6
1. 2. Perumusan Masalah
Dalam mengadakan pembahasan terhadap objek tertentu maka selalu terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian
juga halnya dengan pelaksanaan pengawasan pegawai. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Hubungan antara Pengawasan dengan efisiensi kerja
Pegawai di Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir ? 2. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai di
Kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir ?
1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pada dasarnya memiliki tujuan penelitian, dalam maksud untuk memberikan arahan ataupun
jalur tertentu terhadap penelitian itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengawasan dengan efisiensi kerja pada kantor Bappeda Kabupaten Toba Samosir.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja.
7
1. 4. Manfaat Penelitian
Dari kegiatan penelitian tentunya akan diperoleh hasil yang diharapkan yang akan memberikan manfaat antara lain:
1. Secara Subyektif adalah Sebagai suatu tahap untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah dan kemampuan
untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmuah beerdasarkan kajian dan teori serta aplikasi yang diperoleh dari ilmu administrasi negara.
2. Secara Objektif adalah sebagai kontribusi atau masukan bagi Bappeda Toba-samosir khususnya dalam merencanakan dan mengembangkan
kegiatan pengawasan terhadap peningkatan efisiensi kerja pegawai. 3. Secara Akademis, Sebagai bahan referensi atau bacaan bagi
kepustakaan ilmu administrasi negara juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan yang tertarik dalam masalah ini.
1. 5. Kerangka Teori
Sebagai suatu anilisa ilmiah, tulisan ini juga menggunakan beberapa pendekatan secara khusus untuk memahami permasalan penelitian yang
dikemukakan. Hal ini dilakukan agar penulis mendapatkan pedoman dalam upaya menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. Oleh karena hal
demikian tersebut penulis bermaksud memaparkan pendekatan-pendekatan ataupun teori yang ada sebagai berikut.
8
1.5.1. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang harus dimiliki oleh setiap organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun swasta. Dalam
setiap organisasi terutama organisasi pemerintah, fungsi pengawasan sangat penting karena pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin adanya
keserasian antara penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dengan rencana- rencana mereka secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengawasan
dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak sesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas
dan wewenang yang telah ditentukan. Secara sederhana pengawasan merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dengan mulus tanpa penyimpangan. Pengawasan merupakan usaha sadar dan sistematik untuk lebih menjamin bahwa semua tindakan operasional yang
diambil oleh organisasi benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan mempunyai kaitan lansung dengan
seluruh proses administrasi dan manajemen. Pengawasan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, dilaksanakan berdasarkan strategi dasar organisasi
yang telah dirumuskan dan ditetapkan sehingga menjadi program rencana kerja.
Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauhmana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Dalam proses pencapaian tujuan tersebutlah sangat dibutuhkan sebuah mekanisme kontrol terhadap berbagai aktivitas-aktivitas yang dijalankan atau
9 yang ada dalam organisasi tersebut sehingga aktivitas yang dilaksanakan
terarah dan mengacu kepada target atau sasaran yang ditentukan . S.P. Siagian 2002:169 yang mengatakan bahwa : ”Pengawasan adalah proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetukan sebelumnya.” Sedangkan T Hani Handoko 1997 :359 mendefenisikan bahwa pengawasan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan organisasi tercapai. Pentingnya pengawasan juga dapat dilihat dari Tujuan pengawasan,
yakni : 1. Supaya Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan rencana. 2. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-
penyimpangan 3. Supaya tujuan yang dihasilkan tercapai.
Jadi pengawasan merupakan tindakan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sudah sesuai dengan rencana, dan
apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan maka diperlukan tindakan- tindakan koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut.
Dalam hal ini dengan adanya pengawasan maka kesalahan atau kekurangan yang serupa diharapkan tidak akan terulang lagi. Adapun tindakan-tindakan
yang dilaksanakan dalam suatu sistem pengawasan adalah meliputi Handoko 2003:359 :
10 1. Menetapkan standar-standar
Dalam hal ini sistem pengawasan dilakukan dengan menetapkan standar-standar kinerja yang harus dilakukan dalam bentuk peraturan-
peraturan yang menjadi ketentuan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab..
2. Mengukur performa dengan standar-standar yang ditetapkan Tindakan yang dilakukan pada pada sistem ini adalah melihat
performa pegawai dalam kurun waktu tertentu dan wilayah kerja tertentu melalui berbagai indikator penilaian kinerja. Hasil penilaian
kinerja ini kemudian dibandingkan dengan standar–standar yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga ditemukan suatu kesimpulan apakah
performa sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 3. Umpan balik feedback hasil yang dicapai
Umpan balik merupakan suatu bentuk motivasi yang diberikan kepada pegawai berdasarkan kinerja yang telah dicapai oleh pegawai
tersebut. Adapun bentuk-bentuk dai umpan balik ini seperti penghargaan
terhadap prestasi, pemberian promosi, insentif dan jenjang karir yang jelas.
4. Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ditetapkan.
Setelah dilakukan evaluasi secara mendalam dan sistematis terhadap kinerja, maka akan diperoleh gambaran mengenai
11 penyimpangan-penyimpangan. Tindakan yang dilakukan selanjutnya
adalah mencari alternatif yang sesuai terhadap penyimpangan- penyimpangan yang ditemukan untuk dapat menghilangkan
penyimpangan atau meminimalkan penyimpangan yang terjadi.
1.5.2 Metode Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, dipahami benar bahwa bukan persoalan yang mudah untuk melahirkan satu metode yang bisa diterima dan
berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal sekalipun, apalagi pengawasan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas,
menyangkut kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di atas tentunya sangat logis apabila dibutuhkan suatu metoda
yang tepat dan berlaku secara universal. Seiring perjalanan waktu dan kompleksnya tuntutan akan kebutuhan
sebuah perencanaan maka dikenal metode pengawasan William H Newman, pembahasan oleh James A F Stoner, 1996:6-9 , yaitu :
1. Pengawasan Formal Pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit pengawasan
yang bertindak atas nama pimpinan nama organisasinya atau atasan daripada pimpinan organisasi. Dalam pengawasan ini biasanya
ditentukan dan telah ditetapkan prosedur, hubungan, dan tata kerja. Contohnya : periode waktu pemeriksaan, periode waktu
pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan. Laporan itu harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaannya. Maksud
12 laporan dari unut pengawasan ini agar pimpinan agar selalu dapat
mengikutu perkembangannya mengenai segala hal yang terjadi diorganisasinya.
2. Pengawasan Informal Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui
saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan
mengadakan kunjungan yang tidak resmi pribadi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekakuan dalam hubungan antara
atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan
menghendaki keterbukaan dalam memperoleh informasi dan sekaligus usul atau saran perbaikan dan penyempurnaan dari bawahannya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh para bawahan dan tidak dapat dipecahkan oleh mereka sendiri dalam kaitan ini pimpinan dapat
memberikan saran-saran dan pemikiran mengenai jalan keluarnya. Sebaliknya para bawahan juga merasa bangga karena diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara langsung kepada pimpinannya. Jelaslah bahwa pengawasan informal
mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat informal. Hal ini sangat menguntungkan terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas
pekerjaan. Untuk konteks Bappeda Kabupaten Samosir adapun metoda atau teknik
pengawasan yang dilaksanakan lebih cenderung menjalankan kedua metoda
13 pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan
informal. Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda pengawasan ini adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun
tidak terlalu kaku dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga diharapkan pengawasan yang dilaksanakan bukan merupakan suatu
momokbeban bagi para pegawai. Dengan pelaksanaaan metoda pengawasan ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya para pegawai
betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran dan rasa tanggungjawab bukan karena tekanan dari keberadaan sistem pengawasan tersebut.
Peranan pengawasan adalah suatu hal yang sangat esensial dan tidak dapat diabaikan, karena pada hakekatnya pengawasan adalah suatu usaha
untuk mendetekasi kegiatan yang dilakukan oleh pegawai apakah kegiatan tersebut telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi untuk
menilai pegawai dalam hal mematuhi kebijakan-kebijakan yang berlaku.
1.5.3. Tipe-Tipe Pengawasan
Menurut T hani Handoko 2003:361, ada 3 tipe dasar pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalah-
masalah atau penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan.
