BAB IV TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN LEASING PADA PT. MITSUI LEASING CAPITAL INDONESIA
A. Pelaksanaan Perjanjian Leasing Kendaraan Bermotor Roda Empat dengan Jaminan BPKB pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia selanjutnya disebut sebagai PT. Mitsui Leasing didirikan secara resmi sebagai sebuah perusahaan yang kepemilikannya
sebagian besar dikuasai oleh Mitsui Leasing Development, Ltd, Jepang pada tanggal 26 Oktober 1992. Pendirian ini dilandasi kesamaan pikiran dan tujuan untuk
mengembangkan usaha dan sesuai Akta Notaris No. 173 Tahun 1992, persetujuan Departemen Kehakiman RI tanggal 7 Desember 1992 No. C2-9937.HT.01.04-TH.92
serta ijin usaha dari Menteri Keuangan RI No. 56KMK.0171993 tanggal 12 Januari 1993. Sampai saat ini, bidang usaha Mitsui Leasing dititikberatkan pada kegiatan
Pembiayaan Konsumen dan Sewa Guna Usaha kendaraan bermotor.
86
Seiring berjalannya waktu, PT. Mitsui Leasing menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dan terus meningkat. Perkembangan ini terjadi karena tingginya
antusiasme dan dukungan dari masyarakat yang secara langsung memperoleh manfaat dari leasing ini. Mekanisme serta interaksi yang baik tersebut juga terjadi atas
86
Sekilas Mitsui Leasing, http:www.mitsuileasing.comjaringan.asp
, diakses pada 10 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
pengaruh pihak pemerintah yang memberikan iklim yang baik yang memungkinkan Mitsui leasing bisa berkembang dengan baik.
Apabila lessee memilih PT. Mitsui Leasing sebagai lembaga pembiayaan untuk membiayai kendaraan bermotor roda empatnya, maka ada beberapa tahapan
yang harus dilalui. Tahapan - tahapan dalam pelaksanaan perjanjian dapat diuraikan sebagai berikut :
87
1. Tahap penentuan produk
Calon Lessee menetapkan terlebih dahulu jenis produk kendaraan bermotor roda empat yang diinginkannya terlebih dahulu, setelah melakukan
survei tentang harga barang, spesifikasi barang dan fasilitas lainnya yang diberikan produsen atau supplier.
Setelah menemukan kendaraan bermotor roda empat yang diinginkannya, maka pihak calon lessee selanjutnya menghubungi dan
mendatangi PT. Mitsui leasing untuk mengajukan permohonan pembiayaan melalui leasing dengan mengisi formulir yang telah disediakan oleh PT.
Mitsui leasing. Kadang kala permohonan leasing juga dapat diajukan secara langsung oleh calon lessee ditempat dealer supplier penyedia barang yang
telah bekerja sama dengan PT. Mitsui Leasing.
87
Wawancara dengan Marianawaty, S.H., selaku ex legal dari PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap permohonan leasing
Dalam mengajukan permohonan fasilitas leasing kendaraan bermotor roda empat pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia, calon lessee harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : a.
Mengisi formulir permohonan kredit kendaraan bermotor atau Surat Penawaran Letter of offer ;
b. Melampirkan dokumen-dokumen, sebagai berikut :
1 Fotokopi KTP KITAS calon lessee ;
2 Kartu Keluarga ;
3 Rekening Korantabungan 3 bulan terakhir ;
4 Kwitansi PLN PAM telepon 1 bulan terakhir bagi calon lessee
yang berstatus karyawan, pengusaha, dan profesi ; 5
Surat keterangan Slip gaji bagi calon lessee yang berstatus karyawan ;
6 Surat izin profesi bagi calon lessee yang berstatus profesi ;
7 SIUP, TDP, NPWP bagi calon lessee yang berstatus pengusaha,
profesi dan perusahaan ; 8
Surat keterangan domisili, Anggaran Dasar dan perubahannya serta laporan keuangan 2 tahun terakhir bagi calon lessee yang berstatus
perusahaan . Catatan:
1.
Pemohon yang sudah menikah, harus melampirkan KTP Suami Istri.
Universitas Sumatera Utara
2.
Pemohon Perusahaan harus melampirkan KTP KITAS Direksi Komisaris.
3.
Usia Pemohon, minimum 21 tahun, maksimum 55 tahun.
4.
Semua dokumen harus dalam kondisi terbaruyang masih berlaku.
3. Tahap survey pengecekan lapangan.
Berdasarkan aplikasi pengajuan dari calon lessee, bagian marketing akan melakukan pengecekan atas kebenaran dan pengisian formulir aplikasi,
tersebut dengan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang telah diterima, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke tempat
calon lessee plan visit, melakukan pengecekan ke tempat lain credit checking dan melakukan observasi secara khusus lainnya, bagian yang
menangani ini ini adalah bagian surveyor. Tujuan dari pemeriksaan lapangan ini adalah
a. memastikan keberadaan lessee dan memastikan akan barang kebutuhan
konsumen; b.
mempelajari keberadaan barang kebutuhan yang dibutuhkan oleh lessee, terutama harga, kredibilitas supplier, atau pemasok dan layanan purna
jual; c.
menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan calon lessee dibandingkan laporan yang telah disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
4. Tahap pembuatan customer profile.
Berdasarkan pemeriksaan lapangan, marketing department akan membuat customer profile dimana isinya akan menggambarkan;
a. Nama calon lessee dan istri atau suami;
b. Alamat dan nomor telepon;
c. Pekerjaan;
d. Alamat kantor;
e. Kondisi pembiayaan yang diajukan;
f. Jenis dan tipe barang kebutuhan konsumen.
5. Tahap perundingan perjanjian leasing.
Jika calon lessee telah dinyatakan layak oleh perusahaan pembiayaan, maka calon lessee dipersilahkan untuk mempelajari perjanjian leasing serta
merundingkan besaran angsuran, tahap angsuran, dan masa angsuran yang dianggap layak, dan sesuai dengan kemampuan calon lessee. Setelah calon
lessee setuju dengan syarat-syarat yang diatur dalam perjanjian leasing, maka selanjutnya calon lessee dapat menandatangani perjanjian leasing tersebut.
Pada saat yang sama pihak lessee melakukan penutupan asuransi kerugian dengan perusahaan asuransi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh PT.
Universitas Sumatera Utara
Mitsui Leasing. Beberapa perusahaan asuransi yang menjadi rekanan PT. Mitsui Leasing, antara lain sebagai berikut :
a. PT Asuransi Mitsui Sumitomo Indonesia
b. PT Asuransi Central Asia
c. PT Asuransi Sinar Mas
d. PT Asuransi Raksa Pratikara
6. Tahap pembuatan dan pengajuan proposal permohonan ke kredit komite.
Setelah perundingan selesai dilakukan, maka selanjutnya pihak marketing department akan mengajukan proposal terhadap permohonan yang
diajukan oleh lessee kepada proposal pemohon yang diajukan lessee kepada kredit komite. Proposal ini biasanya terdiri dari ;
a. Tujuan pemberian fasilitas pembiayaan konsumen
b. Struktur fasilitas pembiyaan yang mencakup harga barang, uang muka, net
pembiyaan, bunga, jangka waktu, tipe dan jenis barang. c.
