11 penyimpangan-penyimpangan. Tindakan yang dilakukan selanjutnya
adalah mencari alternatif yang sesuai terhadap penyimpangan- penyimpangan yang ditemukan untuk dapat menghilangkan
penyimpangan atau meminimalkan penyimpangan yang terjadi.
1.5.2 Metode Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, dipahami benar bahwa bukan persoalan yang mudah untuk melahirkan satu metode yang bisa diterima dan
berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal sekalipun, apalagi pengawasan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas,
menyangkut kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di atas tentunya sangat logis apabila dibutuhkan suatu metoda
yang tepat dan berlaku secara universal. Seiring perjalanan waktu dan kompleksnya tuntutan akan kebutuhan
sebuah perencanaan maka dikenal metode pengawasan William H Newman, pembahasan oleh James A F Stoner, 1996:6-9 , yaitu :
1. Pengawasan Formal Pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit pengawasan
yang bertindak atas nama pimpinan nama organisasinya atau atasan daripada pimpinan organisasi. Dalam pengawasan ini biasanya
ditentukan dan telah ditetapkan prosedur, hubungan, dan tata kerja. Contohnya : periode waktu pemeriksaan, periode waktu
pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan. Laporan itu harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaannya. Maksud
12 laporan dari unut pengawasan ini agar pimpinan agar selalu dapat
mengikutu perkembangannya mengenai segala hal yang terjadi diorganisasinya.
2. Pengawasan Informal Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui
saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan
mengadakan kunjungan yang tidak resmi pribadi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekakuan dalam hubungan antara
atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan
menghendaki keterbukaan dalam memperoleh informasi dan sekaligus usul atau saran perbaikan dan penyempurnaan dari bawahannya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh para bawahan dan tidak dapat dipecahkan oleh mereka sendiri dalam kaitan ini pimpinan dapat
memberikan saran-saran dan pemikiran mengenai jalan keluarnya. Sebaliknya para bawahan juga merasa bangga karena diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara langsung kepada pimpinannya. Jelaslah bahwa pengawasan informal
mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat informal. Hal ini sangat menguntungkan terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas
pekerjaan. Untuk konteks Bappeda Kabupaten Samosir adapun metoda atau teknik
pengawasan yang dilaksanakan lebih cenderung menjalankan kedua metoda
13 pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan
informal. Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda pengawasan ini adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun
tidak terlalu kaku dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga diharapkan pengawasan yang dilaksanakan bukan merupakan suatu
momokbeban bagi para pegawai. Dengan pelaksanaaan metoda pengawasan ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya para pegawai
betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran dan rasa tanggungjawab bukan karena tekanan dari keberadaan sistem pengawasan tersebut.
Peranan pengawasan adalah suatu hal yang sangat esensial dan tidak dapat diabaikan, karena pada hakekatnya pengawasan adalah suatu usaha
untuk mendetekasi kegiatan yang dilakukan oleh pegawai apakah kegiatan tersebut telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi untuk
menilai pegawai dalam hal mematuhi kebijakan-kebijakan yang berlaku.
1.5.3. Tipe-Tipe Pengawasan