14 2. Pengawasan Concurrent
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan
untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan tujuan. 3. Pengawasan Umpan balik
Pengawasan yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Ketiga tipe pengawasan tersebut sangat berguna bagi sistem manajemen dalam suatu organisasi, dimana memungkinkan
manajemen untuk membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai
tujuan. 1.5.4. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan hal yang utama yang perlu di perbaiki untuk mencapai efisiensi organisasi secara keseluruhan. Efisiensi perlu dijadikan
sebagai dasar pemikiran dalam penyederhanaan pekerjaan sebagai suatu kegiatan tata usaha agar dapat diperoleh hasil yang maksimal dengan usaha
seminimal mungkin. Efisiensi kerja erat hubungannya dengan diadakannya pengawasan oleh
pimpinan yang menyangkut pengukuran pada hasil pekerjaan yang dilaksanakan, oleh bawahan, instruksi-instruksi dan pengarahan-pengarahan
15 yang diberikan supaya dalam rangka bekerja, mereka mengetahui apa saja
yang menjadi keharusan terhadap dan apa yang tidak. Untuk mewujudkan efisiensi kerja melalui tugas yang dilaksanakan
oleh bawahan, pimpinan harus dapat memotivasinya. Motivasi dari pimpinan merupakan dorongan bagi bawahan agar lebih giat dan tekun dalam
menghadapi pekerjaan. Pengertian efisiensi yang dikemukakan oleh Amitai Etzioni 1885;12
menyatakan Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unit unit sosial yang paling efektif dan efisien. Efektifitas organisasi diukur dari sejauh mana ia
berhasil mencapai tujuanya, sedangkan Efisiensi organisasi dikaji dari jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam perbandingan antara keuntungan dan
biaya atau dengan waktu. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam organisasi,
efisiensi dapat diukur dari jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam proses kegiatan dengan perbandingan antara keuntungan dan biaya yang
dikeluarkan serta perbandingan antara hasil kerja dengan waktu yang dihabiskan.
Sedangkan menurut The Liang Gie 1984; 8 menyatakan bahwa, Efisiensi dapat dilihat dari 2 segi yaitu :
1 Segi usaha, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu diperoleh dengan usaha sekecil mungkin. Usaha itu meliputi
pikiran, tenaga, waktu dan ruang, benda dan uang. Dalam hal ini dinyatakan bahwa, Efisiensi dapat diukur dari usaha yang dikeluarkan
16 dalam pencapaian maksudnya adalah Seminimal mungkin usaha yang
dikeluarkan maka semakin efisien pekerjaan itu, oleh karena itu pelaksanaan kegitankerjanya dilakukan dengan : cara yang termudah,
cara yang teringan, cara yang tercepat, cara yang terpendek jaraknya dan cara yang termurah biayanya.
2 Segi hasil, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien bila dengan usaha tertentu memberikan hasil yang memuaskan, baik dalam hal mutu
maupun jumlah. Dalam hal ini dinyatakan bahwa, Efisiensi dapat diukur dari usaha yang paling minimal tetapi memberikan hasil yang
maksimal baik itu dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk pencapaian target ini dapat dilakukan dengan usaha seperti
penghematan unsur-unsur usaha dan cara kerja. Perbandingan terbalik antara usaha dan hasil sangat dipengaruhi oleh
cara pekerjaan itu dilaksanakan, dimana efisiensi kerja merupakan perwujudan dari pekerjaan yang efisien, sehingga para pegawai dapat
mencapai hasil atau tujuan yang telah ditentukan melalui penghematan unsur- unsur usaha, karena unsur-unsur usaha inilah yang sangat membantu didalam
penghematan pelaksanaan pekerjaan. Dalam rangka pelaksanaan efisiensi kerja, yang perlu mendapat perhatian adalah cara kerja, sebab keberhasilan
setiap kegiatan dapat dilihat dari pelaksanaan cara kerjanya. Menurut James A. F. Stoner yang dalam Alfonsus Sirait 1991:14
menyatakan bahwa efisiensi kerja berarti memusatkan perhatian pada sumber daya manusia, bagaimana sumber daya manusia dapat dimanfaatkan untuk
17 memberikan hasil kerja yang maksimal. Stoner menyatakan efisiensi yang
berkaitan dengan tata usaha dan penyederhanaan pekerjaan haruslah didukung sumber daya manusia yang dapat menciptakan efisiensi tersebut. Sumber daya
manusia berupa tenaga dan pikiran harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menghindari penggunaan tenaga dan pikiran yang terlalu berat, sehingga
menyebabkan pemborosan yang pada akhirnya merugikan organisasiinstansi tersebut, karena efisiensi yang hendak dicapai justru tidak diperoleh sama
sekali. Dengan demikian, diharapkan dengan penggunaan sumber daya manusia secara tepat dapat dicapai efisiensi yang pada akhirnya efisiensi yang
diharapkan organisasi tercapai. Dari beberapa defenisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa efisiensi
adalah ukuran antara rencana kerja dengan hasil kerja. Apabila hasil usaha yang dicapai lebih dari usaha yang digunakan, atau dengan kata lain dengan
usha yang minimal memberikan hasil yang maksimal dari segi mutu dan
kualitas, maka itu dapat dikatakan efisien.