Latar belakang lessee disertai dengan keterangan mengenai kondisi pekerjaan dan lingkungan tempat tingggalnya
d. Analisa resiko
e. Saran dan kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
7. Keputusan kredit komite.
Keputusan kredit komite merupakan dasar untuk mengetahui apakah permohonan leasing disetujui atau ditolak. Apabila permohonan lessee ditolak
maka harus diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila disetujui maka marketing department akan meneruskan tahap berikutnya
8. Tahap penyerahan kendaraan bermotor roda empat
Setelah diputuskan bahwa permohonan lessee setujui, maka selanjutnya PT. Mitsui Leasing akan membuat kontrak pembelian barang
modal kepada supplier yang ditunjuk oleh lessee dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Lessor meminta supplier menandatangani perjanjian purna jual ;
b. Lessor memerintahkan dealer untuk menyerahkan kendaraan bermotor
roda empat yang telah disepakati ; c.
Supplier menyerahkan tanda terima yang telah ditanda tangani lessee, Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor BPKB dan pemindahan
kepemilikan kepada PT. Mitsui Leasing; d.
PT. Mitsui Leasing kemudian membayar lunas harga kendaraan bermotor roda empat kepada supplier;
e. Di lain pihak, lessee kemudian membayar kepada supplier dan lessor
dapat melalui supplierdealer yang meliputi : 1
Pembayaran uang muka kepada supplier ;
Universitas Sumatera Utara
2 Pembayaran pertama kepada PT. Mitsui Leasing antara lain : angsuran
pertama premi asuransi dibayar di depan yang disesuaikan dengan lamanya angsuran, biaya adminstrasi.
3 Pembayaran berikutnya kepada PT. Mitsui Leasing yang meliputi:
angsuran berikutnya berupa chequebilyet giro mundur, dan pembayaran lain-nya jika ada.
9. Tahap Penandatanganan Kontrak Leasing.
Pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan penyerahan barang, maka dilakukan penandatanganan kontrak leasing sebagai tanda dimulainya
perjanjian leasing. Perjanjian pokok pada PT.MITSUI LEASING CAPITAL
INDONESIA adalah perjanjian pembiayaan konsumen. Perjanjian pembiayaan merupakan perjanjian yang dibuat antara lessee dan lessor untuk
membiayai dalam pembiayaan kendaraan bermotor roda empat. Namun selain daripada perjanjian pembiayaan konsumen, dibuat juga beberapa jenis
perjanjian tambahan lain yang meliputi :
88
a. perjanjian pemberian jaminan perorangan;
b. surat sanggup askeppromes;
c. kuasa yang tidak dapat dicabut kembali;
88
Keseluruhan Perjanjian tambahan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan perjanjian pokoknya accessoir
Universitas Sumatera Utara
d. surat pernyataan pembayaran angsuran;
e. surat pernyataan pelanggan untuk pembiayaan kendaraan;
10. Tahap penagihan atau monitoring pembayaran.
Setelah seluruh proses pembayaran kepada supplier atau dealer dilakukan, proses selanjutnya adalah pembayaran angsuran dari lessee sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun sistim pembayaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu; dengan cara cash, cek atau bilyet, transfer
dan ditagih langsung. Perlu diketahui bahwa penentuan sistem pembayaran angsuran telah ditentukan pada waktu marketing proses.
Collection department akan memonitor pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo pembayaran yang telah diterapkan.monitoring yang
dilakukan oleh kreditur tidak hanya sebatas monitoring pembayaran angsuran dari lessee, lessor juga melakukan monitoring terhadap jaminan dan masa
berlakunya penutupan asuransi.
11. Tahap Penyelesaian Perjanjian Leasing dan Pengambilan surat jaminan.
Apabila seluruh kewajiban lessee telah dilunasi, maka lessor akan mengembalikan Jaminan BPKB dan atau sertifikat dan atau faktur atau
invoice. Dengan demikian, proses perjanjian leasing telah selesai. Dari penjelasan tentang proses pelaksanaan perjanjian leasing
kendaraan bermotor roda empat di atas, dapat dilihat bahwa perjanjian leasing
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan dengan pemberian jaminan secara fidusia, yaitu dengan adanya jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian
pembiayaan konsumen. BPKB diserahkan pihak supplier atau lessee kepada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia pada saat telah dibayar lunasnya harga
barang leasing oleh lessor. BPKB tersebut ditahan oleh lessor sampai dengan dilunasinya cicilan-cicilan pembiayaan konsumen oleh lessee. Hal tersebut
dituangkan dalam perjanjian leasing pada Pasal 8 dan Pasal 7 ayat 1 dan 9 tentang penguasaan barang-barang.
a. Pada Pasal 8 diatur tentang pemberian jaminan secara fidusia, dikatakan
bahwa “atas pinjaman yang diberikan kepada debitur, maka debitur dengan ini berjanji akan menjaminkan barang yang diperolehnya melalui
pinjaman tersebut di atas secara fiducia baik dengan perjanjian di bawah tangan dan atau notariel kepada kreditur”.
b. Pada Pasal 7 ayat 1 dikatakan bahwa “kreditur dengan ini menyerahkan
barang kepada debitur untuk disimpandipakai, debitur akan menyimpanmemakai barang untuk dan atas nama kreditur, dan debitur
akan menguasakan kepada kreditur untuk menyimpan semua dokumen- dokumen asli yang bersangkutan mengenai hak milik berupa antara lain
tetapi tidak terbatas pada faktur copy asli dan BPKB asli. c.
Dan pada Pasal 7 ayat 9 dikatakan “debitur baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan pihak penjualpemasok dan atau produsen
bertanggungjawab untuk menyerahkan BPKB asli dan dokumen
Universitas Sumatera Utara
pelengkap lainnya kepada kreditur, dengan keterlambatan waktu yang dapat diterima namun tidak melampaui 2 dua bulan sejak tanggal
penerimaan kendaraan bermotor tersebut. Jika penjualpemasok dan atau produsen lalai untuk menyerahkan BPKB tersebut karena sebab apapun,
maka debitur harus melakukan setiap usaha yang diperlukan dan atas biaya debitur sendiri untuk menyerahkan BPKB kepada kreditur dan tidak
merugikan kreditur dalam hal apapun.
B. Prinsip – Prinsip yang Diterapkan PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia dalam Memilih Calon Lessee
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan leasing tidak terlepas dari adanya resiko kredit macet yang dilakukan oleh lesseenya. Oleh sebab itu, perusahaan leasing
membutuhkan suatu analisa kredit untuk mengetahui apakah calon lessee tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan fasilitas leasing tersebut.
Analisa kredit merupakan alat bagi lessor untuk mengadakan penilaian tentang kemampuan calon lessee dalam memenuhi kewajiban-kewajiban membayar
hutangnya. Biasanya diadakan analisa terhadap kegiatan usahapekerjaan calon lessee sehingga akan didapat suatu perkiraan tentang apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Analisa kredit untuk keperluan leasing pada dasarnya tidaklah banyak mempunyai perbedaan dengan analisa kredit untuk perbankan. Dalam Undang-
Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 seperti yang telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998, vide Pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.
