Efficacy Hope Optimism Resiliency

2. Berusaha keras untuk mencapai tujuan dan jika dibutuhkan, individu tersebut akan mengarahkan arah pergerakkannya ke arah tujuan tersebut agar bisa mencapai kesuksesan hope. 3. Memiliki atribusi yang positif optimism akan kesuksesan sekarang dan di masa depan. 4. Ketika mendapatkan masalah, individu tersebut akan mampu bertahan dan berusaha lebih baik lagi resiliency agar bisa mencapai kesuksesan. II.B.2 Aspek-aspek dalam Psychological Capital

a. Efficacy

Efficacy adalah suatu keyakinan atau kepercayaan diri seseorang mengenai kemampuannya dalam mengerahkan motivasi, sumber-sumber kognisi dan melakukan sejumlah tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanankan tugas pada konteks tertentu Luthans dkk, 2007.

b. Hope

Menurut C. Rich Synder dkk 1991, hopeadalah keadaan psikologis positis yang didasarkan pada kesadaran yang saling mempengaruhi antara agency energi untuk mencapai tujuan dan path ways perencanaan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, hopemerupakan suatu kognitif atau proses berpikir dimana individu mampu menyusun kenyataan dengan tujuan dan harapan yang menarik atau menantang dan pada akhirnya mendapatkannya dengan cara determinasi self-directed, energi, dan persepsi kontrol internal Luthans, 2007. Universitas Sumatera Utara

c. Optimism

Optimism merupakanmodel pemikiran dimana individu mengatribusikan kejadian positif ke dalam diri sendiri, bersifat permanent, danpenyebabnya bersifat pervasive, dan di lain hal menginterpretasikan kejadiannegatif kepada aspek eksternal, bersifat sementara atau temporer, dan merupakanfaktor yang disebabkan oleh situasi tertentu Martin Seligman dalam Luthans, Youssef Avolio, 2007.

d. Resiliency

Ketabahan didefinisikan sebagai kapasitas psikologis seseorang yang bersifat positif, dengan menghindarkan diri dari ketidakbaikan, ketidakpastian, konflik, kegagalan, sehingga dapat menciptakan perubahan positif, kemajuan dan peningkatan tanggung jawab Luthans, 2006. II.C Hubungan Psychological Capital dengan Organizational Citizenship Behavior Organizational Citizenship Behavior OCB merupakan perilaku atau sikap individu yang bersifat bebas discretionary yang tidak mengharapkan imbalan. Bersifat bebas dan sukarela, karena perilaku tersebut tidak diharuskan dalam persyaratan peran kerjaformal atau deskripsi jabatan berdasarkan kontrak kerja dengan perusahaan, melainkan sebagai pilihan personal yang secara keseluruhandapat mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisasi Organ, Podsakoff, MacKenzie, 2006.Para pakar organisasi telah menyatakan bahwa perilaku OCB sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan keberhasilan organisasi. Pada dasarnya perusahaan tidak akan dapat Universitas Sumatera Utara mengantisipasi seluruh perilaku karyawan dalam organisasi jika hanya mengandalkan deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal oleh perusahaan George,1990. Sehingga perusahaan akan mengharapkan para karyawan mampu bekerja secara extra-role pada pekerjaannya agar perusahaan semakin berkembang. Perilaku extra-roleini disebut juga sebagai organizational citizenship behavior. Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie 2006 terdapat dimensi- dimensi dalam organizational citizenship behavior,yaitu:conscientiousness perilaku yang sering mendengarkan kata hatisendiri dan melakukan usaha melebihi harapan perusahaan, altruism perilaku menolong orang lain, civic virtue perilaku berpartisipasi aktif dalam perusahaanadanya tanggungjawab keanggotaan, sportsmanship perilaku tidak suka protes dan mengeluh, courtesy perilaku menghormati orang lain, cheerleading rendah hati, peacemaking perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan. Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karyawan yang melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaan, memiliki tanggungjawab, giat dalam setiap aktifitas pekerjaan dan memiliki kesadaran sebagai anggota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perilaku OCB dapat muncul karena adanya perasaan individu sebagai anggota dalam perusahaan dan akan merasa puas apabila dapat melakukan sesuatu yang lebih pada perusahaan. Namun, tidak semua karyawan mampu untuk menampilkan perilaku OCB saat mengerjakan pekerjaannya dikarenakan hal tersebut tidaklah mudah.Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie 2006, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menampilkan perilaku Universitas Sumatera Utara Organizational Citizenship Behavior adalah kepuasan kerja, keadilan, motivasi instrinsik, gaya kepemimpinan, budaya dan iklim organisasi, jenis kelamin, masa kerja, dan keterlibatan terhadap dukungan organisasi.Podsakoff dalam Garay, 2006 menyatakan bahwa seseorang yang menampilkan perilaku OCB dapat dilihat berdasarkan pada empat faktor, yaitu; karakteristik individual, karakteristik tugaspekerjaan, karakteristik organisasional, dan perilaku pemimpin.Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menampilkan perilaku kerja untuk memunculkan perilaku OCB.Menurut Ivancevich dkk 2007, karakteristik individu dapat meliputi faktor kepribadian, kemampuan dan keterampilan, persepsi ataupun sikap yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Karakteristik individu yang meliputi faktor kepribadian seseorang, memungkinkan hal tesebut tidak terlepas dari adanya kekuatan niat yang ada dalam diri seorang individu untuk menampilkan perilaku OCB.Snyder dkk 1994 menyatakan bahwa kekuatan niat merupakan harapan untuk berpikir akan situasi yang memungkinkan seseorang menyusun tujuan yang realistis, menantang ataupunmemprediksi, yang kemudian mencapai ketujuannya melalui adanya kemauan, energi dan persepsi pengendalian internal. Kekuatan niat ini merupakan salah satu aspek dalam psychological capital yakni Efficacy. Aveydkk 2008 menyatakan bahwa salah satu hal yang bisa menjadi prediktor munculnya perilaku OCB adalah Psychological Capital. Universitas Sumatera Utara Psychological capital adalah suatu kondisi psikologis yang positif pada individu melalui adanya karakteristik efficacy, hope, optimism dan resiliencyLuthans, 2007. Penelitian di Cina yang dilakukan oleh Lifeng 2007 menunjukkan hasil bahwa perilaku OCB berkorelasi dengan psychological capital. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut menyatakan bahwa potensi yang ada di dalam diri seseorang juga sangat penting untuk mendorong seorang karyawan menampilkan perilaku OCB. Dengan demikian Psychological capital lebih berorientasi pada keberhasilan tujuan seseorang untuk mengerahkan motivasi dirinya agar menemukan berbagai jalan mencapai kesuksesan, sementara OCB diklasifikasikan sebagai perilaku maupun tindakan positif yang ditampilkan oleh seseorang didalam organisasi, sehingga ada kemungkinan bahwa psychological capital secara positif berhubungan dengan OCB. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa psychological capital dengan organizational citizenship behavior memiliki kolerasi yang positif. Artinya, orang-orang yang memiliki tingkat psychological capital yang tinggi kemungkinan akan senantiasa menampilkan perilaku OCB. II.D Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalahterdapat hubungan positif antara psychological capital dengan organizational citizenship behavior pada karyawan PT.TELKOM H.M. Yamin Medan. Bila semakin tinggi tingkat psychological capital yang dimilki seorang karyawan, maka akan semakin tinggi pula tingkat OCB pada karyawan tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN