Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan

(1)

AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG MEDAN

(1950-1980)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA: PINTHA PRIANA NIM : 020706005

Pembimbing,

Drs. Indera, M. Hum. NIP 131785644

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG MEDAN

(1950-1980)

Yang diajukan oleh: Nama: Pintha Priana NIM : 020706005

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Drs. Indera, M. Hum. tanggal 30 April 2008

NIP 131785644

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap, S.U. tanggal 5 Mei 2008 NIP 131284309

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG MEDAN

(1950-1980)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA: PINTHA PRIANA NIM : 020706005

Pembimbing

Drs. Indera, M. Hum. NIP 131785644

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U. NIP 131284309


(5)

Lembar pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada

Tanggal : 9 Mei 2008

Hari : Jumat

Fakultas Sastra USU Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D. NIP 132098531

Panitia Ujian:

NO. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Fitriaty Harahap, S.U. (………) 2. Dra. Nurhabsyah, M. Si. (………....) 3. Drs. Indera, M. Hum. (………)


(6)

PRAKATA

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat anugerah yang diberikanNya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditujukan sebagai pertanggungjawaban akhir dari seorang mahasiswa sejarah dengan merekonstruksi masa lampau yang masih memiliki pengaruh hingga saat ini bahkan hingga masa yang akan datang. Adalah menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh gelar Sarjana.

Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis menjadi sebuah skripsi, yang berjudul Aktivitas Palang Merah Indonesia

Cabang Medan (1950-1980). Dalam menyusun skripsi ini penulis mengumpulkan

berbagai sumber yang relevan. Disamping itu penulis melakukan wawancara dengan orang-orang yang mengetahui penelitian yang sedang dilakukan penulis. Saat melakukan penelitian ini, penulis mengakui mengalami banyak kendala, sehingga penelitian berjalan lebih lambat dari yang telah direncanakan. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu proses perolehan data, sebab pendokumenan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok sukarelawan Palang Merah Indonesia Cabang Medan sangat sedikit.

Untuk itulah penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, namun bagi penulis bukanlah sempurna yang menjadi utama melainkan proses menuju kearah kesempurnaanlah yang terpenting karena yang sempurna sesungguhnya hanyalah utopia. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya Mahasiswa Jurusan Sejarah.


(7)

ABSTRAK

Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan (1950-1980)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas Palang Merah Indonesia terutama Cabang Medan.Untuk mengetahui peranannya terhadap masyarakat Sumatera Utara, khususmya Masyarakat Medan.

Dalam memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode Penelitian Lapangan (Field Research). Dimana penulis melakukan wawancara serta di dukung dengan studi kepustakaan. Penelitian ini merekonstruksi masa lampau Palang Merah Indonesia Cabang Medan, yaitu aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang bersifat sukarelawan tanpa mengharapkan imbalan dari apa yang telah mereka sumbangkan kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian telah diperoleh data, bahwa Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan terdiri dari pelayanan sosial masyarakat. Aktivitas ini berupa pelayanan kesehatan, pemberian bantuan pada masyarakat, pelayanan transfusi darah dalam rangka memjenuhi kebutuhan akan darah, pe3mjbentukan jiwa sosial yang peduli pada sesama sejak anak-anak dan remaja. Palang Merah Indonesia Cabang Medan juga memberikan konstribusinya kepada masyarakat Medan terhadap sejumlah bencana alam yang terjadi di Sumatera Utara sejak tahun 1950. Aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan turunan dari kegiatan Palang Merah Nasional Indonesia (PMI). Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan organisasi kemanusiaan yang bersifat netral dan sebagai tenaga sukarelawan yang selalu siap siaga setiap saat.


(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan. Namun penulis merasa bersyukur karena masih dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya tercinta, S.H.Panggabean/T.br Gurning untuk doa dan cintanya yang begitu besar. Atas pengorbanan dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menikmati pendidikan.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, MA.Ph.D selaku Dekan FS, Pembantu Dekan beserta seluruh staf pegawai.

3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Sejarah serta Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si sebagai Sekretaris Departemen Sejarah yang membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Hj. Haswita selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala perhatiannya selama saya menjadi mahasiswa.

5. Bapak Drs. Indera, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas segala perhatian, kritik, saran dan pengarahannya selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Edi Siswanto selaku Kepala Markas PMI Cabang Medan dan semua informan, yang telah banyak memberi bantuan data selama penelitian.

7. Saudari dan saudara saya, Susi Mulyanti SS, Irma Juniartha S.Pd dan ito tercinta Goklas yang selalu memaksa saya untuk segera menyelesaikan kesarjanaan saya dan telah memberi semangat untuk tetap melangkah.


(9)

8. Untuk keluarga besar Panggabean ( Napitupulu, Zandroto, Silalahi, Pardede, Haloho, Simanungkalit) atas partisipasi serta bantuannya.

9. Untuk Mr. Roy B. N yang senantiasa berada disamping saya dalam keadaan senang atau pun sedih. Yang selalu menorehkan senyum serta yang menghentikan air mata saya.

10.Untuk keluarga dekat saya, Mr. Aji S. SE, Mr. Bungan S. S.Pd, Verawati N. dan teman-teman saya: Aprida, Halason serta seluruh stambuk 02 (Amin, Juleo, Erwin, Tiomsi, Tommy, Daru, Dedi, Bohal,dll)

11.Yang terutama kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih dan pencobaan yang diberikanNya untuk mendewasakan serta menjadikan hamba selalu mensyukuri hidup yang telah dikaruniakanNya.

Medan, Mei 2008 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

PRAKATA ………. i

ABSTRAK ……….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ..……….. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………. 7

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………... 8

1.4 Tinjauan Pustaka ……….. 9

1.5 Metode Penelitian ………. 11

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Sejarah Perkembangan Kota Medan ……… 13

2.2 Kondisi Geografis Kota Medan ……… 16

2.3 Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan …………. 18

2.4 Sistem Ekonomi Masyarakat Medan ……… 20

BAB III PERANAN GERAKAN PALANG MERAH 3.1 Hendry Dunant Sebagai Penggagas Red Cross ……… 23

3.2 Pembentukan Komite Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah ………..……… 28

3.3 Usaha Ratifikasi Konvensi Jenewa ……… 31

3.4 Pembentukan Palang Merah Nasional Indonesia …………. 35


(11)

BAB IV AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG MEDAN

4.1 Organisasi Sukarelawan Kemanusiaan ………. 42 4.2 Bulan Dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan …….. 44 4.3 Aktifitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Dalam

Pelayanan Kesehatan ………. 46 4.4 Pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) ………... 47 4.5 Organisasi Kemanusiaan Yang Netral ………... 50 4.6 Pelayanan Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia

Cabang Medan ………... 55 4.7 Aktifitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Untuk

Peristiwa Bencana Alam ………... 57

BAB V KESIMPULAN ……… 60

DAFTAR PUSTAKA DATRAR INFORMAN LAMPIRAN


(12)

ABSTRAK

Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan (1950-1980)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas Palang Merah Indonesia terutama Cabang Medan.Untuk mengetahui peranannya terhadap masyarakat Sumatera Utara, khususmya Masyarakat Medan.

Dalam memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode Penelitian Lapangan (Field Research). Dimana penulis melakukan wawancara serta di dukung dengan studi kepustakaan. Penelitian ini merekonstruksi masa lampau Palang Merah Indonesia Cabang Medan, yaitu aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang bersifat sukarelawan tanpa mengharapkan imbalan dari apa yang telah mereka sumbangkan kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian telah diperoleh data, bahwa Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan terdiri dari pelayanan sosial masyarakat. Aktivitas ini berupa pelayanan kesehatan, pemberian bantuan pada masyarakat, pelayanan transfusi darah dalam rangka memjenuhi kebutuhan akan darah, pe3mjbentukan jiwa sosial yang peduli pada sesama sejak anak-anak dan remaja. Palang Merah Indonesia Cabang Medan juga memberikan konstribusinya kepada masyarakat Medan terhadap sejumlah bencana alam yang terjadi di Sumatera Utara sejak tahun 1950. Aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan turunan dari kegiatan Palang Merah Nasional Indonesia (PMI). Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan organisasi kemanusiaan yang bersifat netral dan sebagai tenaga sukarelawan yang selalu siap siaga setiap saat.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah umat manusia pada awalnya adalah sejarah perang, sejarah penjajahan dan sejarah kekuasaan. Tindakan-tindakan kejam manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh naluri untuk mempertahankan diri atau mempertahankan kekuasaan kelompok baik dalam komunitas kecil maupun komunitas yang besar. Karena perbedaan paham dan pemikiran, sehingga timbul saling mencurigai serta menganggap orang lain ataupun kelompok yang lainnya membahayakan sehingga terjadilah yang dinamakan dengan perang.

Tindakan berperang adalah salah satu revolusi pada jaman-jaman terdahulu bagi kehidupan manusia, akibat dari perang pada dasarnya adalah sebuah kerugian besar. Sebab perang tidak pernah memberikan keuntungan kepada kedua pihak yang bertikai dan yang terjadi justru yang sebaliknya, yaitu luka-luka dan kematian. Kesepakatan mengenai perang dan bentuk perdamaian sangat jarang dilakukan oleh kelompok yang berperang. Perang terjadi seperti gejala alam yang tidak dapat dikontrol, sehingga korban yang diakibatkan sangat besar.1

Sebelum hadirnya Palang Merah Internasional oleh Henry Dunant, hanya ada dua kelompok yang terlibat dalam perang yaitu pihak yang bertikai, sedangkan kelompok penengah tidak dijumpai ataupun kelompok sukarelawan

1 Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949, Bandung: PT.


(14)

sebagai regu penyelamat bagi korban perang. Latar belakang ini juga adalah sebagai faktor yang mengakibatkan kematian dalam peperangan sangat besar.

Pengalaman Henry Dunant yang menjadikan dirinya sebagai salah satu pihak ketiga dalam perang yaitu sebagai sukarelawan terhadap korban-korban perang antara dua kubu yang berkonflik yaitu Austria melawan Perancis dan Italia di Solferino. Kegiatan Henry Dunant dicatat berupa sebuah laporan. Catatan yang dirangkum oleh Henry Dunant ternyata mengandung ketertarikan kepada rakyat banyak khususnya rakyat Swiss setelah mendengar publikasi dari kegiatannya.

Henry Dunant menjelaskan akibat-akibat perang hanya merugikan, dan sama-sekali tidak memberikan keuntungan, seperti perang Solferino yang menelan korban sebanyak 40.000 jiwa, diantaranya korban meninggal dunia dan luka-luka. Tindakan dari Henry Dunant bersama grupnya mendapat dukungan dari masyarakat, terlihat ketika Henry Dunant bersama Jenderal Guillame-Heri Dufour, dr. Luis Appia, dr. Theodore Maunoir dan Gustave Moynier membentuk Komite Lima sebagai organisasi bantuan perang. Tugas pokok dari Komite Lima berupa: membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cidera di medan perang dan mengadakan perjanjian Internasional guna melindungi prajurit yang cidera di medan perang.2

Gagasan Komite Lima akhirnya menjadi dasar pembentukan International

Commitee Of the Red Cross (ICRC) setelah konvensi Jenewa I yang menghasilkan dua keputusan pokok yaitu:pertama, tentara yang terluka harus diobati dan kedua

2 Ibnu Sutowo, Memperkenalkan Palang Merah Indonesia, Jakarta: Markas Besar PMI,

1993, hlm. 25


(15)

sebagai penghargaan terhadap negara Swiss maka lambang perlindungan menggunakan tanda palang merah diatas dasar Putih. Lambang ini akan dipakai seluruh Rumah Sakit, Ambulance dan para Petugas Medis di medan perang atau di tempat tertentu.3

Bentuk organisasi kepalangmerahan di Indonesia sudah lama direncanakan. Gerakan kepalangmerahan dimulai sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia dinamakan dengan Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI), yang berakhir ketika Jepang mengalahkan Belanda dari Indonesia.

Dalam Konvensi Jenewa membahas tentang tindak lanjut dari Konvensi

Den Haag, yaitu tentang perang, baik perang dengan senjata modern maupun

perang tradisional, terutama perang yang dilaksanakan di darat. Konvensi-Konvensi Jenewa mengutuk keras pertentangan dan perang yang selalu berakibat terhadap korban jiwa dan kerugian lainnya, seperti Perang Dunia II yang menelan korban paling besar dari segala perang yang pernah terjadi.

Hasil Konvensi Jenewa menjadi salah satu sumber tugas yang akan dilaksanakan oleh komite nasional Palang Merah di berbagai negara, seperti Palang Merah Indonesia. Gerakan Palang Merah Indonesia dinilai sangat positif terbentuk di Indonesia mengingat situasi Indonesia adalah salah satu kawasan yang rentan dengan bahaya bencana alam. Pertolongan berupa bantuan medis dan bentuk pertolongan fisik tanpa mengharapkan sebuah imbalan dan gaji sangat orientik dengan tingkatan kesejahteraan yang masih layak mendapatkan pertolongan medis secara gratis terutama saat penjajahan Belanda di Indonesia.


(16)

Jepang menilai bahwa bentukan barat pada dasarnya bertujuan untuk melakukan dominasi dalam semua bidang, sehingga organisasi kepalangmerahan pun ikut dibubarkan dari Indonesia.

Berakhirnya kekuasaan Jepang dari Indonesia setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki, menyusul penyerahan Jepang di Indonesia, segera disambung dengan perintah dari presiden Soekarno untuk suatu badan Palang Merah Nasional. Akhirnya perintah dari Presiden Soekarno dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan saat itu yaitu Dr. Buntaran. Dr Buntaran membentuk Komite Lima yang dipimpin oleh dr. Djuhana, dan anggotanya adalah dr. Marzuki., dan dr. Sitanata. Dengan waktu yang sangat singkat, Palang Merah segera terbentuk, yaitu tanggal 17 September 1945. Sebagai tugas pertama yang menjadi tanggungjawab dari Palang Merah Indonesia adalah merawat dan memberikan bantuan terhadap korban perang Kemerdekaan Indonesia, pengembalian tawanan Belanda maupun tawanan Jepang.

Pihak Internasional menilai gerakan Komite Lima (Gerakan Palang Merah) sangat netral dan bekerja sesuai dengan prinsip yang dimiliki oleh Palang Merah Internasional maka tahun 1950, Palang Merah Internasional memberikan pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia sebagai salah satu anggota Palang Merah Internasional. Pemerintah segera menyambut pengakuan Internasional dengan mengeluarkan Keputusan Presiden NO. 25 tahun 1950 mengenai pengesahan keberadaan Palang Merah Indonesia dan Keppres 246 tahun 1963 mengenai pemberian pertolongan dan bantuan kepada korban bencana, apa pun


(17)

sebabnya tanpa membedakan agama bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa .

Banyaknya jumlah korban yang diakibatkan oleh perang kemerdekaan di berbagai daerah, sangat mendukung pembukaan cabang Palang Merah diberbagai daerah. Sifat kerja Palang Merah yang sama sekali tidak mengharapkan imbalan ataupun gaji menjadikan organisasi ini sangat tepat dibuka di Medan. Palang Merah hadir di Medan bersamaan waktunya dengan kehadiran Palang Merah Indonesia (nasional), dan proses pengakuan terhadap Palang Merah Nasional, berarti sekaligus pengakuan terhadap Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Sejak resmi menjadi bagian dari Palang Merah Internasional, gerakan Palang Merah Indonesia di Medan memberikan pengabdian yang serius terhadap sejumlah korban-korban bencana alam, maupun penyakit menular lainnya. Prinsip kerja yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia secara umum, dan Palang Merah Indonesia Cabang Medan pada khususnya, antara lain :

1. Kemanusiaan: memberikan pertolongan tanpa membedakan korban yang

terluka saat pertempuran, mencegah dan mengobati penderitaan sesama manusia dan menanamkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama, dan perdamaian sesama manusia.

2. Kenetralan: gerakan Palang Merah tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan, pandangan politik. Tujuan semata-mata adalah mengurangi penderitaan manusia dan mendahulukan pekerjaan yang paling parah, kenetralan untuk mendapat pengakuan dari


(18)

semua pihak. Gerakan ini dilarang memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.

3. Kemandirian dalam membentuk perhimpunan nasional di samping

membantu pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, dan menaati peraturan negara, menjaga otonominya, sehingga berjalan dengan prinsip-prinsip kepalangmerahan.

4. Kesukarelaan dalam memberikan bantuan, suka rela tanpa mengharapkan keuntungan apapun. Kesatuan Palang Merah hanya satu dalam satu negara yang terbuka pada semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

5. Kesemestaan gerakan Palang Merah mempunyai tangung jawab yang

sama untuk menolong sesama.

Palang Merah Indonesia Cabang Medan membangun kegiatannya dengan menggabungkan prinsip kepalangmerahan dengan orientasi sosial. Kegiatan Palang Merah Indonesia Cabang Medan selalu aktif dalam mencari masalah-masalah kesehatan yang menekankan kehidupan sosial. Gerakan kepalangmerahan di Medan pada dasarnya mengarah kepada kegiatan medis, sedangkan kegiatan diplomatis seperti agen pembuat perjanjian perang atau tindakan yang sejenis tergolong jarang dilakukan.

Upaya peningkatan Palang Merah tergolong hal yang sulit dilakukan. Kegiatan Palang Merah hanyalah wujud sifat sukarela seorang anggota, ataupun donatur tanpa mengharapkan imbalan ataupun gaji. Sebagai anggota Palang Merah, mereka juga wajib siap dikirim ke daerah bencana ataupun konflik sesuai


(19)

dengan kesepakatan. Anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan juga diharuskan membayar iuran anggota untuk dijadikan sebagai dana operasi gerakan.

Apabila ditarik sebuah kesimpulan, secara materi bahwa menjadi anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan harus memberikan banyak sumbangan baik sumbangan materi maupun sumbangan tenaga, tetapi anggota Palang Merah Cabang Medan tetap bertambah setiap tahunnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji tentang ”Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang

Medan (1950-1980)”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah, rekonstruksi tentang bakti Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap korban bencana alam yang terjadi di Sumatera Utara. Kajian ini akan memakai sudut pandang Palang Merah Indonesia terhadap pertolongan yang sudah dilakukan saat bencana alam maupun bencana lain yang menelan korban jiwa. Poin-poin permasalahan yang diangkat antara lain :

1. Bagaimana peranan Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap korban bencana alam di Sumatera Utara?

2. Bagaimana peranan sosial Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap masyarakat di sekitarnya?


(20)

Batasan waktu dari penelitian ini mengangkat tahun 1950 sebagai batas awal dan tahun 1980 sebagai batas akhir. Tahun 1950 Palang Merah Indonesia, mendapat pengakuan pihak Palang Merah Internasional (International Commitee Of The Red Cross atau ICRC) sebagai anggota tetap dengan nomor urut 68. Penulis mengangkat tematis ini sebagai latar belakang 1950 sebagai awal penelitian. Sedangkan tahun 1980, Palang Merah Indonesia mendapat bidang kerja baru yaitu sebagai organisasi yang mengurus transfusi darah di Indonesia. Tematis ini menjadi latar belakang dari pengkatan tahun 1980 sebagai batas akhir.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Sejarah perjalanan organisasi ini adalah hal yang menarik diteliti terlebih Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang merupakan perpanjangan tangan Palang Merah Internasional untuk misi kemanusiaan tanpa mendapat imbalan dari pihak manapun. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peranan Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap korban bencana di Sumatera Utara.

2. Mengetahui peran sosial Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap masyarakat di sekitarnya.

3. Mengetahui proses pengembangan kepalangmerahan di Kota Medan Manfaat penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menambah wawasan pembaca tentang kepalangmerahan.

2. Menambah literatur dalam penulisan sejarah Palang Merah Cabang Medan.


(21)

1.4 Tinjauan Pustaka

Untuk menulis tentang sejarah peran yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan, tidak terhindar dari pendekatan multidimensional, seperti kajian tentang bencana alam yang terjadi di Sumatera Utara.

Pendekatan multidimensional (analitik) merupakan penghindaran terhadap konvensionalisasi kisah sejarah yang dilakukan oleh penulis sejarah gaya lama untuk tujuan tertentu. Penulis sejarah dalam hal ini adalah penulisan sejarah amatiran yang menonjolkan peran seorang Raja, Kaisar, Panglima Perang, maupun penguasa lainnya, yang menghindari faktor-faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya dengan pelaku utama.4

Dalam buku karangan Mochtar Kusumaatmadja yang berjudul

“Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949” menjelaskan tinjauan hukum perang, atau hukum

yang mengatur cara dilakukannya perang modern maupun perang tradisional, baik

Penulisan Sejarah dan pendekatan multidimensional perlu melengkapi diri dengan alat-alat metodologi berupa berupa konsep dan Teori Ilmu Sosial, yaitu teori yang tepat dalam bidang kepalangmerahan adalah Ilmu Geografi, Kesehatan, Ekonomi, Antropoli, Sosiologi untuk mengungkap peristiwa sejarah lebih mendalam.

Untuk membentuk rekonstruksi sejarah Palang Merah Indonesia Cabang Medan penulis menggunakan beberapa buku panduan, sebagai telaah tentang kesukarelaan dan dasar kepalangmerahan ditingkat Internasional, Nasional, maupun tingkat daerah.

4 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia, Suatu


(22)

dikalangan sipil ataupun militer. Disini juga dijelaskan mengenai bahaya dan akibat perang yang hanya memberikan kerugian baik materi maupun korban jiwa,untuk itu diperlukan adanya sekelompok tim yang bertugas untuk memberikan pertolongan kepada korban. Hasil dari konvensi-konvensi Jenewa akan dijadikan sebagai tugas dari Komite Palang Merah Internasional (KPMI).

Konvensi Jenewa yang sudah berlangsung hingga yang ke-X, pada dasarnya membahas tentang penyelesaian sengketa internasional dengan jalan damai, pembahasan mengenai kekerasan dalam menagih hutang-hutang negara, hal memulai permusuhan dan hukum dalam memulai perang di darat. Tugas-tugas ini diserahkan kepada Palang Merah Internasional yang dianggap sebagai badan yang sangat netral dibandingkan dengan badan PBB yang lainnya.

Buku karangan Ibnu Soetowo dengan kawan-kawan, yang berjudul ”Memperkenalkan Palang Merah Indonesia” menjelaskan prinsip-prinsip gerakan kemanusiaan di Indonesia dan waktu kepengurusan kepalangmerahan di Indonesia pada masa-masa awal. Pada halaman bagian yang selanjutnya menguraikan dasar lahirnya gerakan Palang Merah Indonesia, prinsip-prinsip gerakan kemanusian di Indonesia dan struktur kepengurusan kepalangmerahan di Indonesia. dari keterangan ini penulis akan mendapatkan bakti yang diberikan oleh gerakan Palang Merah di Indonesia.

Dari beberapa buku yang sudah diuraikan pada telaah pustaka ini, diharapkan dapat membantu penulis saat penelusuran permasalahan.


(23)

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif naratif terhadap sumber-sumber sejarah dari Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan saat peristiwa bencana ataupun fenomena sosial lainnya yang menelan korban jiwa. Metode penelitian menggunakan metode penelitian sejarah yang prosesnya adalah:

1. Heuristik yaitu: proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang memberikan penjelasan tentang peranan Palang Merah, khususnya Palang Merah Cabang Medan, dengan menggunakan metode:

a. Penelitian Lapangan menggunakan metode wawancara terhadap pelaku seperti Edi Siswanto, M. Fitri, Amir Husein untuk mengetahui gerakan Palang Merah di Medan. Metode penelitian wawancara diharapkan menjadi keterangan yang paling pokok sebab kepalangmerahan adalah seseorang yang sudah mengabdikan diri menjadi sukarelawan Palang Merah Indonesia Cabang Medan. Metode yang lainnya adalah kuessioner untuk memperoleh keseragaman keterangan dari berbagai informan.

b. Penelitian Kepustakaan (library Research), yaitu mengumpulkan berbagai sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, notulen, buletin dan hasil penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.


(24)

2. Kritik Sumber, untuk memeriksa kevalidan data melalui:

a. Kritik Intern yang berguna untuk memperoleh dokumen atau keterangan yang kredibel, dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis.

b. Kritik Ekstern, digunakan untuk memperoleh data yang outentik. 3. Interpretasi untuk menganalisis dan menafsir data dengan menggunakan

metode perbandingan (komparatif) dengan penelitian yang diadakan sebelumnya.

4. Historiografi yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian, yang bentuknya adalah karya tulis sejarah.


(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Latar Belakang Sejarah Perkembangan Kota Medan

Palang Merah Indonesia Cabang Medan, merupakan Palang Merah yang berkonsentrasi dalam masalah kesehatan di Kota Medan. Segala aktivitas dan kegiatan yang akan dikerjakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan berorientasi dengan kondisi yang terjadi di Medan. Demikian dengan penelitian, membahas tentang kondisi Medan dari sudut pandang Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Dari hasil penelahaan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi kota Medan, menghasilkan sejumlah kesimpulan tentang latar belakang historis kota Medan yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus yang berasal dari etnis Karo. Setelah melakukan beberapa pertimbangan tentang berdirinya kota Medan, menyimpulkan bahwa kota berdiri tanggal 1 Juli 1590, maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun Kota Medan,5

5 Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kota, 2004, hlm. 34

yang dirayakan setiap tahunnya.

Keadaan Kota Medan pertama kalinya adalah hanya sebuah tempat tinggal, yang berfungsi sebagai tempat pemukiman beberapa orang manusia saja, dan semakin lama jumlah penduduk yang menempatinya di sekitar kota dan pantai semakin besar, sehingga Medan menjadi sebuah perkampungan yang dihuni oleh beragam etnis.


(26)

Semakin beragam dan banyaknya suku pendatang ke Medan ternyata menimbulkan perkembangan kota semakin pesat. Kota segera menjadi daerah perdagangan setelah banyak masyarakat dari luar daerah yang memperdagangkan barang-barang dagangannya ke Medan. Seperti keterangan yang diperoleh dari De Chineezen Ter Oostkust Van Sumatera menjelaskan bahwa tahun 1882, Cina telah mengirimkan sejumlah utusannya sebagai biro perdagangan yang bertugas di Sumatera Timur, berpusat di Medan.

Selain biro perdagangan, kelompok Tionghoa juga mengirimkan sejumlah perwira yang bertugas memberikan keamanan perdagangan anatara kelompok Tionghoa dengan kelompok masyarakat yang ada di Medan. Akibat dari hal ini, maka kelompok Tionghoa dan kelompok suku lainnya semakin bertambah di Medan. Medan sudah semakin penting bagai banyak orang.

Pada awal tahun 1866, pengusaha dari Belanda membuka sistem perkebunan di Deli dan mendirikan Deli Maatschappaij yang berpusat di Medan. Penanaman tembakau di Medan juga memberikan perkembangan kota Medan, selain banyak masyarakat mencari pekerjaan ke kota Medan, kelompok masyarakat juga menjadikan kota Medan sebagai pusat perkumpulan pengusaha yang ada di Sumatera Timur, baik yang datang dari Eropa, maupun kelompok pedagang Asia lainnya.

Perkembangan kota yang semakin pesat, maka pada tahun 1887 Medan diresmikan menjadi pusat reseden untuk wilayah Sumatera Timur.6

6 Mahadi, Hari Djadi dan Garis-garis Besar Perkembangan Sosiologi Kota Medan,

Medan: Fakultas Hukum USU, 1967, hlm. 39

Persetujuan ini dilakukan antara Sultan Deli dengan masyarakat dan kelompok pengusaha


(27)

yang datang ke Medan. Sejak saat itu, maka Medan menjadi pusat segala aktivitas yang ada di Sumatera Timur, baik pusat pemerintahan, perdagangan, maupun pusat pemukiman penduduk. Perkembangan Medan sejak saat itu sangat jauh meninggalkan kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Timur.

Pembukaan Deli Maatschappaij, menimbulkan terjadinya pengiriman buruh yang akan dipekerjakan di perkebunan. Kelompok buruh yang terbesar pada dasarnya didatangkan dari pulau Jawa. Perkembangan kota Medan inilah yang mempengaruhi Sultan Deli melakukan pemindahan pusat pemerintahannya dari Labuhan Deli ke Medan, seiring dengan perpindahan pemerintahan Kolonial, yaitu Asisten Residen dari tempat yang sama pada tahun 1887.7

1. Pusat kegiatan pemerintahan

Pokok peristiwa sebelumnya yang mendasari Kota Medan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Medan dihuni oleh beragama suku, etnis, agama dan juga tradisi yang berbeda, berdasarkan masyarakat yang membawanya. Demikian halnya dengan perkembangan perekonomian yang dilatarbelakangi kedatangan pengusaha dan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur, khususnya daerah Deli.

Perkembangan Kota Medan sangat pesat yang akhirnya menjadi pusat propinsi Sumatera Utara yang berfungsi sebagai pusat administrasi untuk wilayah Sumatera Utara. Ada beberapa hal yang ingin dicapai oleh pemerintah Kota Medan sebagai ibukota propinsi yaitu

2. Pusat kegiatan industri perdagangan dan perhubungan


(28)

3. Pusat kegiatan pendidikan, pariwisata, sosial dan budaya.

Maka dengan demikian sesuai dengan kegunaannya diatas, Kota Medan akan terus mengalami perkembangan baik secara fisik maupun dari sudut aktivitas-aktivitas yang akan dilaksanakan di Kota Medan akan terus meningkat, kecepatan urbanisasi akan meningkat, melihat perkembangan kota yang demikian pesatnya. Sehingga banyak membutuhkan perlengkapan sosial dan perlengkapan kehidupan masyarakat, guna menjamin keselamatan dan proses kehidupan di kota Medan, yang luasnya mencapai ± 25.580 Ha dan dihuni penduduk dengan jumlah ± 1,3 juta Jiwa pada tahun 1982.

Jumlah penduduk yang tergolong pesat ini menuntut banyak perlengkapan pelayanan publik. Pelayanan tersebut bentuknya swadaya dari kelompok atau organisasi tertentu, terutama yang sifatnya organisasi sukarelawan kesehatan, sebab kehidupan kota sering ditimpa dengan bahaya penyakit menular dan bencana lainnya yang dapat menimbulkan korban jiwa.

2.2 Kondisi Geografis Kota Medan

Secara geografis, Kota Medan berada pada posisi 3, 30º - 3, 43º Lintang Utara dan 98,35 º - 98,44º Bujur Timur dengan topografi, Kota Medan cenderung miring kesebelah utara. Wilayah Medan jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengam kabupaten yang ada disebelahnya. Ketinggian Medan berada pada 2,5 – 37, 5 di atas permukaan laut.8

8 Pemerintahan Kota Medan, op cit., hlm. 36

Dari ketinggian ini, maka daerah Medan sangat rentan dengan bahaya banjir.


(29)

Sebagian wilayah Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan, dan daerah pedalaman yang dekat dengan kota Madya Medan tergolong dataran tinggi, seperti kabupaten Karo. Akibat yang ditimbulkan hal ini memberikan dampak pada suhu di Medan yang tergolong panas. Faktor dari letak daerah ini juga ditambah dengan perkembangan kota secara fisik yaitu bangunan-bangunan yang semakin lama semakin bertambah dan memakai kaca pada bagian dinding bangunan, maka suhu Medan semakin lama semakin panas. Akibat yang akan dialami manusia disekitarnya adalah terpengaruhnya kesehatan masyarakat sekitar.

Wilayah kota Medan dilengkapi dengan faktor-faktor administratif, yang tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah pendukung perkembangan kota. Kota Medan berbatasan dengan daerah-daerah yang masih tergolong sebagai teritorial Sumatera Utara yang sebagian besar berbatasan dengan Deli Sedang. Adapun batas-batas tersebut adalah: Sebelah Timur Medan berbatasan dengan daerah Deli Serdang, Sebelah Utara Medan Berbatasan Langsung Dengan Selat Malaka, Sebelah Barat Medan Berbatasan dengan daerah Deli Serdang dan Sebelah Selatan Medan Berbatasan dengan kabupaten Langkat.

Dengan posisi seperti ini dan ditambah dengan faktor kemajuan internal lainnya, maka kota Medan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Sumatera Utara dan bahkan masyarakat Indonesia. Sebelum terjadi perluasan, wilayah kota Medan hanya seluas 1.150 hektar. Luas wilayah ini hanya bertahan sampai tahun 1942, yang kemudian sejak 1943 sampai tahun 1971 luas kota telah mencapai


(30)

5.130 hektar. kemudian tahun 1973 kota Medan luasnya mengalami pertambahan lagi menjadi 26.510 hektar.9

9 Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kota, 2004, hlm. 38

2.3 Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan

Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah, setiap tahunnya, penduduk yang menempati kota Medan dominan masyarakat yang berusia antara 15-65 tahun. Pertambahan pada usia ini ditafsir sebagai masyarakat pendatang atau masyarakat karena proses urbanisasi dengan tujuan adalah untuk bekerja. Hal ini terjadi setelah dibuka perkebunan di Sumatera Timur yang wilayahnya termasuk Medan.

Banyaknya etnis di nusantara, baik yang datang dari luar daerah Medan ke Medan untuk mencari pekerjaan atau menjadi buruh kebon di perkebunan yang dibuka oleh pengusaha asing di Indonesia. Banyak dari kelompok buruh ini menjadi menetap di wilayah Medan atau sekitarnya. Kelompok etnis yang menetap ini akan menjadi dasar-dasar dari pembentukan sistem sosial dan budaya di Medan. Sebab mereka datang kompleks dengan budaya yang mereka miliki.