Prinsip yang sama seperti yang ditentukan dalam Pasal 8 Undang-Undang Perbankan tersebut pada pokoknya juga diterapkan dalam leasing, maupun berbagai
jenis pembiayaan lainnya. Untuk sampai kepada keyakinan tersebut, lessor harus hati-hati menganalisis keadaan lessee. Cara-cara penilaian debitur dalam pemberian
kredit bank dapat dipakai sebagai pedoman dalam pemberian leasing yaitu sebagai berikut:
89
1. Prinsip 5 C
Metode dasar yang biasa dipakai untuk menilai kemampuan lessee adalah pemberlakuan prinsip 5 C, yang terdiri dari :
a. Analisis Watak Character
Analisis watak lessee diperlukan untuk menilai akan dibayarnya kembali harga beli barang leasing oleh lessee atau tidak. Hal penting yang
harus dinilai dari analisis watak yang dimaksud salah satunya tingkat kejujuran dan itikad baik lessee. Penilaian watak lessee ini sangat sulit
dilaksanakan, karena setiap lessee akan selalu berusaha untuk bersikap baik di depan lessor oleh karena itu, dibutuhkan suatu strategi dan
89
Munir Fuady, op.cit, hlm 39.
Universitas Sumatera Utara
keahlian dalam mengetahui atau mengenali watak lessee yang sesungguhnya.
Beberapa faktor yang perlu dicermati dalam menganalisa watak calon lessee antara lain meliputi perilaku, tanggung jawab, kedisiplinan
diri, moral maupun sifat-sifat pribadinya. Cara yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap watak tersebut adalah dengan meneliti :
1. Riwayat calon lessee
2. Reputasi calon lessee di lingkungan usahatempat tinggalnya,
3. Riwayat hubungan baik,
4. Penilaian watak dari sumber-sumber informasi, seperti referensi
lessee. Keseluruhan rangkaian penilaian tersebut dilakukan sebagai
upaya menghindari terjadinya kegagalan dalam pemberian leasing yang disebabkan karena kesalahan dalam melakukan penilaian terhadap watak
lessee. b.
Analisis Kemampuan Capacity Capacity atau kapasitas atau kemampuan, merupakan penilaian
terhadap karakter lessee yang berkaitan dengan kemampuan lessee untuk melunasi biaya lease. Kemampuan dan kemauan adalah dua hal yang
saling berhubungan. Jika lessee tidak mempunyai kemauan walaupun dia punya kemampuan membayar maka hal itu adalah percuma. Demikian
Universitas Sumatera Utara
pula sebaliknya apabila yang dipunyai hanyalah kemauan tetapi tanpa kemampuan membayar maka hal ini juga percuma.
Dalam hal apabila lessee tersebut adalah pengusaha, maka capacity yang dimaksud bukan hanya sekedar kemampuan untuk membayar biaya
lease saja, tetapi juga mencakup kemampuannya untuk memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Apabila ia mampu memimpin
perusahaan dengan baik dan benar, maka dapat disimpulkan bahwa ia dapat melakukan prestasi lease sesuai dengan perjanjian.
c. Analisis Modal Capital
Analisis modal merupakan penilaian kemampuan pendanaan atau modal dari lessee yang dalam leasing dinilai dari penghasilan lessee.
Analisis modal bertujuan untuk mengetahui kemampuan lessee memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan dalam menanggung
resiko risk sharing yang mungkin dialami lessee. Dalam hal ini hal-hal yang dinilai dalam kaitan modal tidak saja dalam bentuk uang tunai, tetapi
berupa barang-barang modal seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, alat- alat produksi berupa dan asset lainnya.
Dalam hal apabila lessee merupakan perusahaan, maka modal dari lessee harus dianalisis mengenai besar dan struktur modalnya yang terlihat
dari neraca jalur perusahaan lessee. Analisis ini merupakan lanjutan dari analisis terhadap kemampuan capacity lessee.
d. Analisis Agunan Collateral
Universitas Sumatera Utara
Analisis agunan merupakan penilaian terhadap barang-barang agunan yang diserahkan oleh lessee sebagai jaminan atas fasilitas leasing
yang diterima. Peran agunan dilihat dari sudut manfaat terutama sebagai alat pengaman second way out khususnya apabila leasing yang dibiayai
tersebut mengalami kemacetan. Selain itu memberi dorongan kepada lessee untuk tetap memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana yang
telah disyaratkan dalam perjanjian leasing. Agunan dibagi atas dua bagian, yaitu agunan pokok dan agunan
tambahan. Agunan pokok adalah agunan yang merupakan bagian dari barang yang dibiayai oleh lessor. Dengan demikian agunan pokok
meliputi barang yang secara langsung dibiayai dengan fasilitas leasing, dalam hal ini kendaraan bermotor itu sendiri. Agunan tambahan adalah
agunan lainnya, di luar batasan atau kriteria agunan pokok tersebut diatas, baik yang berupa harta kekayaan milik lessee secara pribadi maupun
berupa harta kekayaan milik pihak lain, yaitu milik pihak ketiga yang biasanya merupakan penjamin.
e. Analisis Keadaan Perekonomian Condition Of Economic
Faktor kondisi ekonomi merupakan faktor ekstern yang secara tidak langsung mempengaruhi kemampuan bayar lessee. Dalam leasing
kendaraan bermotor, contoh kondisi perekonomian yang mempengaruhi antara lain terjadinya krisis moneter membuat sebagian besar masyarakat
menjadi tidak mempunyai kemampuan untuk membayar biaya leasing.
Universitas Sumatera Utara
Analisis kondisi perekonomian ini dimaksudkan pada kondisi yang uncontrollable atau faktor-faktor yang berada di luar kemampuan lessee
untuk mengatasi atau mempengaruhi kondisifaktor ekstern, namun dapat dideteksi atau diamati gejalanya dan mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap kemampuan lessee dalam membayar biaya leasing. Secara umum kondisi perekonomian yang perlu diperhatikan oleh
seorang surveyor dari perusahaan leasing adalah perubahan penghasilan masyarakat yang apabila meningkat maka memungkinkan perusahaan
leasing untuk mengabulkan permohonan leasing, tetapi apabila terjadi penurunan maka perusahaan harus sangat selektif dalam mengabulkan
permohonan leasing. 2.
Prinsip 5 P Selain prinsip 5 C, prinsip 5 P ini juga sering dipraktekkan. Prinsip ini
terdiri dari unsur-unsur : a.
Party golongan; Biasanya lessee akan digolongkan kedalam beberapa golongan,
menurut watak, kemampuan dan modalnya. Penggolongan ini akan memberi arah kepada analisis leasing sehingga dapat diketahui tingkat
resiko dan keputusan apa yang akan diambil oleh lessor. b.
Purpose tujuan; Purpose tujuan merupakan prinsip yang dipakai untuk
mengetahui tujuan atau keperluan lessee dalam mengambil leasing.
Universitas Sumatera Utara
c. Payment pembayaran;
Hal ini diperlukan untuk mengetahui sumber pembayaran yang jelas, sehingga dapat diketahui tentang bagaimana perkiraan pembayaran
kembali biaya lease yang diberikan. d.