1.5.5. Prinsip-prinsip Efisiensi
Pada dasarnya prinsip efisiensi diperlukan dalam pekerjaan karena dengan adanya prinsip ini organisasi memiliki pedoman untuk mencapai
efisiensi secara maksimal untuk mencapai tujuan. Menurut T. Hani Handoko 1986, ada tujuh prinsip efisiensi, yaitu :
1 Ada tujuan yang dirumuskan dengan jelas 2 Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3 Adanya sikap yang cakap
18 4 Balas jasa yang efisien dan adil.
5 Laporan yang terpercaya. 6 Pemberian perintah dan pengaturan kerja
7 Adanya standar, modul metoda dan waktu yang tepat.
T. Hani Handoko menyatakan bahwa dalam setiap manajemen, harus ada perencanaan tujuan dan pencapaian hasil yang ingin dicapai oleh
organisasi, dengan cara-cara yang berbeda pada jalurnya dan dapat diterima oleh setiap pegawai. Dengan peran seorang pimpinan dalam hal ini Kepala
Bappeda kab Toba Samosir haruslah mempunyai sikap cakap, memegang prinsip efisiensi dan mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Efisiensi akan
terlaksana apabila balas jasa atas pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan antara tenaga, waktu, pikiran dan hasil yang dicapai.
1.5.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi Ada banyak faktor yang menentukan efisiensi kerja organisasi. Faktor-
faktor tersebut misalnya adalah, biaya produksi yang relatif murah, tenaga kerja, produktifitas kerja, biaya material, kemajuan teknologi dan sebagainya.
Menurut Richard M streers 1995:21 ada beberapa faktor yang memperngaruhi efisiensi, yaitu; penyusunan tujuan strategis, pencarian dan
pemanfaatan SDM, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, adaptasi dan motivasi organisasi. Menurut pendapat ini,
penyusunan tujuan yang terancana dengan baik disertai dengan pemanfaatan tenaga kerja yang sesuai akan menunjang efisiensi kerja. Selain itu pengaruh
kepemimpinan seorang pengawas dalam hal ini adalah kepala Bappeda Kab Toba Samosir yang cakap dalam pengambilan keputusan, komunikasi yang
19 baik dalam organisasi baik secara vertikal maupon komnukasi horizontal,
akan turut mendukung terciptanya efisiensi disamping motivasi dan adaptasi perusahaan itu sendiri dengan lingkungan, dan kemampuan organisasi.
Sedangkan The Liang Gie 1987 mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi kerja yaitu, suasana kerja yang kondusif dan
saling mendukung. Lingkungan tempat kerja yang nyaman, hasil produksi yang sesuai dengan yang diharapkan, perlengkapan dan fasilitas penunjang
dalam kegiatan sehari-hari serta alat-alat perlengkapan administratifnya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa peranan manajemen berpengaruh besar
dalam pendekatan tingkat efisiensi yang nyata. Sebuah perusahaan mungkin mempunyai sumber daya yang cukup berupa uang, bahan dan kecakapan
teknologi, tetapi kepemimpinan yang buruk atau pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap efisiensi yang akan berada dibawah
tingkat optimalnya.
1.5.7. Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja
Dalam lingkungan organisasi tujuan pengawasan adalah untuk mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan kegiatan organisasi.
Pengawasan bermaksud untuk mewujudkan daya guna dan hasil guna serta tepat guna dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan ini hanya dapat dicapai jika pengawasan diarahakan pada penertiban disiplin pribadi para pegawai yang berupa disiplin kerja, disiplin waktu,
kepatuhan kepada atasan dan kesadaran untuk bekerja dengan sungguh- sungguh.
20 Salah satu usaha untuk mengoptimalkan efisiensi kerja adalah
pengawasan yang dilakukan oleh pengawaspimpinan dalam hal ini adalah Kepala Bappeda Kabupaten Toba Samosir. Pengawasan yang dilakukan
didalam suatu organisasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan organisasi. Menurut S. Handayaniningrat 1984:15 ”Pengawasan bertujuan
agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara efisienberdaya guna, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.”
Melalui pengawasan ini, dapat ditiadakannya atau setidak-tidaknya dapat dikurangi kesalahan-kesalahan, penyelewengan-penyelewengan, dan
lain sebagainya yang dapat menghambat efisiensi kerja. Sebaliknya dengan pengawasan dapat diperoleh manfaat secara efektif dan efisien sumber-
sumber dana, daya dan waktu. Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan
harus dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui
pengawasan dapat dilakukan penilaian apakah suatu unit organisasi atau badan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara
hemat, efisien, dan efektif, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, melalui
pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
penyempurnaan kegiatan.