Sebelum merdeka, segala sistem yang berlaku di sekitar daerah kesultanan Medan pada umumnya terbentuk dari kebijakan kesultanan serta pemerintahan kolonial. Pada bagian administrasi masyarakat, kebijakan datang dari pemerintahan kolonial sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan sistem sosial dan kemasyarakatan pada dasarnya dibentuk oleh kesultanan. Hal ini berlangsung hingga Indonesia memperoleh kemerdekaannya.


(31)

Kemerdekaan Indonesia memberikan dampak terhadap perubahan sistem sosial dan struktur masyarakat Medan. Hal ini berpengaruh terhadap sistem budaya Melayu yang sudah diingkari sebagai budaya kesultanan10

Unsur budaya masyarakat Medan berasal dari inti sari budaya-budaya etnis yang ada di Indonesia, khususnya budaya etnis yang ada di Kota Medan. Unsur budaya tersebut merupakan penyesuaian dengan kaidah-kaidah peraturan dan undang-undang yang berlaku dalam negara Republik Indonesia, sehingga tidak ada unsur budaya yang dominan dari kelompok masyarakat ataupun etnis tertentu, walaupun secara kuantitas adalah dominan di kota Medan.

kepada sistem sosial budaya nasional. Sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaan, dominasi dari budaya Melayu sangat besar sebagai tradisi yang disahkan di kesultanan Deli.

Setelah kemerdekaan terdapat budaya baru di kota Medan yang merupakan budaya percampuran (pluralis) dari berbagai suku yang menempati kota Medan. Seperti suku Jawa, Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, Aceh, Tionghoa dan suku-suku yang lainnya masing-masing melaksanakan tradisi yang mereka miliki, tanpa ada unsur budaya dari suatu suku yang sistem budayanya diutamakan di Medan. Sistem sosial yang berlaku dalam kehidupan keseharian masyarakat merupakan sistem sosial yang diatur berdasarkan sistem sosial yang berlaku di Indonesia. Peraturan pemerintah dan sistem norma masyarakat menjadi dasar dari kehidupan sosial yang berlaku dalam masyarakat Medan.

11

10 Mahadi., loc cit 11 Pemko., loc cit

Nilai keagamaan yang ada di kota Medan sangat banyak memberikan manfaat terhadap terselenggaranya kekerabatan dengan sesama masyarakat. Unsur-unsur budaya


(32)

dan unsur religius masyarakat Medan menjadi salah satu ciri karakter masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Medan.

2.4 Sistem Ekonomi Masyarakat Kota Medan

Sejak tahun 1863, wilayah Medan dan sekitarnya mulai dibuka untuk perkebunan. Sejak tahun inilah perkembangan kota tergolong pesat. Masyarakat yang tinggal disekitarnya mulai memiliki pekerjaan yang menetap dan diatur oleh pemerintah yang berkuasa saat itu.

Masyarakat yang didatangkan dari luar Medan pada dasarnya dipekerjakan menjadi buruh dalam perkebunan, yang pada awalnya adalah buruh dalam perkebunan penanaman dan pengeringan tembakau.12

Perkebunan semakin diperluas, disebabkan permintaan dan kebutuhan wilayah Eropa akan tembakau semakin besar. Pada tahun 1881 hasil tembakau sudah mencapai 82.365 pak dengan hasil penjualan di Nederland FI. 14.750.000,-. Hasil ini memancing para pengusaha semakin bersemangat membuka perkebunan di wilayah Deli. Para buruh yang akan dipekerjakan pada perkebunan semakin ditingkatkan, khususnya buruh Cina, Tamil, dan Jawa. Sebanyak 22 perusahaan besar dibuka di Daerah Deli, yang pada dasarnya menanam Tembakau, dibuka Proses penanaman hingga pengeringan dan akhirnya dikirim keluar pulau Sumatera, dapat digolongkan sebagai industri tembakau, yaitu Industri Tembakau Deli. Jadi masyarakat pendatang dan masyarakat yang ada di Medan banyak bekerja di sektor industri setelah pengusaha Belanda membuka perkebunan di Sumatera Timur.


(33)

pada tahun 1887 dengan memakai kuli dari Cina sebanyak 4.476 jiwa, kuli dari Tamil sebanyak 459 jiwa dan kuli yang didatangkan dari Jawa sebanyak 316 orang. 13

Perusahaan-perusahaan milik pengusaha asing yang sudah besar sebelum Indonesia merdeka seperti, Perusahaan Air Bersih, Perusahaan Listrik Medan, Rumah Sakit Medan yang dibangun di Jalan Puteri Hijau (sekarang), Deli Proef Station (sekarang Rispa), Medan Hotel (hotel Grahana) dan perusahaan lainnya yang pada dasarnya adalah milik pengusaha. Semua perusahaan milik swasta ini dibangun di Medan dilatarbelakangi oleh rencana Kota Medan yang akan dijadikan sebagai ibu kota Sumatera Timur pada tahun 1888.

Perkebunan-perkebunan dan industri yang dibuka oleh perusahaan asing di Indonesia menjadi dasar-dasar perekonomian di Medan setelah kemerdekaan diperoleh dari bangsa Belanda. Perkebunan tembakau menjadi milik bangsa Indonesia dengan berbagai proses, baik proses nasionalisasi perusahaan asing, maupun dengan proses penarikan kembali.

14

13 Tengku Lukman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Satgas MAMBI, 1991,

hlm. 55

14 Ibid., hlm. 58-60

Sejak direncanakan menjadi ibu kota Sumatera Timur, Wilayah Medan difokuskan menjadi daerah industri dan daerah perkebunan milik pengusaha asing. Sedangkan daerah pertanian yang dimiliki masyarakat, sedikit demi sedikit dijadikan perumahan dan perusahaan. Demikan halnya setelah merdeka, masyarakat dominan bekerja disektor industri dan perkebunan. Sedangkan masyarakat petani jumlahnya semakin sedikit.


(34)

Petani yang ada di Kota Medan semakin sedikit, aktivitas yang dominan dilakukan adalah bekerja di sektor perindustrian, perdagangan, perkebunan dan membuka usaha kecil. Bekerja sebagai buruh, petani dan pekerjaan lainnya dilakukan oleh masyarakat menengah kebawah sehingga situasi masyarakat yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah lebih banyak.

Kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai buruh dan kelompok pekerja menengah ke bawah sangat rentan dengan kurangnya perawatan kesehatan. Masyarakat membutuhkan pertolongan medis yang sifatnya murah ataupun yang bersifat pengobatan gratis, untuk membantu keadaan masyarakat yang tergolong dominan sebagai masyarakat miskin.


(35)

BAB III

PERANAN GERAKAN PALANG MERAH

3.1 Hendry Dunant Sebagai Penggagas Red Cross

Pada tanggal 24 Juni 1859, perang besar-besaran terjadi yang melibatkan tiga negera besar di Eropa, yaitu peran antara negara Italia bersama Prancis melawan negara Austria. Perang dilakukan di kota Solferino, Italia. Perang ini terjadi secara spontan tanpa adanya sebuah perjanjian ataupun negosiasi untuk melaksanakan perang, sehingga perang ini sangat banyak menelan korban. Terlebih terhadap prajurit, jumlah korban meninggal dunia dan luka perang sangat besar.

Peristiwa dan akibat perang di Solverino terekam oleh seorang warga negara Swiss bernama Henry Dunant yang memberikan pertolongan kepada korban tanpa adanya perintah ataupun permintaan dari kelompok yang berperang. Tidak cukup hanya satu orang, sehingga Henry membentuk timnya yang merupakan masyarakat Solferino. Sama seperti tugas yang dilaksanakan oleh Henry, mereka adalah penolong korban perang tanpa memilih korban kedua belah pihak yang sedang perang.

Henry Dunant mencatatkan pengalaman ini dalam sebuah buku, yang isinya adalah tentang kerugian akibat perang, korban luka-luka dan bahkan keluarga yang kehilangan saudaranya akibat perang. Dalam hal ini diperlukan peran beberapa orang dalam memberikan pertolongan kepada mereka yang masih hidup dan bisa diselamatkan.Untuk itulah tim yang dibentuk oleh Hendry Dunant


(36)

bersama masyarakat sangat penting. Pengalaman ini diberi judul “Kenangan Dari Solverino”.15

Dalam catatannya, kegiatan yang dilakukannya tidak terkait dengan kepentingan politik ataupun karena dorongan orang lain, sebab saat melintas dari Solverino tujuan dari Henry Dunant sebenarnya untuk menghadap Kaisar Perancis, Napoleon III, tetapi melihat kota penuh dengan korban perang, maka secara spontan Henry Dunant mengumpulkan beberapa anggota masyarakat membentuk posko tempat mengumpulkan korban perang dan memberikan pertolongan medis.

Saat terjadi perang, prajurit perang menjadi kelompok yang paling banyak menjadi korban. Sebab kelompok yang berperang adalah kelompok prajurit. Karena kekurangan persediaan medis dari kedua kelompok yang berperang maka banyak prajurit yang sama sekali tidak mendapat pertolongan. Bantuan sukarelawan yang diberikan oleh Henry Dunant dan masyarakat adalah hal yang sangat tepat, hingga akhirnya jumlah korban meninggal dunia dari masing-masing pihak berkurang.

16

Henry Dunant mempunyai rencana yang lebih jauh lagi dari pengalamannya di Solverino, melalui penonjolan beberapa poin saat memaparkan catatannya di Jenewa yaitu perang adalah tindakan yang sangat kejam dan hanya memberikan kerugian kepada mereka yang berperang, perang bukanlah satu cara memecahkan masalah tetapi memperbesar permusuhan, perang membutuhkan

15 H. Umar Mu’in, Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional dan

Perhimpunan Palang Merah Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm. 10

16 Marion Harrof, Kegiatan Komite Internasional Palang Merah (International Comitte

Of The Red Cross) Pada Waktu Kekerasan Dalam Negeri, Jakarta: International Riview Of The


(37)

satu pihak yang tidak terikat dan bersifat netral yang bertugas sebagai pihak penengah. Hasil pemikiran Henry Dunant banyak disukai oleh masyarakat luas. Kelompok masyarakat yang turut hadir saat Henry Dunant memaparkan isi bukunya, ikut memberi dukungan ketika Henry Dunant menawarkan pembentukan sebuah kemunitas yang bergerak dalam bidang kemanusiaan karena masyarakat memandang positif tawaran yang berikannya. Hal ini dilatarbelakangi oleh idealisme Henry Dunant yang sama sekali adalah karena keterbukaan dan bukan karena imbalan materi.17

Tugas organisasi tersebut adalah untuk memberikan pertolongan kepada prajurit akibat perang dan perlindungan terhadap sukarelawan yang sedang melakukan tugas medis terhadap korban perang. Tugas ini dominan sebagai tugas medis yang bersifat kesukarelaan.

Untuk mengwujudkan rasa simpatik dari masyarakat Jenewa terhadap pemikiran Henry Dunant maka segera terbentuk sebuah komunitas yang menantang negara-negara yang sedang melakukan perang. Komunitas ini adalah kemunitas anti perang. Masyarakat Jenewa semakin bersemangat mengkampanyekan hasil pemikiran dan rancangan yang dibuat oleh Henry Dunant. Melihat perubahan yang terjadi pada masyarakat Jenewa, umumnya masyarakat Swiss maka Henry Dunant mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan yang bersifat permanen. Organisasi yang dibentuk oleh Henry Dunant pada masa damai adalah sebagai persiapan kepada perang yang waktunya tidak dapat ditentukan.