Prospect masa depan Analisa terhadap masa depan ini bertujuan untuk mencari data
tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha dari calon lessee debitur sehingga dapat diperhitungkan kemungkinan yang
terjadi dalam masa pembayaran cicilan lease. Apakah calon lessee tersebut dapat membayar cicilan lease dengan lancar atau aka nada
kendala di masa pembayaran cicilan tersebut. e.
Protection perlindungan Protection dalam arti perlindungan atas perusahaan dan atas
jaminan. Karena adanya kemungkinan gagal dalam pembayaran kredit macet, resiko lainnya seperti kerusakan benda, force major dan
sebagainya, perlu adanya jaminan sebagai benteng terakhir untuk berlindung serta berbagai asuransi untuk melindungi usaha lessee dan
kepentingan lessor. Biasanya lessor mewajibkan lessee untuk
mengasuransikan objek leasing tersebut selama jangka waktu terjadinya perjanjian leasing tersebut. Dan nilai yang dipertanggungkan harus setara
dengan nilai objek perjanjian leasing tersebut. 3. Prinsip 3 R
Universitas Sumatera Utara
Prinsip 3 R ini terdiri dari unsur-unsur : a.
Returns. Dalam arti hasil yang dicapai oleh lessee untuk mencicil kembali
hutangnya, apakah hasil tersebut cukup untuk menutup cicilannya serta memungkinkan pula usahanya untuk berkembang terus.
b. Repayment.
Sebagai kelanjutan dari returns, kemudian diperhitungkan kemampuan, penetapan schedule pembayaran cicilan yang sesuai dengan
kemampuan lessee, serta jangka waktu pengembalian kredit. c.
Risk Bearing Ability. Dalam arti sejauh mana ketahanan atau kemampuan lessee dalam
hal menghadapi resiko-resiko tertentu yang mungkin terjadi. Misalnya apakah cukup jaminan atau asuransinya.
Ketiga metode di atas pada dasarnya hampir sama dan sama-sama digunakan untuk menilai kelayakan dan kemampuan calon lessee sebelum
disetujuinya suatu perjanjian leasing. Walaupun analisa perjanjian leasing tersebut tidak dapat menjamin bahwa lessor dapat terbebas dari kredit macet,
namun analisa kredit ini dapat dijadikan sebagai acuan dan jaminan utama pada perjanjian leasing. Analisa kredit dapat dikatakan sebagai jaminan utama
perjanjian leasing karena melalui analisa kredit, lessor akan mendapatkan suatu keyakinan bahwa lessee akan dan sanggup membayar kembali cicilan
lease sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
C. Faktor – Faktor penyebab Terjadinya Wanprestasi pada Perjanjian Leasing di PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
PT. Mitsui Leasing memberikan fasilitas pembiayaan konsumen sehingga lessee dapat memiliki kendaraan bermotor roda empat yang diinginkannya dengan
cepat dan mudah. Untuk mempermudah calon lessee mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen, PT. MITSUI LEASING menerapkan sistem online dan
sistem one day service. Apabila permohonan pembiayaan leasing disetujui, maka akan dibuat kontrakperjanjian leasing secara tertulis antara PT. MITSUI LEASING
dengan calon lessee. Dengan ditandatanganinya perjanjian leasing tersebut, berarti lessee telah mengerti dan menyetujui seluruh isi perjanjian tersebut. Dengan
disetujuinya perjanjian leasing tersebut, maka mulai dari saat itulah melekat hak dan kewajiban terhadap lessee maupun lessor. Setelah lessor menyetujui dan
mengeluarkan dana pembiayaan, maka giliran lessee yang berkewajiban untuk membayar cicilan biaya lease sesuai dengan yang telah disetujui di dalam perjanjian
leasing, hingga berakhirnya masa perjanjian leasing. Pada PT. Mitsui Leasing, pembayaran cicilan biaya lease dilakukan dengan cara membayar cicilan secara
bulanan. Apabila lessee tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya, maka
Lessee dapat dikatakan wanprestasi. Dalam Pasal 1243 KUH Perdata, diatur tentang cidera janji. Adapun cidera janji yang diatur dalam KUH Perdata Pasal 1243 unsur-
unsurnya antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Lalai memenuhi perjanjian,
2. Tidak memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Dalam perjanjian telah diatur secara rinci mengenai hal-hal yang berkenaan dengan cidera janji event of default di dalam kontrak. Menurut Subekti, wanprestasi
yang sering terjadi dalam berbagai perjanjian adalah bila para pihak tidak melakukan apa saja yang telah diperjanjikan atau ingkar janji, melanggar perjanjian atau
melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukannya, dan dalam hal-hal lain yang masih berhubungan dengan masalah ingkar janji.
Bila dilihat dari pendapat Subekti, maka ada beberapa bentuk wanprestasi yang mungkin akan dilakukan oleh lessee yaitu :
90
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukan;
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan dan; 3.
Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; 4.
Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Dari bentuk-bentuk wanprestasi yang mungkin dapat dilakukan oleh pihak
lessee maka dapat disesuaikan kategorinya menurut pendapat dari Subekti yaitu, dalam masalah tidak dilakukannya pembayaran angsuran sebagaimana yang terdapat
dalam perjanjian, maka hal ini termasuk memenuhi wanprestasi dalam kategori
90
F.Subekti S.H., loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
pertama. Dalam masalah terjadinya pembayaran tetapi tidak seperti yang diperjanjikan adanya kekurangan bayar, maka hal ini termasuk memenuhi kriteria
wanprestasi dalam kategori kedua. Dalam masalah terjadinya keterlambatan pembayaran angsuran pada tiap-tiap bulannya, maka hal ini termasuk memenuhi
kriteria wanprestasi dalam kategori ketiga yaitu pihak lessee melakukan sesuatu yang dijanjikan tetapi terlambat. Dalam masalah pemindahtanganan objek perjanjian
sebelum selesainya masa angsuran masuk dalam rumusan keempat yaitu melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.
Dalam perjanjian leasing pada PT. Mitsui Leasing, lessee harus memenuhi kewajiban-kewajibannya seperti yang tercantum di dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen PT. Mitsui Leasing dalam pasal-pasal sebagai berikut : 1. Pasal 5 ayat 1, yang berbunyi debitur akan mengembalikan hutang secara
mengangsur dengan jangka waktu dan jumlah sebagaimana diuraikan dalam daftar perincian pembiayaan konsumen, dan menandatangani surat sanggup
dan giro, yang merupakan janji akan membayar segala kewajiban-kewajiban yang merupakan hutang pokok, bunga, dan biaya-biaya lainnya seperti
diuraikan dalam perjanjian ini. 2. Pasal 7 ayat 2, yang berbunyi debitur harus memelihara memakai
menyimpan barang itu secara layak sebagaimana lazimnya menyimpan barang yang dititipkan.
