laku, sistem, dan semangatnya. Kita ketahui bahwa
Universitas Sumatera Utara
penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, sehingga menimbulkan permasalahan seperti :
1. Apakah produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan asing
menggunakan sistem MLM tersebut sudah sesuai dengan syariah seperti memiliki sertifikat halal dari segi bahan baku, proses pembuatannya
sampai produk dihasilkan? 2.
Apakah strategi pengembangan jaringan dan pemasarannya syariah menurut Islam?
3. Apakah MLM tersebut mengalokasikan pendapatannya dengan cara bagi
hasil keuntungan, zakat, infaq, dan shadaqah ? PT. Wahida Indonesia sebagai pengelola utama manajemen HPA
Indonesia dan pendistribusian produk-produk HPA di Indonesia PT. Wahida Indonesia merupakan sebuah perusahaan MLM Syariah dari Malaysia dengan
produk-produknya yang berfokus ke kesehatan atau obat-obatan alamiah. Sistemnya sendiri tidak jauh berbeda dengan MLM pada umumnya tetapi
kehalalan produk sangat diperhatikan termasuk kapsul pembungkus harus dari gelatin sapi halal, sedangkan pada umumya kapsul berasal dari gelatin babi karena
gelatin babi lebih murah. Jenjang kepangkatan naik dengan sistem yang lebih fair tidak menekan downline. Dan jika downlain lebih aktif daripada upline-nya maka
akan sangat mungkin ia akan naik pangkat melewati upline-nya. PT. Wahida Indonesia yang mengembangkan sistem syariah diharapkan
mampu bersaing dengan Multi Level Marketing Konvensial dan Syariah lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan PT. Wahida Indonesia yang semakin pesat diharapkan mampu memperbaiki perekonomian yang terpuruk akibat krisis moneter.
Mitra yang bergabung pada PT. Wahida Indonesia dibedakan atas : mitrapasok, mitrakarya, mitraniaga, dan mitrasalur. Dengan adanya perusahaan
ini, banyak jaringan mitraniaga dan mitrapasok yang sukses. Mitraniaga yang membangun jaringan yang kuat untuk melakukan kegiatan pemasaran ini dikenal
dengan sebutan mitrasalur. Mitrasalur Wahida Indonesia memperoleh 2 manfaat yaitu : manfaat
finansial dan manfaat non-finansial. Manfaat finansial ini merupakan pendapatan bagi mitrasalur. Insentif merupakan bagian dari manfaat finansial ini yang berarti
pendapatan bersih bagi mitrasalur. Insentif ini sangat beragam dan diberikan sesuai dengan peringkat mitrasalur. Besarnya manfaat finansial setiap MLM
berbeda-beda tergantung marketing plan yang diterapkan oleh MLM tersebut.. Manfaat non-finansial adalah dapat belajar pengetahuan tentang herba dan
bagaimana mendeteksi suatu penyakit dengan metode diagnosa denyut nadi, lidah syaraf tangan dan Iridologi mata. Dapat mengikuti pelatihan menjadi herbalis
dengan materi konsep perobatan jawi, psikologi perawatan, herbalogi, terapi bekam, kiropraksi, refleksi, Akupresure dengan biaya terjangkau dan bersertifikat.
Untuk mengetahui sejauh mana PT. Wahida Indonesia memberikan kontribusi bagi para mitrasalur, terutama dari segi manfaat finansial yaitu
pendapatan bersih insentif. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian :
“ Analisa Pendapatan Bersih PT. Wahida Indonesia Cabang Medan Bagi Mitrasalur ”.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah