Kebocoran Mikro TINJAUAN PUSTAKA

sering terjadi kegagalan bonding yang akan membentuk celah antara resin komposit dan struktur gigi. Celah ini disebabkan karena kekuatan bonding yang kurang baik sehingga tidak mampu menahan tekanan shrinkage pada saat polimerisasi. 2 Untuk mendapatkan perlekatan yang maksimal antara bahan bonding dentin dan kolagen dentin maka serat kolagen harus dalam keadaan permeabel. 2 Pada restorasi Klas II resin komposit, masalah yang cukup besar adalah sering terjadinya shrinkage akibat polimerisasi dan adaptasi yang kurang baik terutama pada tepi gingiva yang dapat menyebabkan berbagai hal, salah satunya adalah terjadinya kebocoran mikro. Pada saat terjadi shrinkage akan terjadi tegangan kontraksi yang dipengaruhi oleh C-factor yaitu perbandingan dari permukaan restorasi yang berikatan dengan yang tidak berikatan pada struktur gigi, dimana semakin tinggi nilai C-factor maka semakin besar kemungkinan terganggunya perlekatan resin komposit. Restorasi Klas II memiliki nilai c-factor sebesar 4:2 yang berarti bahwa terdapat 4 permukaan yang berikatan dan 2 permukaan yang tidak berikatan dengan struktur gigi Gambar 9. 1,4,6 Gambar 9. Hubungan C-factor dengan shrinkage polimerisasi pada berbagai klas restorasi gigi. 1,6

2.5 Kebocoran Mikro

Perlekatan antara bahan restorasi dan struktur gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemampuan operator, bahan yang digunakan, struktur gigi dan efektivitas bahan perekat. 26 Apabila perlekatan tidak terbentuk sempurna akan Universitas Sumatera Utara menyebabkan bakteri, cairan atau debris makanan dapat masuk ke dalam celah antara resin komposit dan dinding kavitas yang akan menyebabkan kebocoran mikro gap. 9,10-12 Menurut Yavuz dan Aydin 2010, celah mikro dapat mengurangi kerapatan tepi restorasi sehingga restorasi tidak dapat bertahan lama, hipersensitivitas pada gigi yang direstorasi, terjadinya karies sekunder, perubahan warna pada margin kavitas dan restorasi, peradangan pulpa, dan kegagalan perawatan endodontik. 3,9,10 Faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya kebocoran mikro adalah koefisien ekspansi termal, penyusutan polimerisasi, dan adhesi dari restorasi. Koefisien ekspansi termal adalah perubahan volume per derajat perubahan temperatur. Setiap kali restorasi mengalami perubahan suhu dalam rongga mulut, restorasi juga akan mengalami perubahan volume. Perbedaan koefisien ekspansi termal antara struktur gigi dan bahan restorasi mengakibatkan terjadinya kebocoran mikro karena terbentuk ruang akibat kontraksi termal. Preparasi kavitas yang tidak baik, prosedur aplikasi yang kurang baik, isolasi yang tidak adekuat juga akan menyebabkan terjadinya kebocoran mikro. 11 Menurut Arias et al. 2004 tidak ada bahan bonding yang dapat menghilangkan kebocoran mikro. Kebocoran mikro biasanya disebabkan akibat polimerisasi, shrinkage, jenis resin komposit yang digunakan, beban kunyah yang di terima kavitas, lokasi dari margin yang dipersiapkan dan teknik insersi yang digunakan. Kebocoran mikro dapat diturunkan nilainya salah satunya adalah dengan menggunakan teknik insersi secara inkremental. Insersi resin komposit dengan teknik inkremental dapat mengurangi kebocoran mikro karena lapisan antar resin komposit dapat mendistribusikan penyusutan polimerisasi sehingga resultan tegangan internal tersebar. Penggunaan teknik penyinaran 3 sisi juga dapat mengurangi kebocoran mikro, karena kontraksi polimerisasi yang terjadi mengarah ke arah sinar. Penyinaran dilakukan dari arah bukal, lingual dan gingival. 8 Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengamati kebocoran mikro secara in vivo dan in vitro yaitu material radioaktif isotop, chemically agent, tes bakteri, scan electronic microscopy, artifisial karies, analisis aktivasi neutron, dan tes penetrasi zat warna. Metode yang paling sering digunakan Universitas Sumatera Utara adalah tes penetrasi zat warna. Ini merupakan metode paling sering digunakan karena proses kerjanya yang mudah, sederhana, ekonomis, dan relatif cepat. Larutan yang dapat dipakai antara lain basic fuchsin, methylene blue, silver nitrate, crystal violet, eritrosin dan Rodhamine B. Zat warna Methylene Blue 2 adalah zat warna yang paling sering digunakan yang merupakan zat pewarna yang dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan pewarna lainnya dan dapat berperan sebagai indikator yang adekuat karena memiliki berat molekul yang lebih kecil dari berat molekul toksin bakteri sehingga zat warna dapat masuk walaupun celah mikro yang terbentuk sangat kecil. 2 Penetrasi zat pewarna dapat dilihat dengan bantuan stereomikroskop. Mikroskop ini memiliki pembesaran objek 7-30x yang menghasilkan lapangan pandang yang luas dan jarak kerja yang panjang. 11 Universitas Sumatera Utara KERANGKA TEORI Wet- bonding Membiarkan dentin dalam keadaan lembab moist  mencegah kolapsnya matriks kolagen  mencegah terbentuknya celah mikro Dry- bonding Pembilasan dentin setelah pengetsaan  dentin disemprotkan udara sampai benar- benar kering Aplikasi Resin Komposit Nanohybrid  Memiliki partikel yang sangat kecil  Mencegah terbentuknya celah mikro  Shrinkage lebih kecil Kavitas Klas II Perlekatan restorasi sulit di dapat  preparasi berhubungan dengan margin servikal yang dekat daerah sulkus gingiva dan struktur tubulus dentin Teknik bonding Terbentuk celah mikro Upaya Pencegahan Kebocoran Mikro ? Ethanol wet-bonding Water wet-bonding penambahan air untuk mencegah kolapsnya matriks kolagen menghambat penguapan air  monomer dapat berpenetrasi ke dalam dentin yang mengalami demineralisasi Jaringan kolagen pada dentin yang mengalami demineralisasi akan kolaps bersamaan dengan hilangnya jarak interfibrillar antara serabut kolagen yang terpapar Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Dari uraian yang telah disebutkan di atas maka hipotesis untuk penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh teknik dry-bonding, water wet-bonding dan ethanol-wet bonding pada restorasi Klas II resin komposit nanohybrid terhadap celah mikro. 2. Ada perbedaan pengaruh teknik dry-bonding, water wet-bonding dan ethanol- wet bonding pada restorasi Klas II resin komposit nanohybrid terhadap celah mikro. Celah Mikro Teknik dry-bonding Teknik water wet-bonding Teknik ethanol wet-bonding Restorasi Klas II Universitas Sumatera Utara