Universitas Sumatera Utara
Secara terperinci, di dalam Perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Mitsui Leasing, terdapat pengaturan tentang peristiwa cidera janji wanprestasi. Hal ini
dapat dilihat pada Pasal 9 ayat 1 perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia, yang menyebutkan bahwa setiap peristiwa dibawah ini
merupakan peristiwa cidera janji : Pasal 9 1 :
a Debitur tidak membayar jika dan saat jatuh tempo setiap jumlah
berdasarkan perjanjian ini sesuai dengan ketentuan pembayaran yang diuraikan dalam daftar perincian pembiayaan konsumen, surat sanggup,
hal mana cukup dibuktikan dengan lewatnya waktu saja; b
Debitur tidak mempertahankan atau debitur melakukan perubahan besar pada asuransi yang diisyaratkan Pasal 8 asuransi perjanjian ini.
c Debitur tidak memenuhi atau melaksanakan suatu ketentuan atau
persyaratan lain yang dinyatakan secara tegas atau tersirat dalam perjanjian ini atau setiap perjanjian, dokumen atau jaminan yang
dimaksudkan perjanjian ini, yang harus dibuat dan dilaksanakan oleh debitur, dan jika dapat diperbaiki, kelalaian tersebut tidak diperbaiki
dalam waktu 7 tujuh hari kerja bank setelah pemberitahuan tertulis mengenai kelalaian tersebut disampaikan oleh kreditur kepada debitur.
d Setiap pernyataan, jaminan atau keterangan yang dibuat oleh debitur
berdasarkan perjanjian ini atau dalam perjanjian, dokumen atau jaminan apapun yang dimaksudkan perjanjian ini, yang telah harus dibuat dan
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan oleh debitur, atau dalam dokumen atau pernyataan apapun yang telah disampaikan kepada kreditur sehubungan dengan perjanjian ini
atau perjanjian-perjanjian itu ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan.
e Setiap peristiwa, termasuk tetapi tidak terbatas pada petisi, permohonan,
atau proses berdasarkan peraturan kepailitan atau hal-hal terkait yang berlaku atau setiap peristiwa yang dapat mengarah pada atau dapat
mengakibatkan likuidasi atas permintaan sendiri atau pihak lain atau pembubaran debitur.
f Setiap peristiwa atau rangkaian termasuk tetapi tidak terbatas pada setiap
perubahan apapun atas kebijakan pemerintah, yang menurut pendapat kredit sendiri telah mengakibatkan atau dapat mengakibatkan atau
menyebabkan perubahan yang merugikan dalam posisi keuangan atau komersil debitur, atau dengan cara lain berakibat atau membawa akibat
yang sangat merugikan pada kesanggupan debitur untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian ini.
g Debitur berhenti menjalankan usaha sebagai perusahaan yang berjalan,
atau salah satu kekayaan yang dimiliki atau digudangkan digunakan oleh debitur, termasuk tetapi tidak terbatas pada barang, terancam atau
dikenakan penyitaan atau eksekusi, atau kekayaan tersebut terkena perampasan, penyitaan, atau penghukuman atau setiap tindakan lainnya
yang mengganggu penggunaannya oleh debitur, sebagaimana yang terjadi,
Universitas Sumatera Utara
atau jika kreditur atas dasar yang wajar mungkin menganggap dirinya menjadi tidak terjamin berkenaan dengan hak-hak hukum atau
kepentingan keuangannya berdasarkan perjanjian ini. h
Debitur tidak melakukan pembayaran uang apapun saat jatuh tempo, atau cidera janji dalam pelaksanaan salah satu kewajiban berdasarkan
perjanjian manapun, dimana kelalaian atau cidera janji tersebut akan kemungkinan salah satu pihak lainnya dalam perjanjian itu mengakhiri
perjanjian tersebut atau mempercepat kewajiban debitur berdasarkan perjanjian tersebut.
i Debitur menuntut, mengambil suatu tindakan, atau membiarkan suatu
tindakan yang menyatakan atau menyiratkan bahwa debitur adalah pemilik barang
j Debitur melakukan cidera janji atau terjadi suatu Peristiwa Cidera Janji,
atau peristiwa yang dengan penyampaian pemberitahuan atau lewatnya waktu atau kedua-duanya akan menjadi Peristiwa Cidera Janji,
berdasarkan kontrak atau perjanjian lain antara kreditur dan debitur k
Debitur atau pihak lain yang berdasarkan perjanjian ini menanggung atau menjamin pembayaran hutang debitur, untuk selanjutnya disebut juga
penjamin mengajukan permohonan untuk dinyatakan dalam keadaan pailit atau penundaan pembayaran hutang-hutang Surseance van betaling
kepada instansi yang berwenang atau tidak membayar hutang kepada pihak ketiga yang telah dapat ditagih jatuh waktu atau karena sebab
Universitas Sumatera Utara
apapun tidak berhak lagi mengurus dan menguasai kekayaannya untuk kepailitan telah diajukan terhadap debitur dan atau penjamin kepada
instansi yang berwenang l
Debitur atau penjamin dibubarkan atau mengambil keputusan untuk bubar bilamana debitur dan penjamin adalah suatu perseroan casu quo
meninggal dunia atau membekukan untuk sementara usahanya atau dinyatakan berada di bawah pengampuan under curatele gesteld
m Bilamana debitur tidak menyerahkan dokumen-dokumen asli yang
berkaitan dengan kepemilikan barang tersebut sebagai jaminan kepada kreditur.
Dalam pelaksanaan perjanjian leasing, wanprestasi pada umumnya cenderung dilakukan oleh pihak lessee, baik itu yang bersifat sementara dalam artian menunggak
dan kemudian membayar. Selain itu, ada juga yang bersifat permanen dalam artian peristiwa wanprestasi terpaksa diselesaikan melalui jalur hukum. Ada pun faktor-
faktor yang mendorong kemungkinan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian leasing antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kepribadian lessee yang buruk dan tidak beritikad baik dalam memberikan
informasi dan keterangan. Walaupun pihak lessor sudah menerapkan metode-metode analisa
kredit dalam memilih calon lessee, namun masih terdapat kemungkinan disetujuinya permohonan pembiayaan leasing dari calon lessee yang kurang
Universitas Sumatera Utara
atau tidak tepat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan calon lessee yang kurang atau tidak tepat adalah lessee yang memiliki kepribadian yang buruk
yang memang tidak berniat untuk membayar cicilannya atau ingin menguasai barang dengan cara yang melanggar hukum misalnya melarikan barang
leasing, memberikan data-data palsu dan tidak berterus terang pada saat proses pengajuan permohonan pembiayaan leasing. Calon lessee sangat sulit
untuk berterus terang, terutama ketika wawancara dengan analis kredit dalam hal penghasilan dan penggunaan kendaraan. Sesungguhnya pihak perusahaan
pembiayaan sudah melakukan analisa kredit dengan sebaik-baiknya, tetapi calon lessee memang memaksakan diri untuk melakukan permohonan
pembiayaan, sehingga mengakibatkan tersendatnya angsuran. 2.
Barang dialihkan atau berpindah tangan sebelum pembayaran lunas Masalah ini timbul karena pihak lessee men-subleasekan barang tanpa
seizin secara tertulis lessor, mengalihkan barang yang menjadi obyek pembiayaan sehingga beban pembayaran angsuran berpindah kepada orang
lain, menjadikan objek leasing sebagai jaminan terhadap hutangnya sehingga pembayaran angsuran yang telah disepakati dalam perjanjian leasing menjadi
terhambat macet karena lessee tidak mampu atau tidak mau membayar barang yang tidak dikuasainya lagi, atau penguasa barang yang baru tidak
mau membayar barang lease karena tidak merasa hal itu merupakan kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Barang hilang sebelum pembayaran lunas
Dalam hal ini yang lebih berperan adalah pihak asuransi karena lessee harus tetap melakukan pembayaran angsuran apabila barangnya hilang. Dalam
proses klaim asuransi untuk kendaraan yang hilang dapat memakan waktu kurang lebih 3 tiga bulan sehingga pihak lessee merasa kesulitan terlebih
lagi apabila kendaraannya untuk kelancaran usaha atau pekerjaan yang berhubungan dengan penghasilan.