(38)

Pendapat Henry Dunant ternyata memberikan ketertarikan, seperti kelompok masyarakat yang traumatis dengan peristiwa perang. Pendapat ini langsung mendapat sambutan hangat dari warga Jenewa yaitu General Defaur, Dr. Luis Appia, Dr. Teodore Maunoir dan Gustave Moynier. Mereka mengusulkan pada Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan yang dibuatnya berwujud Internasional.18

Saat pemaparan Henry Dunant tentang Komite Lima kepada seluruh warga termasuk pemimpin Negara Swiss. Ia menyampaikan bahwa perang yang terjadi selama ini belum menunjukkan perhatiannya kepada para prajurit yang menjadi korban perang. Sasaran pokok dari pelaksanaan perang adalah kemenangan tanpa memperhitungkan kerugian ataupun korban yang diakibatkannya. Untuk membuktikan sosialisasi tentang gerakan sukarelawan Komite Lima, maka pada pertemuan selanjutnya, Komite Lima mengundang berbagai negara dari belahan dunia untuk berpartisipasi dalam gerakan tersebut. Mereka sepakat dengan tawaran yang dilakukan oleh Komite Lima. Kesepakatan ini berwujud menjadi

Henry Dunant menerima tawaran yang diajukan kepadanya oleh kelompok General Dufour, lalu mengarahkannya menjadi organisasi yang dinamakan dengan “Komite Lima” yang anggotanya adalah 4 tim medis yang disebutkan sebelumnya ditambah dengan Henry Dunant. Sasaran utama pembentukan badan ini adalah sebagai sukarelawan perang, baik dalam bentuk medis maupun sebagai orasi menyuarakan kepada masyarakat agar tidak menyetujui dilakukannya perang antara siapapun.


(39)

organisasi yang bernama “Badan Palang Merah”.19

1. Austria 9. Norwegia

Sebanyak 16 negara yang turut dalam pertemuan Komite Lima, yaitu:

2. Baden 10. Prusia

3. Beierem 11. Prancis

4. Belanda 12. Spanyol

5. Heseen Darmstadt 13. Saxson

6. Inggris 14. Swedia

7. Italy 15. Hutenberg dan

8. Hannover 16. Swiss,

Tugas pokok Badan Palang Merah sesuai kesepakatan dari 16 negara yang hadir adalah sebagai tenaga medis terhadap prajurit korban perang di darat. Untuk pembicaraan selanjutnya Komite Lima membahas tentang struktur organisasi dan sosialisasi “Badan Palang Merah”. Hal ini diutamakan dan mendapat ijin kepada negara-negara yang hadir pada pertemuan Badan Palang Merah di Jenewa. Sadangkan untuk negara yang tidak hadir pada pertemuan Jenewa, merupakan negara-negara yang tidak dapat dimasuki oleh Badan Palang Merah.20

Organisasi Badan Palang Merah memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Henry Dunant, sebagai wujudnya Henry Dunant dijadikan pemimpin dan pengarah tindakan-tindakan operasional dari Badan Palang Merah.

19 Umar Mu’in., loc cit


(40)

3.2 Pembentukan Komite Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (ICRC)

Henry Dunant tidak henti-hentinya berusaha membangun Gerakan Palang Merah ketingkat yang lebih besar lagi, bahkan sasaran yang tertinggi untuk dicapainya adalah Palang Merah yang mendapat pengakuan dari seluruh pihak Internasional. Henry Dunant sering malakukan hijrah ketempat-tempat yang berkompeten dalam penghitungan statistik jiwa, seperti yang dilakukannya ke Berlin Jerman.

Saat kunjungannya ke Berlin Jerman, ia mendapat data-data manusia yang menderita sakit akibat perang, panyakit menular dan penyakit lainnya. Tujuan ini dilakukannya untuk mempengaruhi serta meyakinkan manusia agar peduli pada korban perang dan kesehatan lainnya.21

21 Umar Mu’in, op cit., hlm. 18

Melalui penyebarluasaan akibat dari perang, Henry Dunant mencoba memberikan penjelasan terhadap banyak orang tentang akibat dari perang. Henry Dunant berusaha mempublikasikan tentang statistik tersebut ketika pertemuan kesehatan dilakukan di Eropa. Kampanye yang dilakukannya, banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak seperti Dokter J.B.C Basting dari Balanda. Ide dan pemikiran Henry Dunant merupakan pemikiran yang harus diwujudkan sehingga Palang Merah nasional yang ada diberbagai negara memiliki kekuatan yang besar.


(41)

Pernyataan ini dinyatakannya ketika pelaksanaan Konferensi Statistik Jiwa Manusia di Belanda. J.B.C Basting bahkan menambahkan tiga poin tentang pendapat dari Henry Dunant yaitu:

1. Bahwa setiap pemerintah di Eropa diharapkan menyetujui dan memberi pengakuan adanya komite internasional oleh komite nasional serta memberikan perlindungan.

2. Bahwa setiap pemerintah akan mengakui dan mengangkat anggota dari jawatan kesehatan tentara termasuk sukarelawan yang bersifat netral.

3. Bahwa dalam keadaan perang, transportasi anggota sukarelawan dan bantuan akan dipermudah oleh semua pihak.22

Hasil yang dapat dipetik dari pertemuan tersebut adalah rasa simpati serta pujian yang semakin besar terhadap Henry Dunant. Ia mengajukan permohonan terhadap negaranya (Swiss) agar memberikan perhatian penuh terhadap pemikirannya. Permohonan ini diterima langsung oleh Pemerintah Swiss. Badan Palang Merah yang selanjutnya dipimpin oleh Teodore Maunoir tetap berjalan dan menyebarkan kepalangmerahan kepada berbagai negara, sehingga mereka semakin mudah untuk menyatukannya.

Melihat pengaruh dari penyebarluasan kepalangmerahan di Badan Palang Merah Swiss, maka pemerintah Swiss berkeyakinan besar terhadap ketulusan pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Ketika Henry Dunant mengetahui dilaksanakan konvensi kepalangmerahan yang mengundang banyak negara yang memiliki komite Palang Merah Nasional, maka melalui Badan Palang


(42)

Merah Swiss, ia mengusulkan pelaksanaan Konferensi Palang Merah Internasional. Negara Swiss akhirnya menerima permintaan dari kelompok Badan Palang Merah Nasional Swiss dan mengundang banyak negara untuk merativikasi organisasi tersebut. Tanggal 22 Agustus 1864, 12 negara ditambah 16 negara hadir saat konvensi Jenewa I dilakukan yang menghasilkan sejumlah kesepakatan yaitu:

1. Tentara yang terluka atau sakit harus diobati

2. Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang organisasi Palang Merah Internasional menggunakan lambing salib diatas dasar putih sama seperti lambang Negara Swiss. Lambang ini diupayakan dipakai seluruh badan kesehatan seperti rumah sakit, transportasi kesehatan dan sukarelawan saat konflik bersenjata.23

Sebagai negara yang memprakarsai terbentuknya Komite Palang Merah Internasional, maka negara Swiss memperoleh penghargaan dari kepala negara dan kontingen berbagai negara yang hadir saat pertemuan digelar. Demikan halnya kepada Henry Dunant, penghargaan diberikan berbagai kontingen negara anggota.

Komite Palang Merah Internasional pada awalnya memakai lambang salib berwarna merah tetapi karena dianggap tidak memberikan kesan keberagaman, maka kelompok negara Islam memakai lambang bulan sabit merah. Seiring dengan penambahan lambang ini maka Komite Palang Merah Internasional berganti nama menjadi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang lambangnya


(43)

adalah penyatuan kedua simbol yaitu salib dan bulan sabit merah,24

Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah disepakati dapat dipakai oleh rumah sakit dan kelompok medis lainnya untuk menjamin kenetralan dari kelompok pelaksana kesehatan. Tugas-tugas pokok dari komite Palang Merah Internasional diatur dalam kesepakatan Undang-undang Palang Merah Internasional yang terdiri dari 10 pasal.

tanpa merubah fungsi dan tujuannya dari badan tersebut.

25

Akibat perkembangan peralatan dan areal pelaksanaan perang semakin beragam, maka Komite Palang Merah Internasional semakin mempelajari hal ini untuk menyusun strategi membantu korban perang. Perang Solverino adalah perang yang menjadi dasar pertolongan bagi gerakan Badan Palang Merah. Tugas Komite Palang Merah Internasional yang tersusun dari perang ini hanya sekitar Setelah International Comitte Of The Red Cross (ICRC) terbentuk maka pekerjaan yang direncanakan dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian Palang Merah semakin mendapat sambutan dari berbagai negara. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia, sistem perang juga semakin meningkat. Peperangan bukan saja dilakukan di darat tetapi perang banyak dilakukan di laut dan di udara. Latar belakang ini mempengaruhi peningkatan progam ICRC, sesuai dengan perang yang sedang terjadi, maka secara otomatis fungsi dari Palang Merah Internasional juga semakin luas.

3.3 Usaha Ratifikasi Konvensi Jenewa

24 Ibid., hlm. 4


(44)

perang darat. Untuk menjaga Komite Palang Merah Internasional tetap berjalan, maka lembaga ini telah melakukan beberapa kali Konvensi, seperti konvensi tahun 1909, 1923, 1929 dan tahun 1949. Dasar dari perubahan ini adalah Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang telah menyebabkan korban luka-luka dan meninggal dunia sangat besar. ICRC menganggap hal ini dikarenakan kurangnya persiapan dari komite itu sendiri dalam mengenali jenis perang yang akan terjadi.

Pada Perang Dunia I, jatuhnya korban tidak hanya dialami oleh tentara ataupun kelompok militer, tetapi keganasan perang telah banyak menewaskan masyarakat sipil yang tidak berdosa. Pada Konvensi I Jenewa pertolongan medis yang terencana hanya diberikan kepada prajurit yang terluka dan meninggal dunia, sedangkan perlindungan terhadap sipil belum direncanakan sama sekali.26

26 Mochtar Kusumaatmadja., loc cit

Perlombaan menggunakan teknologi dalam berperang seperti nuklir, rudal, bom dan pesawat sebagai alat perang menjadi salah satu taktik perang dalam menghabisi jiwa manusia. Perang juga dilakukan di laut bahkan di udara, tanpa memperhitungkan akibat.

Sebagai proses penyesuaian antara perang dan cara kerja Komite Palang Merah Internasional, maka pelaksanaan Konvensi Jenewa I dilaksanakan kembali. Partisipasi dari Komite Palang Merah Nasional didasari berbagai negara yang turut hadir pada konvensi tersebut untuk mempublikasikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada setiap Badan Palang Merah Nasinal dan bahkan Komite Palang Merah Internasional sebagai wujud yang paling besar.


