73 ini, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan berubah. Hal ini tergantung dari proses
akreditasi yang secara berkala dilakukan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Indonesia.
3.7.5. Jumlah Kunjungan Pasien
Keberhasilan pelayanan di rumah sakit juga dapat diukur dari tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit tersebut. Dari hasil penelitian wawancara dengan
beberapa informan kunci di rumah sakit ini, diperoleh informasi bahwa jumlah kunjungan pasien cenderung menurun. Untuk skop temporal penelitian yaitu tahun
1970 hingga tahun 2000, data mengenai jumlah kunjungan pasien sudah tidak ada lagi. Sementara untuk tahun 2000, jumlah kunjungan pasien rawat inap 2.800 orang,
untuk pasien rawat jalan 29.066 orang. Sementara untuk tahun 2001, jumlah kunjungan pasien rawat inap 2.544 orang, untuk pasien rawat jalan 27.319 orang.
69
Pada tahun 1970 hingga tahun 1980-an, jumlah tersebut bisa mencapai dua kali lipat.
70
Alasannya, karena seluruh jumlah tempat tidur terisi penuh, sebab jumlah tempat tidur tahun 1975 saja mencapai 321 tempat tidur.
Secara umum hasil penelitian wawancara menunjukkan adanya penurunan jumlah pasien yang datang berobat ke rumah sakit ini. Penurunan jumlah pasien yang
datang berobat ke rumah sakit ini tidak semata-mata disebabkan karena penurunan kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing.
71
Penurunan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
daya tampung rumah sakit dan perkembangan teknologi pelayanan kesehatan.
69
Laporan Pelayanan Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tahun 2000 dan 2001.
70
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
71
Wawancara dengan Ibu Lince Tampubolon tanggal 29 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
74 1.
Daya Tampung Pasien di Rumah Sakit. Tempat tidur merupakan salah satu sarana pokok yang wajib ada di sebuah
rumah sakit, terutama untuk melayani pasien rawat inap. Pada periode awal setelah RSU Dr. GL Tobing PTPN II dinasionalisasi, jumlah tempat tidur yang ada mencapai
tiga kali lipat dari yang ada sekarang, yaitu lebih dari 300 tempat tidur. Tempat tidur tersebut disusun sangat rapat antara satu dengan yang lain di dalam bangsal ruangan
perawatan. Setelah ada pembenahan berdasarkan standar pengelolaan rumah sakit yang ditetapkan pemerintah, maka tata letak tempat tidur tersebut mulai diperhatikan.
Tempat tidur tersebut mulai dikurangi jumlahnya. Selain itu, tempat tidur tersebut banyak yang tidak digunakan lagi dengan alasan tidak layak pakai karena usianya
yang sudah tua. Jumlah ini tentu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan jumlah pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit ini. Keterangan
tersebut menujukkan bahwa daya tampung rumah sakit juga mempengaruhi jumlah pasien yang datang untuk berobat.
2. Bertambahnya Sarana Pelayanan Kesehatan Lain
Kesehatan sangat besar artinya bagi setiap orang. Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal, maka diperlukan sarana pelayanan kesehatan. Kondisi ini
menyebabkan pertumbuhan sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit meningkat. Dari tahun ke tahun, jumlah rumah sakit semakin bertambah dengan
beragam fasilitasnya, khususnya yang berada di daerah Tanjung Morawa maupun daerah lain di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
75 Selain jumlah rumah sakit yang bertambah, juga banyak dokter ataupun bidan
yang membuka tempat praktek sendiri secara individual yang juga melayani kegiatan pengobatan. Di tambah lagi kemajuan teknologi di bidang pelayanan kesehatan,
memungkinkan seseorang sudah dapat memeriksakan kesehatannya atau menjalani pengobatan di rumahnya sendiri. Kondisi ini tentunya menyebabkan penurunan
jumlah pasien yang datang berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTPN II. Semua sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan beragam fasilitasnya mengakibatkan pasien
memiliki alternatif pilihan sesuai dengan yang dibutuhkannya.
Universitas Sumatera Utara
76
BAB IV PERANAN RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTPN II
TANJUNG MORAWA
Rumah sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan memiliki dua fungsi, yakni fungsi intramural dan fungsi ekstramural. Fungsi intramural merupakan
pelayanan medis beserta semua penunjangnya untuk memberikan pelayanan kesehatan individual, sedangkan fungsi ekstramural berupa pelayanan kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan secara aktif di masyarakat.
72
Artinya, selain perawatan di dalam gedung rumah sakit, institusi rumah sakit juga harus melakukan pelayanan
kesehatan di masyarakat yang biasanya diwujudkan dalam bentuk penyuluhan atau melalui Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas.
Rumah sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan juga berperan dan bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan umum sistem kesehatan nasional.
73
Tujuan umum sistem kesehatan nasional yaitu: 1.
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 2.
Diperolehnya derajat kesehatan yang optimal. 3.
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu. 4.
Diperolehnya jaminan pelayanan di saat menderita sakit bagi masyarakat, terutama di wilayah cakupan institusi pelayanan.
72
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.
73
Soedarmono Soejitno, dkk, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo, 2002. hal. xxiv.
Universitas Sumatera Utara