Lamanya proses klaim asuransi bukan hanya karena prosedur di perusahaan asuransi saja, tetapi karena pihak asuransi harus menunggu
laporan kemajuan dari Kepolisian Sektor atau Kepolisian Resort yang dilanjutkan ke Kepolisian Daerah sehingga terbit rekomendasi dari Kepala
Direktorat Serse Kepolisian Daerah tentang pelaporan hilangnya barang leasing tersebut. Pencarian kendaraan yang hilang sering mendapat kesulitan
di lapangan karena banyaknya kejahatan yang sering merusak atau mengganti identitas kendaraan baik nomor polisi, nomor rangka maupun nomor mesin.
4. Pelunasan pembayaran sekaligus dari cicilan angsuran yang tertunggak.
Peristiwa wanprestasi yang diikuti dengan penarikan barang petugas di lapangan cenderung memberi harapan untuk dapat menebus kendaraan
kembali dengan membayar sisa angsuran yang tertunda. Tapi pada kenyataannya lessee disuruh melunasi seluruh hutang dengan cara sekaligus
sampai dengan jangka waktu cicilan berjalan sehingga lessee tidak mampu melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Krisis Ekonomi Nasional Global
Terpuruknya stabilitas Ekonomi secara nasional Global dapat menurunkan menghilangkan kemampuan pembayaran seorang lessee, yang
mungkin terpengaruh oleh kondisi-kondis sebagai berikut : a.
Suku Bunga Bank yang meningkat tajam dan Inflasi yang tidak terkendali; b.
Kelesuan pasar karena ketidak mampuan masyarakat membeli barang; c.
Peningkatan Rasio Pemutusan Hubungan Kerja atau d.
Pailitnya lessee. 6.
Keadaan memaksa atau force majeure Adanya keadaan memaksa atau force majeure, yaitu hal-hal yang sama
sekali tidak dapat diduga oleh lessee dan dalam keadaan mana ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul, sehingga
perjanjian tidak dapat terlasanakan sebagaimana yang telah diperjanjikan, misalnya terjadi bencana alam, huru-hara, dikeluarkannya peraturan pemerintah
yang baru atau perubahan terhadap peraturan yang ada.
D. Upaya yang Dilakukan Terhadap Adanya Wanprestasi dalam Perjanjian Leasing pada PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
Dengan disepakatinya perjanjian leasing antara lessee dan lessor, maka pada saat itu juga terbitlah hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Lessee berhak
untuk menikmati objek perjanjian sebagai pihak penerima fasilitas sepanjang dia mampu memenuhi kewajiban pembayaran angsuran sesuai dengan yang telah
Universitas Sumatera Utara
diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan leasing. Akan tetapi adakalanya, terjadi peristiwa wanprestasi dimana pihak lessee tidak melakukan kewajiban pembayaran
angsuran sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan leasing. Apabila terjadi wanprestasi dalam hal keterlambatan
dan atau tidak terlaksananya pembayaran angsuran seperti yang telah disepakati, maka lessee diwajibkan untuk bertanggung jawab sepenuhnya untuk membayar
denda keterlambatan sebesar 0.20 dua permil perhari dari jumlah angsuran perbulan yang harus dibayarkan. Pada kenyataannya, denda terhadap keterlambatan
diberlakukan maksimal selama tiga bulan. Dan apabila lessee tidak juga melakukan pembayaran angsuran leasing, maka eksekusi objek leasing akan diberlakukan
sebagai jalan yang terakhir.
91
Ada beberapa langkah – langkah yang dilakukan PT. Mitsui Leasing dalam menghadapi kredit bermasalah, yaitu:
92
a. Melakukan pemberitahuan tentang hal keterlambatan pembayaran melalui
telepon dan surat menyurat yaitu surat pemberitahuan dan surat peringatan dari pengacara lessor.
Pada saat terjadi kelalaian dalam hal pembayaran angsuran, lessee akan mendapat pemberitahuan berupa telepon dari PT.Mitsui Leasing tentang
91
Ketentuan tentang kewajiban pembayaran denda keterlambatan dari lessee diatur dalam Lampiran Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pasal 5 ayat 5. Data Persentase tercantum dalam
Dokumen Surat Pernyataan Pembayaran Angsuran paragraf 5 dan Daftar Perincian Pembayaran Konsumen poin 7.
92
Wawancara dengan Marianawaty, S.H., selaku ex legal dari PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia
Universitas Sumatera Utara
telah jatuh temponya pembayaran angsuran leasingnya. Lessee juga akan diberitahukan tentang denda yang dikenakan serta dilakukan konfirmasi kapan
lessee akan melakukan pembayaran. Pemberitahuan melalui telepon biasanya dilakukan apabila lessee telah lalai membayar angsurannya setelah 3 tiga
hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran. Jika pemberitahuan melalui telepon tidak mendapatkan respon dari lessee, angsuran dan denda
yang dikenakan terhadap keterlambatan juga tidak direalisasikan pembayarannya oleh lessee, maka selanjutnya lessor akan memberikan surat
pemberitahuan dan surat peringatan secara berkala. PT. Mitsui Leasing akan mengirimkan surat pemberitahuan sebanyak
3 tiga kali dan surat peringatan dari pengacara secara berkala sebanyak 3 tiga kali kepada lessee. Surat pemberitahuan pertama dikirimkan ke alamat
lessee apabila pemberitahuan melalui telepon tidak mendapat respon, atau apabila pemberitahuan melalui telepon diabaikan dan dianggap kurang efektif.
Di dalam surat pemberitahuan diberitahukan tentang keterlambatan pembayaran angsuran, perincian tentang jumlah denda dan angsuran, alamat
dan nomor telepon lessor yang dapat dihubungi apabila lessee membutuhkan keterangan tentang pembayaran angsuran leasingnya. Apabila surat
pemberitahuan pertama juga tidak mendapat tanggapan dari lessee, maka akan dikirimkan surat pemberitahuan yang kedua dan ketiga secara berkala.
Biasanya surat pemberitahuan dikirimkan dengan selang waktu 3 tiga
Universitas Sumatera Utara
sampai 7 tujuh hari kerja, tergantung dari respon lessee terhadap surat pemberitahuan tersebut.