(45)

Cara mengadopsi hasil Konvensi Jenewa ataupun konvensi lainnya menjadi bagian dari tugas Komite Palang Merah Nasional maupun Internasional telah diatur dalam Konvensi Jenewa I yang menyatakan “Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diakibatkan oleh semua sengketa bersenjata (Armed Conflik) lainnya yang melibatkan dua atau lebih pihak”.27

Perlindungan tawanan ternyata sangat diperlukan, untuk itu Konvensi III dilakukan sebagai perlindungan terhadap tawanan perang dan tawanan lainnya. Perlakuan yang dijadikan contoh perlakukan terlarang adalah perlakuan tentara

Konvensi Jenewa II lebih mengarah kepada pengaturan pelaksanaan perang. Tujuan dari perjanjian ini adalah pembatasan dampak yang ditimbulkan oleh perang. Perang akan dijauhkan dari daerah masyarakat guna membatasi dampaknya pada masyarakat sipil. Sebelum konvensi ini dilaksanakan, perang terjadi tanpa memperhitungkan siapa seharusnya yang dapat dibunuh. Kelompok masyarakat terkadang menjadi sasaran dari tentara ketika perang dalam keadaan memanas. Akibatnya korban yang ditimbulkan oleh perang dimasa lalu sangat besar.

Setelah pembatasan perang menjadi otoritas dari Palang Merah, organisasi ini tidak berhenti disitu saja, tetapi juga memperhatikan perlakuan yang diterima para tawanan yang ditawan. Para tawanan banyak yang terbunuh di penjara akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pihak penawan. Sebelum konvensi III dilaksanakan, tawanan menjadi pelampiasan amarah dari kelompok penahan, mereka diperlakukan diluar hak asasinya sebagai manusia.


(46)

Jepang dan Jerman kepada lawan negaranya.28 Hal-hal yang ikut dijaga dalam konvensi ini menyangkut masalah perlindungan dan perlakuan terhadap tawanan, pengembalian tawanan perang, tempat menawan, kesehatan materil tawanan mencakup keuangan, makanan kebersihan tawanan, dan pengamatan kesehatan.29

Tambahan-tambahan tugas Komite Palang Merah akan diturunkan ke Komite Palang Merah Nasional, guna sosialisasi tugas dari badan Palang Merah. Kebutuhan akan sukarelawan dan pekerjaan Palang Merah semakin besar di barbagai belahan dunia, sehingga banyak negara meratifikasi bentuk organisasi yang sama dengan Palang Merah dan kemudian bergabung dengan organisasi Bidang lain yang harus diperhatikan pihak penawan sesuai dengan isi Konvensi III mencakup kesejahteraan moral (agama, kegiatan-kegiatan intelektual, olah raga, hiburan, hubungan dengan dunia luar dan perihal kiriman dari luar), hak tawanan untuk mengajukan permohonan, pengaduan laporan, disiplin dalam kemah tawanan, pemulangan langsung, penempatan di negara yang dianggap netral, pemeriksaan terhadap tawanan yang meninggal dunia dan masalah lainnya.

Palang Merah diberi tugas untuk melakukan pemeriksan persyaratan tersebut tanpa harus mendapat ijin dari pihak mana pun. Hal ini membuktikan bahwa Komite Palang Merah Internasional (ICRC) semakin besar dan diakui kenetralannya.

28 Ibnu Sutoyo., loc cit


(47)

tersebut setelah Komite Palang Merah Internasional menilai bahwa organisasi tersebut telah layak menjadi anggota Palang Merah Internasional.30

Kelompok Palang Merah Belanda menilai bahwa Indonesia juga membutuhkan Gerakan Palang Merah untuk menginvestigasi penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Rencana pendirian Palang Merah di

Konvensi akan dilakukan oleh Komite Palang Merah Internasional setelah melakukan analisa terhadap kejadian perang dan mendapat beberapa kemajuan baru atau tindakan yang membahayakan kepada umat manusia, seperti Hukum Perlakuan Internasional (HPI). Peraturan baru ini adalah tindakan untuk meminimalis tindakan kekerasan dari kelompok perang yang menahan lawan perangnya.

Ratifikasi terhadap hasil Konvensi Jenewa akan segera disebarluaskan keberbagai negara atau kepada Palang Merah Nasional yang ada di berbagai negara. Tujuan penyebaran informasi ratifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kemanusiaan keberbagai belahan dunia.

3.4 Pembentukan Palang Merah Nasional Indonesia

Untuk mengembangkan misi kemanusiaan, pihak Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah, berupaya mengembangkan jaringannya keberbagai negara. Tujuan dilaksanakannya pengembangan ini adalah sebagai penyebarluasan tentang penghargaan terhadap nilai kemanusiaan.

30 Marion Harroff Tavel, Kegiatan Komite Internasional Palang Merah (International

Committee Of The Red Cross) Pada Waktu Kekerasan Dalam Negeri, Jakarta: International


(48)

Indonesia bermula dari pelaksanaan konvensi tahun 1907, dimana Belanda adalah panitia pelaksana konvensi.

Demikian terbentuknya Palang Merah di Indonesia yang disponsori oleh Palang Merah Belanda. Gerakan ini membuktikan bahwa gerakan Palang Merah Belanda adalah gerakan Palang Merah yang tergolong netral. Proses pembentukan ini juga mendapat hambatan yang datang dari pemerintah Belanda di Indonesia, tetapi karena Palang Merah Nasional Belanda mempunyai dukungan yang kuat dari Palang Merah Internasional dan Palang Merah Nasional lainnya maka pembukaan Palang Merah di Indonesia berhasil dilakukan pada tahun 1932, dengan nama Het Nederlands- Indische Rode Kruis (NIRK).31

Pembentukan NIRK di Indonesia berlatarbelakang dari prinsip Belanda bahwa tanah jajahan merupakan negeri yang potensial baik dari segi budaya dan ekonomi, dimana Belanda bertindak dengan sesuka hatinya untuk mengeruk kekayaan dan warisan budaya tersebut. Oleh karena itu Palang Merah Nederland terbebani untuk hal ini.32

Tahun 1940, kelompok pelajar menginginkan Palang Merah yang ada di Indonesia berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan Palang Merah Nederland. Sebagai ketua dan sekaligus pelopor Palang Merah Indonesia distrik Nederland, dr. R.C.L Senduk dari Belanda dan dr. Bahder Djohan dari Indonesia berusaha keras menyebarluaskan prinsip-prinsip kepalangmerahan pada kelompok muda Indonesia. Hal ini mendapat tanggapan yang baik dari kelompok muda, tetapi tidak berumur panjang.

31 Umar Mu’in., loc cit 32 Ibid., hlm. 122


(49)

Permintaan ini hilang setelah mendapat kecaman dari kelompok pemerintah Belanda di Indonesia, sehingga peminat Palang Merah semakin berkurang, sebab mereka menilai bahwa di dalam Palang Merah Nederland masih dipengaruhi pemerintah kolonial Belanda.

Palang Merah Indonesia distrik Nederland sempat berkembang diberbagai kota yang ada di Nusantara. Pada tahun 1942, tentara Jepang menilai bahwa Palang Merah Indonesia distrik Nederland juga sebagai bagian dari kelompok Belanda, sehingga kelompok sukarelawan tersebut dibubarkan.

Akhir pemerintahan Belanda, beberapa pelajar tetap tertarik dengan gerakan Palang Merah dan menjalankannya, tanpa membentuk hubungan dengan Palang Merah Jepang yang membuat gerakan Palang Merah Indonesia ini segera dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Sejak saat itu gerakan Palang Merah berhenti total selama pemerintahan Jepang di Indonesia.

Kelompok pelajar yang tergabung dalam kelompok Palang Merah tetap menginginkan gerakan tersebut lepas dari pengaruh pemerintah yang berkuasa di Indonesia, agar bebas melakukan gerakannya sebagai tenaga sukarelawan yang bersifat netral. Tetapi karena pengaruh asing masih kuat di Indonesia saat itu, permintaan ini tidak dikabulkan. Pemuda tetap menunggu waktu yang tepat untuk pembentukan Palang Merah yang netral.

Kemerdekaan Indonesia ternyata menjadi waktu yang tepat untuk rencana kelompok pemuda Palang Merah tersebut yang didukung sepenuhnya oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan perintah khusus untuk pendirian badan sukarelawan kepada Menteri Kesehatan yang baru. Perintah Presiden segera


(50)

dilakukan oleh Menteri Kesehatan saat itu yaitu dr. Buntaran dengan membentuk Komite Lima, yang anggotanya adalah:

1. dr. R Mochtar : Ketua

2. dr Bahder Djohan : Wakil ketua 3. dr Djohana : Sekretaris

4. dr Farzuki : Anggota

5. dr Sitanal : Anggota

Komite Lima segera melakukan perundingan untuk merencanakan langkah strategis yang akan dilaksanakan Komite Lima diawal kemerdekaan Indonesia. Maka rancangan yang mengarah kepada situasi Indonesia yang baru merdeka, yaitu sebagai sukarelawan perang. Langkah srategis lainnya adalah:

1. Organisasi bantuan korban perang revolusi menjelang kemerdekaan Indonesia

2. Merencanakan pengembalian tentara yang ditawan oleh pejuang Indonesia baik dari kelompok Sekutu maupun dari kelompok Belanda

3. Mengembalikan penduduk Indonesia yang mengungsi dan

menyembunyikan diri karena ketakutan kepada kelompok penjajah.33 Pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan persiapan dan tenaga yang kuat, sebab tugas yang dilaksanakan ini adalah pekerjaan yang tergolong berat, maka untuk mengantisipasi terhentinya kegiatan Komite Lima melakukan penjaringan anggota sukarelawan. Penjaringan dilakukan kepada kelompok muda sebab


(51)

mereka masih tergolong kuat dan mampu melaksanakan tugas dari kepalangmerahan.

Korban perang dan penjajahan yang dilakukan Jepang dan Belanda di Indonesia ternyata terjadi hampir diseluruh daerah-daerah Indonesia. Korban kerja paksa, masyarakat yang diasingkan, tahanan politik, kelompok yang dituduh pemberontak, pengungsian secara paksa, dan korban-korban lainnya. Keadaan ini mengharuskan kelompok sukarelawan harus membuka cabang dibanyak daerah yang ada di Indonesia. Dengan merekrut kelompok pemuda yang berasal dari daerah tersebut.

3.5 Pembentukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan

Keadaan kota Medan sebelum Indonesia Merdeka tidak jauh berbeda dengan besarnya kota Batavia (Jakarta). Banyak kegiatan yang dilakukan masa penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang di Medan. Untuk itulah ketika dr. R.C.L Senduk membuka Palang Merah Indonesia distrik Nederland di Indonesia, salah satunya Medan merupakan cabang yang tergolong besar, tepatnya di markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang sekarang.34

34 Lihat Gambar I, Markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan di Jalan Palang Merah

No. 17 Medan

Het Nederlands-Indische Rode Kruis cabang Medan merupakan perpanjangan dari NIRK yang ada di Jakarta. Tugas dan fungsi yang dijalankannya dominan sebagai tenaga sukarelawan berbentuk medis, tanpa mencampuri kegiatan yang lainnya.


(52)

Kelompok pemuda yang ada di Medan tidak terlalu tertarik dengan kegiatan ini, sebab sangat jarang masyarakat khususnya pemuda yang bebas dari perhatian Belanda dan Jepang. Kelompok muda menjadi tenaga yang dipekerjakan di lapangan. Anggota Palang Merah yang ada di Medan sebelum merdeka adalah kelompok sukarelawan Belanda.