21 Menurut Hadari Nawawi 1993:13 ada lima sumber kerja dalam
organisasi yang harus senantiasa diawasi agar tercipta efisiensi dalam bekerja sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, yaitu:
1. Tenaga fisik Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui berapa banyak tenaga
fisik yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu, baik dari banyaknya jumlah pegawai maupun beratnya pekerjaan. Dengan kondisi seperti ini
pekerjaan dikatakan efisien bila untuk mencapai hasil yang ingin dicapai digunakan lebih sedikit pegawai daripada jumlah yang lebih banyak,
sedangkan hasil yang dicapai sama atau bahkan lebih baik. 2. MetodeCara kerja
Pengawasan dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah cara kerja pegawai sesuai dengan metode yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
pencapaian hasil. Dengan kata lin pengawas dalam hal ini harus berusaha agar pegawai mampu menggunakan metode atau cara kerja yang paling
tepat, guna memperoleh hasil kerja yang maksimal. 3. Bahan, Alat dan Uang
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui jumlah, jenis dan harga bahan atau alat yang dipergunakan oleh pegawai untuk menghasilkan
sesuatu. Dalam hal ini peranan pengawas dibutuhkan untuk selalu berusaha agar alat, bahan dan uang digunakan secara minimal tetapi
dengan target hasil yang maksimal.
22 4. Fikiran
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui berat ringanya pekerjaan dengan menggunakan tenaga fikiran pegawai. Pekerjaan dapat dikatakan
tidak efisien jika diselesaikan dengan cara berfikir yang berbelit-belit, padahal sebenarnya dapat diselesaikan dengan cara berfikir yang
sederhana dengan hasil kerja yang sama. 5. Waktu
Dari pengawasan yang dilakukan dapat diketahui lamanya atau jangka waktu yang digunakan pegawai untuk menghasilkan sesuatu. Semakin
hemat penggunaan waktu dengan beroleh hasil yang maksimal berarti semakin tinggi efisiensi kerja.
Sebagai seorang pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan pegawai hendaknya juga memberikan nilai atau penghargaan,
karena sebagai manusia para pegawai juga butuh perhatian dan rasa ingin dihargai yang tidak berlebihan tetapi sesuai dengan hasil kerjanya. Dalam hal
ini berarti seorang pengawas senantisia harus bersikap tegas artinya pengawas harus berani memberikan teguran atas kesalahan atau kekurangan yang
diperbuat oleh pegawai. Tenguran tersebut tentunya bertujuan untuk mendidik agar pegawai tersebut tidak mengulangi kesalahan atau kekurangan yang sama
dikemudian hari nantinya. Pengawas juga harus Siap untuk menerima pengaduan dan gagasan yang bersifat membangun dalam usha pencapai tujuan
organisasi.
23 Dari uraian-uraian diatas jelaslah bahwa pengawasan sangat
berpengaruh terhadap efisiensi kerja pegawai.
1.5.8. Kerangka Konsep
Untuk mendapatkan batasan maupun defenisi yang jelas dari masing- masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari
beberapa konsep yang digunakan yaitu : 1. Pengawasan
Pengawasan merupakan keseluruhan rangkaian tindakan kegiatan atau usaha untuk mengawasi dan mengendalikan pegawai serta
unitorganisasi kerjanya secara terus menerus demi tercapainya tujuan secara efisien sesuai dengan programrencana dan ketentuan yang berlaku.
Dimana dalam penelitian ini pengawasan dilaksnakan oleh pimpinan Kepala Bappeda kepada para pegawai yang bekerja pada bappeda
Kabupaten Toba Samosir. 2. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya dan dana sehemat
mungkin serta perwujudan dari cara-cara bekerja pegawai yang dapat mencapai hasil kerja yang ditentukan.
24
1.5.9. Defenisi Operasional
Terdapat ada dua variabel yang perlu dijelaskan dalam penelitian tentang Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Pegawai, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat:
1. Variabel bebas Independent Variable.
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengawasan dengan indikator sebagai berikut :
1 Pemantauan yaitu melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para bawahan serta mengadakan pemantauan langsung
atau pengamatan terhadap cara kerja dan proses kerja bawahan secara terus menerus.
2 Pemeriksaan yaitu segala kegiatan dalam rangka pelaksanaan pengawasan melalui pengamatan, pencatatan dan penelaahan secara
cermat cara kerja pegawai agar berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
3 pengarahan yaitu segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap pelaksanaan pekerjaan.
4 Tindakan Koreksi yaitu segala usaha yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan atau penimpangan-penyimpangan
tugas yang dilakukan oleh bawahan.
2. Variabel terikat.