Apabila surat pemberitahuan yang dikirimkan tidak juga mendapatkan respon dari lessee, maka pihak lessor akan mengirimkan surat peringatan dari
pengacara tentang kewajiban untuk melakukan pembayaran angsuran serta sanksi eksekusi yang akan dilakukan apabila lessee tetap tidak melakukan
pembayaran eksekusi objek leasing. Surat peringatan dari pengacara ini juga dikirimkan secara berkala sebanyak 3 tiga kali kepada lessee. Sejalan
dengan itu, apabila semua pemberitahuan tersebut tetap tidak mendapat respon dari lessee, maka bagian penagihan collector akan mulai mencari
lessee dan kendaraan yang menjadi objek leasing tersebut. Pencarian yang dilakukan oleh collector penagih bertujuan untuk mencegah raibnya dan
dipindahtangankannya objek leasing tersebut kepada orang lain, serta untuk mendapatkan jawaban secara langsung dari lessee tentang kelalaiannya
terhadap kewajiban membayar angsuran leasing. b.
Negosiasi untuk melakukan penyelamatan kredit yaitu berupa rescheduling, reconditioning, Restructuring, novasi dan sale and lease back.
Apabila selama masa pemberitahuan melalui telepon dan surat lessee menghubungi lessor, maka dapat dikatakan lessee tersebut memiliki itikad
baik serta memiliki kemauan untuk melanjutkan perjanjian leasingnya. Bagi
Universitas Sumatera Utara
lessee yang seperti ini, PT. Mitsui Leasing akan memberikan opsi-opsi alternatif kepada lessee untuk melakukan penyelamatan kredit.
93
Penyelamatan Kredit, adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan negosiasi kembali antara lessor dan lessee.
Ada beberapa cara penyelamatan kredit yang dilakukan oleh PT. Mitsui Leasing, seperti rescheduling, reconditioning, restructuring, novasi dan Sale
and Lease Back. Lagkah-langkah penyelamatan kredit yang dilakukan yaitu: 1
Penjadwalan Kembali Rescheduling, yaitu perubahan syarat pembayaran angsuran yang hanya menyangkut jadwal atau jangka waktunya. Lessor
memberikan kelonggaran kepada lessee untuk membayar angsuran hutangnya yang telah jatuh tempo dengan jalan menunda tanggal jatuh
tempo tersebut. Lessor menanyakan berapa lama lessee akan dapat melunasi angsuran pembiayaan leasing.
2 Persyaratan Kembali Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau
seluruh syarat-syarat angsuran pembiayaan yang terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan syarat lainnya sepanjang tidak
mengenai jumlah maksimal saldo kreditnya. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat posisi negosiasi antara lessor dengan lessee yang salah
satu upayanya adalah mengubah syarat pengadaan jaminan pembiayaan leasing. Jika lessor merasa nilai jaminan yang disediakan kurang, maka
93
legalbanking.wordpress.com20090405studi-skmht-dalam-perjanjian-kpr-btn, diakses pada 10 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
lessor wajib meminta lessee untuk menambah jaminan yang jenis dan nilainya dapat diterima oleh lessor.
3 Penataan kembali Restructuring, yaitu perubahan syarat-syarat angsuran
pembiayaan dengan cara menambah modal kepada lessee dengan pertimbangan lessee memang membutuhkan tambahan dana dalam
mengembangkan pelaksanaan kegiatan usahanya. 4
Novasi Novasi yang dapat terjadi karena pembaharuan perjanjian pembiayaan,
penggantian nasabah lama ke nasabah baru pengalihan kredit, penggantian pemberian pembiayaan lama ke pembiayaan baru.
5 Sale and Lease Back
Sale and lease back merupakan suatu cara penyelamatan kredit pembiayaan dengan cara pihak lessee menjual kembali barang modal yang
dimilikinya kepada perusahaan pembiayaan lessor, yang kemudian disewadiangsur kembali oleh lessee. Tujuan dari sale and lease back ini
adalah lessee mendapatkan uang tunai dan masih dapat menggunakan barang modal tersebut bagi kepentingan usahanya.
Untuk menghindari kemacetan angsuran, biasanya lessor memberikan opsi ini kepada lessee. Sale and lease back ini tidak hanya dapat dilakukan
terhadap lessor awal, tetapi dapat juga diberikan kepada perusahaan leasing lainnya, tetapi harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
lessor awal, mengingat kepemilikan barang modal yang masih dipegang
Universitas Sumatera Utara
oleh lessor awal. Bentuk sale and lease back ini lebih diarahkan sebagai sumber pembiayaan usaha dalam bentuk dana dan barang modal.
c. Pengumuman koran
94
Sebelum dilakukannya eksekusi objek leasing, PT. Mitsui Leasing terlebih dahulu melakukan pengumuman koran. Hal-hal yang tertuang di dalamnya
mengenai data-data lessee yang menunggak, objek leasing yang diperjanjikan, serta pemberitahuan agar lessee mau menyelesaikan tunggakannya.
Pengumuman koran dilakukan apabila lessee dianggap tidak beritikad baik tidak mau melakukan negosiasi untuk penyelamatan kredit, tidak dapat
dihubungi atau terindikasi akan mengalihkan objek leasing. Tujuan dilakukannya pengumuman ini agar masyarakat tahu bahwa objek leasing
tersebut masih dalam tunggakan, sehingga tidak boleh dialihkan ke pihak lain tanpa persetujuan lessor. Selain itu, pengumuman melaui koran ini dilakukan
agar lessee merasa malu, sehingga mau secepatnya menghubungi lessor untuk menyelesaikan tunggakkannya.
d. Repossission atau eksekusi objek leasing, yaitu pengambilalihan objek leasing
secara paksa dari lessee apabila semua usaha telah ditempuh, tetapi lessee tidak juga melakukan pembayaran angsuran selama tiga bulan berturut-turut.
94
Perihal pengumuman koran, terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari calon lessee, yaitu pada saat penandatanganan perjanjian leasing. Isinya menyatakan bahwa lessee tidak keberatan
akan dilakukannya pengumuman koran apabila terjadi wanprestasi dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
E. Pelaksanaan Eksekusi oleh PT. Mitsui Leasing Capital Indonesia dalam Upaya Menguasai Kembali Barang Modal yang Disewakan Kepada Lessee yang
dalam Keadaan Wanprestasi
Seperti yang telah dinyatakan di atas, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan lessee melakukan wanprestasi pada perjanjian leasing. Namun terhadap
adanya wanprestasi tersebut, lessor tidak langsung melakukan eksekusi jaminan leasing. Lessor masih mengupayakan penyelamatan kredit dan upaya lainnya, seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Pilihan melakukan eksekusi baru akan dilakukan apabila jalan penyelamatan kredit dianggap telah gagal atau karena tidak adanya
respon positif dari lessee untuk melaksanakan kembali kewajibannya. Dalam perjanjian leasing yang dibuat oleh lessee dengan PT. Mitsui Leasing,
terdapat klausula yang memuat hak lessor untuk menarik kembali kendaraan yang menjadi objek pembiayaan leasing apabila lessee tidak melaksanakan prestasinya
sesuai dengan yang telah diperjanjikan, seperti yang tercantum di dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. Mitsui Leasing dalam Pasal 9 ayat 2 sebagai berikut :
“Debitur sepakat dan setuju dengan kreditur bahwa setiap terjadinya peritiswa cidera janji yang terjadi berdasarkan perjanjian ini akan juga merupakan suatu
peristiwa cidera janji berdasarkan perjanjian lain antara kreditur baik sendiri maupun bersama dengan pihak lain dan debitur berdasarkan perjanjian mana
debitur berhutang atau dapat menjadi berhutang kepada kreditur, dan kreditur dengan pemberitahuan kepada debitur berhak untuk segera memutuskan dan
melakukan upaya hukum setiap atau semua perjanjian baik menurut atau yang dimaksud dalam perjanjian ini maupun perjanjian lainnya termasuk pada
pelaksanaan eksekusi hak-hak jaminan kreditur.”