Palang Merah Cabang Medan mulai mengalami perkembangan ketika Indonesia Merdeka, sedangkan kepengurusan Palang Merah sejak September 1945 beralih ketangan Indonesia setelah proses serah terima dari kelompok NIRK kepada pemuda sukarelawan Indonesia yang ada di kota Medan.35

Untuk melengkapi serta memulai pekerjaan Palang Merah Indonesia di Medan dan menyerupai tugas Palang Merah yang ada di Pulau Jawa, maka sejumlah anggota Palang Merah Indonesia dari Jawa di tugaskan melakukan perekrutan di Pulau Sumatera, tepatnya Medan. Kepanitiaan ini berlangsung hingga tahun 1950, ketika korban-korban perang berhasil di evakuasi oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang bekerja sama dengan dokter-dokter Kepengurusan organisasi Palang Merah di Medan telah dilaksanakan pemuda yang ada di Medan.

Fungsi sebagai tim medis lebih dominan dilaksanakan di Medan, dari pada fungsi Palang Merah lainnya. Pemberian perawatan kepada korban luka, perawatan kepada penderita penyakit, terutama kelompok laskar yang ikut memperjuangkan bangsa Indonesia. Pekerjaan yang dilakukan Palang Merah sama dengan kelompok medis lainnya.

35 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto, Kepala Markas Palang Merah Indonesia


(53)

Indonesia. Untuk kepanitiaan selanjutnya dikembalikan ketangan pemuda atau masyarakat yang ada di Medan, tetapi tidak terlepas dengan Palang Merah yang ada di Pulau Jawa. Kepengurusan yang baru dengan periode 1951-1956 adalah sebagai berikut:

Ketua I : Dr. R. Suroso

Ketua II : Dr. Gindo Siregar Setia Usaha I : G. B Josua

Setia Usaha II : Dr. R. M. Dzulham Bendahara I : Madja Purba Bendahara II : T. Ismail

Anggota : M. Darsan Hardjowasito.36

Setelah kepengurusan Palang Merah Indonesia Cabang Medan di pegang oleh masyarakat kota Medan, pekerjaan Palang Merah Indonesia Cabang Medan semakin efektif dalam menjalankan tugas kepalangmerahannya. Tugas dan fungsi Palang Merah Indonesia Cabang Medan disesuaikan dengan keadaan dan peristiwa yang terjadi di Medan.

36 Arsip Palang Merah Indonesia Cabang Medan dan hasil wawancara dengan Edi


(54)

BAB IV

AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG

MEDAN

4.1 Organisasi Sukarelawan Kemanusiaan

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. No 25/1950 tanggal 16 Januari 1950, maka Palang Merah Cabang Medan menjadi organisasi nasional yang netral dan berdiri sendiri. Keputusan Presiden ini dilengkapi dengan pengakuan Komite Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, dimana Palang Merah Indonesia diterima menjadi Federasi Palang Merah Internasional dengan nomor anggota yang ke-68.

Keputusan Presiden dan pihak Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menjadi dasar bagi aktivitas yang dilaksanakan Palang Merah Cabang Medan. Prinsip dasar aktivitas dan tujuan serta sasaran cabang Palang Merah pada dasarnya adalah sama, apabila Palang Merah tersebut masuk menjadi Federasi Palang Merah Internasional.37

Organisasi Palang Merah Cabang Medan berlatarbelakang dari pengembangan Palang Merah Nasional dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang disusun dari Palang Merah Indonesia Pusat. Aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan bersumber dari format Palang Merah Indonesia Pusat.

Demikian halnya Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan cabang Palang Merah sebagai perpanjangan tangan Palang Merah Daerah dan Nasional.


(55)

Demikian halnya dengan Palang Merah Cabang Medan merupakan garis lurus yang ditarik dari Palang Merah Pusat, melalui perwakilan propinsi (Sumatera Utara), sampai Palang Merah Cabang Medan, diteruskan kepada Palang Merah Ranting yang ada di beberapa kecamatan di Medan.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Palang Merah Indonesia Cabang Medan bertindak sendiri tanpa adanya dorongan dari kelompok pemerintah maupun organisasi swasta lainnya. Palang Merah Indonesia Cabang Medan bekerja secara spontan untuk misi kemanusiaan.38

- Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Untuk lebih mendekatkan aktivitas organisasi Palang Merah Indonesia Cabang Medan kepada objek-objek bencana yang menimpa masyarakat kota Medan, sebagai wilayah konsentrasi aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan, maka dibentuk beberapa bidang sukarelawan yaitu:

- Unit Tranfusi Darah dan Kesejahteraan sosial - Diseminasi dan Hukum Perlakuan Internasional

Bidang-bidang ini membawahi beberapa kegiatan operasional yang terjadi di kota Medan, seperti tanggap darurat bencana, investigasi penularan virus influenza di masyarakat kota Medan, kesejahteraan masyarakat, bidang hukum perlakuan kemanusiaan, penyuluhan kesehatan dan bidang organisasi kesehatan sekolah dan remaja.

Sebagai organisasi sukarelawan atau organisasi yang tidak mengharapkan imbalan yang mana masyarakat sangat membutuh Palang Merah, hal ini terlihat

38 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto (Kepala Markas Palang Merah Indonesia


(56)

masa-masa pertama kalinya Palang Merah Cabang Medan dikelola sendiri oleh masyarakat Medan. Kondisi masyarakat Kota Medan yang dominan adalah kelompok masyarakat menengah ke bawah, maka jasa Palang Merah sangat banyak membantu masyarakat kota, terutama dalam bidang pelayanan kesehatan.39

39 Lihat Gambar 2, Penyaluran bantuan kesehatan kepada masyarakat yang lanjut usia,

tahun 1956.

4.2 Bulan Dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Untuk pelayanan dalam bidang kesehatan, Palang Merah Indonesia Cabang Medan membuka beberapa posko-posko pelayanan gratis kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan Palang Merah kepada masyarakat sejak pertama kalinya merupakan pelayanan yang tergolong mewah dari pada pelayanan rumah sakit yang sifatnya adalah pengobatan komersil.

Alat-alat, obat-obatan dan perlengkapan kesehatan yang dimiliki oleh Palang Merah Cabang Medan dominan bersumber dari bantuan luar negri. Dalam hal ini adalah Palang Merah Internasional dan perhimpunan Palang Merah Nasional yang ada diberbagai daerah. Hal ini melatarbelakangi pengobatan yang diberikan oleh Palang Merah Cabang Medan tergolong mewah.

Cara lain yang dilakukan oleh Palang Merah untuk mengumpulkan dana untuk disampaikan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan dengan melakukan kegiatan Bulan Dana. Dalam satu tahun anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan melakukan hal aktivitas ini.


(57)

Kegiatan yang dilakukan pada “Bulan Dana” oleh Palang Merah Indonesia tergolong beragam, seperti mensponsori malam hiburan, menjalankan kotak sumbangan di jalan raya, dan membuat permohonan kepada pemerintah tanpa ikatan apapun.40

Cara lain juga pernah dilakukan untuk mendapatkan dana yaitu dengan membentuk panitia khusus yang memfokuskan aktivitasnya dalam menanggulangi penyalit tertentu. Misalnya, timbulnya penyakit AIDS maka dengan segera Palang Merah Indonesia Cabang Medan segera membentuk panitia antisipasi penyebaran virus tersebut.

Dana yang terkumpul dari aktivitas ini dan bantuan luar negeri akan digunakan membeli sejumlah alat dan barang untuk perlengkapan sukarelawan Palang Merah, salah satunya adalah pembelian alat-alat pengobatan dan obat-obat yang akan disampai secara cuma-cuma kepada masyakat.

Palang Merah Indonesia hanya mendapat dana dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Anggaran perbelanjaan sama sekali tidak memuat mengenai dana kesukarelaan. Fakta inilah yang menyebabkan Palang Merah Indonesia Cabang Meadan melakukan aktivitas bulan dana sebagai cara dalam mendapatkan dana.

41

40 Lihat gambar 3, Bulan Dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan + Gambar 4,

Pemerintah turut memberikan sumbangannya kepada masyarakat melalui Palang Merah Indonesia Cabang Medan

41 Hasil wawancara dengan Dian Tri Bhakti, Project Officer HIV/AIDS Palang Merah


(58)

4.3 Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Dalam Pelayanan Kesehatan

Proses pelayanan kesehatan yang sering dilakukan oleh Palang Merah Cabang Medan adalah membuka posko kesehatan, memberikan persediaan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, imunisasi secara gratis untuk mengobati folio, kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyakat Medan Dan juga pemeriksaan kesehatan ibu-ibu rumah tangga yang dilakukan pada tahun 1957.42

Pembukaan Cabang Palang Merah Indonesia di daerah dan pusat (tingkat ranting) pada dasarnya ditujukan sebagai pelayanan masyarakat dalam tingkat masing-masing. Aktivitas Palang Merah Indonesia merupakan aktivitas kemanusiaan. Palang Merah Indonesia Cabang Medan memfokuskan

Kegiatan kesehatan lainnya dan misi kemanusiaan yang sering dilakukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah seperti kunjungan keberbagai rumah tahanan/penjara pada tahun 1963 dalam rangka memeriksa kesehatan para tahanan, baik dari keadaan fisik, maupun pemeriksaan bekas tindak kekerasan yang dilakukan kepada tahanan. Tugas ini dilaksanakan sebagai wujud penyesuaian antara Palang Merah Internasional, Nasional kepada Palang Merah Indonesia Cabang Medan. Apa bila tahanan yang dinyatakan mengidap penyakit atau pun keadaan fisiknya sangat memperihatinkan maka tim sukarelawan akan memberikan pelayanan kesehatan kepada tahanan tanpa mencampuri kegiatan yang lainnya.


(59)

pelayanannya terhadap permasalahan kesehatan dan pelanggaran hak kemanusiaan. Segala jenis penyakit menular atau pun yang sedang menyerang masyarakat menjadi sasaran pokok aktivitas Palang Merah Indonesia. Dengan membuka posko-posko kemanusiaan, Palang Merah Indonesia akan menempatkan sejumlah tenaga sukarela untuk melayani masyarakat yang terserang penyakit atau pun yang belum terserang penyakit. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisipasi penularannya.43

43 Hasil wawancara Dengan Herriansyah, anggota hasil pelatihan Palang Merah Indonesia

Cabang Medan, tanggal 11 Februari 2008

Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang berdiri di tengah-tengah kota, dominant berperan sebagai pelayan kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan kesehatan wanita hamil, membuka posko P3K, imunisasi anak (anak di bawah umur lima tahun) sebagai antisipasi penyakit folio, pelayanan kesehatan masyarakat jompo dan masyarakat umum lainnya. Pelayanan ini adalah sebagai wujud bahwa Palang Merah Indonesia melayani masyarakat tanpa membedakan status atau kedudukan sosial.

4.4 Pembentukan Palang Merah Remaja (PMR)

Palang Merah Indonesia Cabang Medan memulai pembukaan Palang Merah Remaja sejak bulan Maret tahun 1950, di sekolah –sekolah di Indonesia, baik tingkat menengah atas dan tingkat pertama. Kegiatan Palang Merah Remaja ditujukan untuk dua hal pokok yaitu:


(60)

- Membina kelompok remaja sebagai penerus Palang Merah Indonesia untuk cabang, daerah, nasional dan bahkan Internasional.

