Permasalahan Pada Restorasi Klas II

Kanca dan Gwinnett cit Jayaprakash et al. 2010 melaporkan bahwa penggunaan etanol dapat membantu menjaga kelembaban permukaan dentin sehingga permukaan yang lembab diharapkan dapat mencegah kolapsnya kolagen setelah dilakukan pengetsaan. 14 Studi terbaru dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik ethanol wet-bonding dapat meningkatkan kekuatan ikatan dengan dentin sehingga menjadi lebih tahan lama dibandingkan dengan water-wet bonding. 18 Guimaraes et al. 2012 melaporkan bahwa penggunaan ethanol wet-bonding menghasilkan diameter serabut kolagen yang lebih kecil daripada water wet-bonding dan memperbesar jarak antar serabut yang berhubungan dengan peningkatan kekuatan perlekatan. 19 Li et al. 2012 melakukan penelitian tentang infiltrasi resin yang menggunakan water wet-bonding dan ethanol wet-bonding dan didapatkan hasil bahwa ethanol wet- bonding dapat membantu infiltrasi resin kedalam zona terdalam dari kolagen dan membentuk lapisan hibrid yang optimal. Selain itu, nilai positif dari penggunaan ethanol wet-bonding pada dentin bonding dapat mempengaruhi ikatan kimiawi komposit terhadap bahan bonding. 22

2.4 Permasalahan Pada Restorasi Klas II

Kavitas Klas II adalah kavitas yang melibatkan permukaan proksimal gigi posterior yang mengenai bagian mesial dan distal atau hanya salah satu permukaan proksimal gigi. Gigi dengan kavitas klas II sulit dikontrol kelembabannya terutama pada dinding gingiva dan adanya tubulus dentin sehingga adaptasi marginal resin komposit dengan gigi sulit terjadi dan dapat menimbulkan kebocoran mikro pada restorasi dan memicu terbentuknya karies sekunder. 36,37 Selain itu, tingkat kebocoran mikro lebih tinggi pada tepi restorasi yang hanya terdiri dari dentin karena perlekatan terhadap dentin lebih sulit dibandingkan perlekatan terhadap email. 1,8,13 Selain itu, sering juga terdapat kebocoran tepi restorasi pada tepi gingiva. Ini disebabkan preparasi kavitas melibatkan proksimal dan kegagalan proses bonding dinding gingiva sehingga sangat sulit memperoleh titik kontak kembali. 2,4 Bonding akan membentuk mechanical interlocking dengan struktur gigi. Pada kavitas klas II Universitas Sumatera Utara sering terjadi kegagalan bonding yang akan membentuk celah antara resin komposit dan struktur gigi. Celah ini disebabkan karena kekuatan bonding yang kurang baik sehingga tidak mampu menahan tekanan shrinkage pada saat polimerisasi. 2 Untuk mendapatkan perlekatan yang maksimal antara bahan bonding dentin dan kolagen dentin maka serat kolagen harus dalam keadaan permeabel. 2 Pada restorasi Klas II resin komposit, masalah yang cukup besar adalah sering terjadinya shrinkage akibat polimerisasi dan adaptasi yang kurang baik terutama pada tepi gingiva yang dapat menyebabkan berbagai hal, salah satunya adalah terjadinya kebocoran mikro. Pada saat terjadi shrinkage akan terjadi tegangan kontraksi yang dipengaruhi oleh C-factor yaitu perbandingan dari permukaan restorasi yang berikatan dengan yang tidak berikatan pada struktur gigi, dimana semakin tinggi nilai C-factor maka semakin besar kemungkinan terganggunya perlekatan resin komposit. Restorasi Klas II memiliki nilai c-factor sebesar 4:2 yang berarti bahwa terdapat 4 permukaan yang berikatan dan 2 permukaan yang tidak berikatan dengan struktur gigi Gambar 9. 1,4,6 Gambar 9. Hubungan C-factor dengan shrinkage polimerisasi pada berbagai klas restorasi gigi. 1,6

2.5 Kebocoran Mikro