Eksekusi dan Jenis-Jenisnya TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN

Isi Pasal 1240 KUH Perdata : “Dalam pada itu si berpiutang adalah berhak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat tadi atas biaya si berutang; dengan tidak mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu”. Pasal 1241 KUH Perdata “Apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka si berpiutang boleh juga dikuasakan supaya dia sendirilah mengusahakan pelaksanaannya atas biaya si berutang”.

E. Eksekusi dan Jenis-Jenisnya

Istilah eksekusi dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan putusan. Eksekusi merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Oleh karena itu, eksekusi merupakan tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata. Eksekusi dapat pula diartikan menjalankan putusan pengadilan, yang melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan umum apabila pihak yang kalah tidak mau 47 Achmad Ichsan, op. cit., hlm 41. Universitas Sumatera Utara menjalankan secara sukarela. Eksekusi dapat dilakukan setelah mempunyai kekuatan hukum tetap. 48 Pedoman tentang tata cara eksekusi diatur di dalam HIR atau RBG, yaitu terdapat dalam Bab Kesepuluh Bagian Kelima HIR atau Titel Keempat Bagian Keempat RBG. Pada bagian tersebut telah diatur pasal – pasal tata cara menjalankan putusan pengadilan mulai dari : 49 1. Tata cara peringatan aanmaning; 2. Sita eksekusi executoriale beslag; dan 3. Penyanderaan gijzeling. Cara–cara menjalankan eksekusi diatur mulai Pasal 195 sampai Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai Pasal 258 RBG. Namun pada saat sekarang, tidak semua ketentuan pasal-pasal ini berlaku. Yang masih berlaku adalah Pasal 195 sampai Pasal 208 dan Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai Pasal 240 dan Pasal 258 RBG. Sedangkan Pasal 209 sampai Pasal 223 HIR atau Pasal 242 sampai Pasal 257 RBG yang mengatur tentang sandera gijzeling, tidak lagi diberlakukan secara efektif. Seorang debitur yang dihukum untuk membayar utangnya berdasarkan putusan 48 Victor M Situmorang, Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993, hlm 119. 49 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 1. Universitas Sumatera Utara pengadilan tidak lagi dapat disandera sebagai upaya memaksa sanak keluarganya melaksanakan pembayaran menurut putusan pengadilan. 50 Eksekusi dapat dibedakan dalam 2 dua bentuk, yaitu : Di samping itu, terdapat lagi Pasal 180 HIR atau Pasal 191 RBG yang mengatur tentang pelaksanaan putusan secara serta–merta uitvoerbaar bij voorraad atau provisionally enforceable to have immediately effect, yaitu pelaksanaan putusan segera dapat dijalankan lebih dahulu, sekalipun putusan yang bersangkutan belum memperoleh kekuatan hukum tetap. Namun ketentuan pasal–pasal tersebut tidak terlepas dari peraturan lain seperti yang terdapat dalam asas-asas hukum, yurisprudensi, maupun praktik peradilan sebagai alat pembantu memecahkan penyelesaian masalah eksekusi yang timbul, seperti memecahkan masalah eksekusi antara instansi pengadilan dengan PUPN, tidak bisa dipecahkan tanpa mengaitkan aturan pasal-pasal eksekusi dengan Undang-Undang Nomor 49 Prp1960, sebagai sumber hukum yang mengatur kewenangan parate eksekusi parate executie yang dilimpahkan undang–undang kepada instansi PUPN Panitia Urusan Piutang Negara. Selain itu, peraturan yang berhubungan erat dengan eksekusi adalah Peraturan Lelang No.189 1980 Vendu Reglement St.1908 no.189. 51 50 Pasal 209 sampai Pasal 223 HIR atau Pasal 242 sampai Pasal 257 RBG yang mengatur tentang sandera gijzeling, tidak lagi diberlakukan secara efektif dengan diterbitkannya SEMA Nomor 2 Tahun 1964 pada tanggal 22 Januari 1964. Namun cara penerapan penyanderaan pada SEMA tersebut dianggap tidak realistis, karena terdapat celah bagi debitur untuk terbebas dari kesalahannya dengan cara licik. Maka untuk menyempurnakan SEMA Nomor 2 Tahun 1964 tersebut, diterbitkan PERMA Nomor 1 Tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan. Universitas Sumatera Utara 1. Eksekusi Riil, yaitu eksekusi yang hanya mungkin terjadi berdasarkan putusan pengadilan untuk melakukan suatu tindakan nyata atau riil yang : c. Telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap res judicata; d. Bersifat dijalankan lebih dahulu uitvoerbaar bij voorraad, provisionally enforceable; e. Berbentuk provisi interlocutory injunction; f. Berbentuk akta perdamaian di sidang pengadilan. 2. Eksekusi pembayaran sejumlah uang tidak hanya didasarkan atas bentuk akta yang gunanya untuk melakukan pembayaran sejumlah uang yang oleh undang-undang disamakan nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum yang tetap, berupa: f. Grosse akta pengakuan hutang; g. Grosse akta hipotek; h. Crediet verband ; i. Hak Tanggungan ; j. Jaminan Fidusia 51 M. Yahya Harahap, op.cit, hlm 26.. Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN LEASING