- Memberikan pelayanan kesehatan kepada sekolah dan lingkungan sekolah.44

Palang Merah Remaja yang dibina di Medan terdiri dari 3 tingkatan, sesuai dengan tingkat sekolahnya yaitu;

- Kelompok Pemula, yaitu murid Sekolah Dasar dari umur 7 –

12 tahun. Sekolah yang sudah bergabung dengan organisasi ini sejak tahun 1980 diantaranya, Sekolah Dasar Afifyah, Sekolah Dasar Nurul Islam, Sekolah Dasar 066834 Medan.

- Kelompok Madya, yaitu murid sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama dengan usia, 13 – 16 tahun. Sekolah yang bergabung dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah Yayasan Pendidikan Harapan 2 Labuhan, Sekolah Menengah Pertama Krakatau Medan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Medan.

- Kelompok Wira, yaitu Sekolah Menengah Atas dengan umur 17

– 21 tahun. Sekolah yang sudah bergabung dengan Palang cabang Medan hingga Akhir tahun 1980 diantaranya: SMA Negeri 2 Medan, SMA krakatau, SMA Negeri 2 Labuhan,

44 Hasil wawancara Dengan Zulhamsyah, tata usaha Palang Merah Indonesia Cabang


(61)

SMA Kartika, SMA Negeri 5 Medan dan SMK Negeri 1 Medan.45

Kegiatan Palang Merah dilingkungan Remaja khususnya dilingkungan sekolah telah digolongkan menjadi kegiatan ekstra kurikuler, seperti kegiatan pramuka dan kegiatan pendukung bagi siswa lainnya. Proses pelaksanaan aktivitas kepalangmerahan banyak memberikan keuntungan bagi murid yang bergabung dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Aktivitas yang diarahkan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap sekolah-sekolah yang bergabung dengan mereka adalah: penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah dengan membersihkan lokasi sekolah, memberikan pelatihan kepada siswa/i menjadi Tenaga Sukarela (TSR ) sebagai persiapan menghadapi bencana dan kecelakaan yang menimbulkan korban.46

45 Dikutip dari Arsip Palang Merah Indonesia Cabang Medan

46 Lihat Gambar 6, Palang Merah Remaja Cabang Medan pada tahun 1966 + Gambar 8,

Penyerahan sertifikat kepada PMR pertama di Medan oleh PMI Cabang Medan pada tahun 1964

Aktivitas lain dilingkungan remaja adalah pemeriksaan kesehatan murid-murid dalam periode waktu yang ditentukan oleh Palang Merah Indonesia cabang Medan. Untuk membekali para anggota Palang Merah Remaja dalam bidang kesehatan Palang Merah Cabang Medan memberikan pelatihan medis sederhana yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-harinya di masyarakat seperti membersihkan luka, membalut luka dan bimbingan pisikologis terhadap korban kekerasan. Aktivitas ini diterapkan untuk menolong korban sementara, sebelum dibawa ke Rumah Sakit atau ke pos Palang Merah yang paling dekat dengan kejadian.


(1)

Lampiran VIII: Susunan Pengurus PMI Cabang Medan Periode 1951-1955 Tjabang: Medan

Surat No,/Tgl. Susunan Pengurus Keterangan No. 1159/Sokr/4.

Tgl.21 Maret 1950

Ketua I : Dr.R. Suroso Ketua II : Dr Gindo Siregar

Setia Usaha I : G.B Josua Setia Usaha II : Dr. R.M Dzulham

Bendahara I : Madja Purba Bendahara II : T. Ismail

Anggota : M. Hardjowasito

Pengurus Harian Ketua : Dr. Suroso Setia Usaha : G.B. Josua Bendahara : Madja Purba

Didirikan : 17 November 1945

Disahkan : 31 Maret 1951 No. A/X/041

Alamat: Gedung Nillmi Sukamulia Medan

4509/Sokr/4. Tgl. 3.Djuli 1951

Mutasi :

Sdr. TK. Ismail (Bendahara II), meninggal dunia

Telegram No. 4393/4, Tgl.28 Djuni ’51, saudara. T. Ismail meninggal dunia

6758/Sokr/4. Tgl. 29 September 1951

Sdr. Madja Purba (Bendahara I), meletakkan djabatan mulai 1 September 1951, diganti sdr. Kamaruddin Panggabean

Srt. 6758/psh/4, tgl 29/9/51 Madja Purba berhenti karena mendjadi Bupati Simalungun, diganti oleh sdr. Kamaruddin panggabean

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1951-1955)


(2)

Lampiran IX: Susunan Pengurus PMI Cabang Medan Periode 1956-1963 Tjabang: Medan

Alamat : Gedung Nillmi, Sukamulia

No. Srt/ Tgl Susunan Pengurus Keterangan

No.

4054/psh/4, 26 Djuni 1956 No. U/I/k/193

Ketua : G.B. Josua Wakil Ketua : Dr. Irsan

Setia Usaha : R.H. Djajamihardja Bendahara : K. Panggabean Pembantu 2 : M. Siregar

Dr.Ali Besar

R.A.H. Djajamihardja Dr. R. Sukaraja M.Djamaludin Tambunan Dr. M. Arifin Dr. P. Dalimunthe R.Suwito

Nj.G.S.M. Amin Dr.R. Soeroso Dr.Gindo Siregar D. Pardede Basuki

Didirikan: 17-11-1945

Peng. Tjabang : 31-3-51 No. A/x/041

Tanggal 20 April 1951

Disusun menurut Notulen Rapat Anggota 15 Oktober

1955 Agne. 2717/psh/4

Disahkan : 13-8-1956 No.12/peng/1956 Refr.2270/psh/4

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1956-1963)


(3)

Lampiran X: Susunan Pengurus PMI CAbang Medan Periode 1963-1966 dan Periode 1966-1970

Tjabang: Medan Alamat : Gedung Nillmi, Sukamulia

No. Srt/ Tgl Susunan Pengurus Keterangan

Agnc. 451/Psh 14

13 Djuli 1963

Ketua I : Dr. Gono Pane Ketua II: Drs. Gatot Suewirjo Ketua III : Letkol Dr. Oh Tie L Sekretaris I: Nj. Jo Kiam Tjay Sekretaris II: E. M. Singg Bendahara I: Soewiro Bendahara II: Soedjadi Anggota: Dr.Boenarjo Dr. J. Kolmar Soekardi SH

Didirikan: 17-11-1945

Peng. Tjabang : 31-3-51 No. A/x/041

Tanggal 20 April 1951

Disusun menurut Notulen Rapat Anggota 20 Februari

1963

Disahkan : 23-7-1963 No.2/peng/1956 Refr.2719/psh/4

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1963-1966)

Tjabang: Medan Alamat: Djalan Palang Merah No. 17

Daerah: Sumatera Utara

Susunan Pengurus Keterangan

Ketua I : Dr. G. P. Pane

Wakil ketua II: Kombes Pol R. Absar P Wakil ketua III : AKBP Drs. Bisma S Sekretaris I: Nj. L. Saleh W

Sekretaris II: Nj. G. Roekmana Bendahara I: M. Soedjadi Bendahara II: Azhar Abdullah

Didirikan: 17-11-1945 Disahkan tetap: 31-3-51 No. A/x/041

Tanggal 20 April 1951

Disusun menurut Notulen Rapat Anggota 6-8-1966

Disahkan : 21-12-1966

No.64/peng/1966 Refr.2199/psh/4

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1966-1970)


(4)

Lampiran XII: Susumam Pengurus PMI Cabang Medan Periode 1970-1974 Tjabang: Medan

Alamat; Djalan Palang Merah No. 17 Daerah: Sumatera Utara

Susunan Pengurus Keterangan

Pelindung : Muspida, Kodya Medan Nj Rooslila A. T

Penasehat : Brigdjen Dr. I. Irsan AKBP E. Siregar

Ketua : Brigdjen Dr.S.Harnopidjati W.Ketua I : T. Mhd.Rafli Damanik W.Ketua II : Dr.Hamsar Siregar W.Ketua III : Dr.Iskak Koiman

W.Ketua IV : Dr.Amir Hoesin Siagian W.Ketua V : AKBP Karo-karo Sitepu Sekretaris : Nj.Roslinna Nasution Bendahara : M.Soedjadi

Didirikan: Tgl.17 November 1945

Disahkan Tetap tgl. 20 April 1951 No A/x/1951

Disusun menurut notulen rapat anggota tgl 14 Djuli

1970

Disahkan tgl. 24 Agustus 1970 No.69/skp/TJB/PB/P

ENG Refr.3062/Psh

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1970-1974)


(5)

Lampiran XIII: Susunan Pengurus PMI Cabang Medan Periode 1974-1977 Cabang: Medan

Alamat: Jl. Palang Merah No. 17 di Medan Daerah: Sumatera Utara

Susunan Pengurus Keterangan

Pelindung : Muspida, Kodya Medan Penasehat : Kol. Pol. Mangkoehardja Ketua : Letkol Ismail

W.Ketua I : dr. Hamsar Siregar W.Ketua II : Ny. R. Soetadi W.Ketua III : dr. Farida Auskarani Sekretaris : Ismail Siregar Bendahara : M.Soedjadi

Anggota : O. Loemban Tobing Mayor Pol. J. Maijer dr. Adli Lidya dr. Lufti Latief M. Noer H Zainuddin Zein Imam Soewongso T. M. Amir

Didirikan: Tgl.17 November 1945 Disahkan Tetap tgl. 20 April 1951 No A/x/1951

Disusun menurut notulen rapat anggota tgl 12 Desember 1974

Masa jabatan Pengurus berakhir 12 Desember 1977 Disahkan Pengurus Besar tgl. 11 Januari 1975 No.104/S.KP/CBE/

PB/PENG/75

Refr.3050/Psh tgl.

11 Januari ‘75

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1974-1977)


(6)

Lampiran XIV: Susunan Pengurus PMI Cabang Medan Periode 1978-1981 Cabang: Medan

Alamat: Jl. Palang Merah No. 17 di Medan Daerah: Sumatera Utara

Susunan Pengurus Keterangan

Ketua : dr. Amak Jahri W.Ketua I : dr. Hamsar Siregar W.Ketua II : M. Zaini Dahlan W.Ketua III : Ny. R. Soetadi Sekretaris : Ismail Siregar Bendahara : Drs. Muslim M Anggota : Eka Hameru

Mayor Mardian Idris M. Soejadi

Lettu Pol. Drs. J. Tarigan Imam Soewongso

Dr. Masrul Siregar Ny. E. Irsan T. M. Amir R. Soebardi Mayor R. Warsito M. Noor Hasboelah M. Barus

Dr. Adli Lidia

Dr. Farida Auskarani

Didirikan: Tgl.17 November 1945 Disahkan Tetap tgl. 20 April 1951 No A/x/1951

Psh terakhir tgl 7-Pebruari 1979 (pengesahan

sementara) No. 96/S.KP/CB/PB/PE NG/78

Ref. 4167/Psh tgl. 7 Pebruari 1979 Notulen Muscab tgl 3 Agustus 1978. Masa jabatan Pengurus berakhir

tgl. 3 Agustus 1981

Sumber: Arsip PMI Cabang Medan, Daerah Sumatera Utara (Susunan Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Medan Periode 1978-1981)