Mengenai ketentuan tentang eksekusi itu sendiri, dicantumkan di dalam surat
perjanjian pembiayaan dan pada surat kuasa yang tidak dapat dicabut kembali yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa lessor dapat melakukan tindakan pengambilan kembali dan memakai objek pembiayaan leasing serta dapat menjual di muka umum atau secara di
bawah tangan, ataupun dengan cara lain mengalihkan hak atas objek pembiayaan leasing tanpa perlu adanya pemberitahuan kepada lessee. Dalam eksekusi
berdasarkan ketentuan perjanjian pembiayaan, lessor memiliki hak untuk menerima atau menolak setiap penawaran tanpa perlu mempertanggungjawabkan dan meminta
adanya suatu persetujuan daripada lessee. Selain itu, dinyatakan juga bahwa lessee setuju untuk melepaskan haknya untuk mengajukan keberatan dalam hal
pengeksekusian objek pembiayaan leasing tersebut.
95
Meskipun ketentuan tentang eksekusi telah disepakati dan diperjanjikan secara tegas di bawah tangan, ketentuan perihal eksekusi berdasarkan perjanjian
tersebut tidak dapat dilaksanakan. Hal ini terjadi karena ketentuan-ketentuan mengenai eksekusi berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan mengenai eksekusi dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 tahun 1999. Dalam Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Jaminan
95
Pasal 9.2.1c. iii Tanpa pemberitahuan atau penagihan, yang dengan ini secara tegas dikesampingkan oleh
Debitur, Kreditur atau salah satu dari agen atau wakilnya, dapat menguasai, mengamankan dan memasuki kantor, pabrik, gudang atau bangunan lain dimana Barang mungkin ditemukan dan
membuka setiap pintu gerbang, pintu, atau pengikat dan melepaskan dan membongkar barang-barang lainnya dimana Barang itu berada dan secara fisik mengangkatnya, segalanya tanpa tanggung jawab
pada Debitur atau pihak-pihak lain atas kerusakan pada barang, bangunan atau lainnya;
iv menjual, atau dengan cara lain melepaskan termasuk sewa kepada pihak ketiga, memakai atau memutuskan untuk tidak melakukan apapun dari yang tersebut di atas setiap dan
semua Barang dan Debitur setuju bahwa Debitur tidak akan, dan dengan ini melepaskan setiap dan semua hak untuk mengajukan keberatan berkenaan dengan hal-hal yang tersebut di atas atau
mengajukan tuntutan terhadap salah satu Barang dari Kreditur ataupun pihak ketiga manapun.
Universitas Sumatera Utara
Fidusia Nomor 42 tahun 1999, ditentukan bahwa ketentuan-ketentuan yang berkaitan mengenai eksekusi jaminan fidusia harus mengacu kepada cara-cara yang ditentukan
dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia dan tidak boleh diperjanjikan klausula yang memberikan kewenangan kepada lessor untuk memiliki objek jaminan fidusia secara
serta merta apabila terjadi wanprestasi. Setiap perjanjian yang ketentuan eksekusinya bertentangan dengan Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor
42 Tahun 1999, akan batal demi hukum tanpa terkecuali null and void. Berdasarkan Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42
tahun 1999, apabila debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, maka eksekusi terhadap Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :
1. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2
oleh Penerima Fidusia; Dalam sertifikat Jaminan Fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran
Fidusia dicantumkan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sertipikat Jaminan Fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial
yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap in kracht van gewijsde. Dengan demikian pelaksanaan
title eksekusi atas hak eksekusi oleh penerima fidusia mengandung dua syarat utama, yakni :
a. Debitur atau pemberi fidusia cidera janji
Universitas Sumatera Utara
b. Ada Sertifikat Jaminan Fidusia yang mencantumkan irah-rah “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 2.
Penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; Penjualan dengan cara ini dikenal dengan nama lembaga parate
eksekusi dan harus dijual melalui pelelangan umum, dengan demikian parate eksekusi kurang lebih adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-
undang atau putusan pengadilan kepada salah satu pihak untuk melaksanakan sendiri secara paksa isi perjanjian manakala pihak yang lainnya wanprestasi.
Akan tetapi karena kekuasaan ini harus dibuktikan dengan sertifikat jaminan fidusia maka praktis eksekusi atas kekuasaan sendiri parate eksekusi ini
mengandung persyaratan yang sama dengan eksekusi atas alas hak eksekusi titel eksekusi tersebut di atas.
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi
dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
Untuk pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia berdasarkan titel eksekutorial, benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan sesuai Pasal 11 ayat
1 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pembebanan
Universitas Sumatera Utara
Jaminan Fidusia diatur dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, dimana pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia. Pendaftaran Jaminan Fidusia dimaksudkan agar :
96
1. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan
terutama terhadap kreditor lain mengenai benda yang telah dibebani dengan Jaminan Fidusia ;
2. Melahirkan ikatan Jaminan Fidusia bagi kreditor ;
3. Memberikan hak yang didahulukan preferen kepada kreditor terhadap
kreditor lain, berhubung debitor tetap menguasai benda yang menjadi Objek Jaminan Fidusia berdasarkan kepercayaan ;
4. Memenuhi azas publisitas.
Meskipun objek perjanjian leasing telah dijaminkan secara fidusia dan telah dinyatakan secara tegas dalam Pasal 6 perjanjian pembiayaan konsumen dan Surat
Kuasa mengenai Jaminan Fidusia, namun realisasi yang terjadi ironisnya justru tidak menunjukkan hal yang demikian. Objek yang dijaminkan secara fidusia dalam
perjanjian leasing tidak dibuat dalam akta notaril dan tidak didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia untuk mendapatkan Sertifikat Jaminan Fidusia sehingga
menjadikan perjanjian tersebut hanya merupakan perjanjian di bawah tangan dan bukan merupakan perjanjian fidusia sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999.
96
Rachmadi Usman, S.H., M.H., Hukum Jaminan Keperdataan Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm 201.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, bila terjadi wanprestasi terhadap perjanjian di bawah tangan tersebut, maka ketentuan eksekusi tidak dapat langsung dilaksanakan
sebagaimana halnya keistimewaan yang didapatkan dalam hak agunan jaminan fidusia, melainkan harus mengikuti prosedur gugatan biasa dengan cara mengajukan
gugatan perdata ke pengadilan untuk dimintakan putusan eksekusi. Apabila sudah ada putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka baru dapat
dimintakan eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia.
97
97
Grace P. Nugroho, S. H., Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia dengan Akta di Bawah Tangan,
Apabila eksekusi tetap dilaksanakan secara sepihak oleh lessor tanpa mengikuti ketentuan diatas, maka tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 368 KUH Pidana yang berbunyi : “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan”
http:www.hukumonline.comberitabacahol17783eksekusi-terhadap-benda- objek-perjanjian-fidusia-dengan-akta-di-bawah-tanganpage2
, diakes pada 30 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN