BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Restorasi dengan menggunakan resin komposit dapat menghasilkan warna yang menyerupai gigi asli.
2,4
Tetapi kelemahan dari bahan ini adalah sering terjadinya shrinkage selama polimerisasi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kebocoran
mikro antara restorasi dan dinding kavitas.
3,5,6
Kebocoran mikro pada restorasi Klas II paling banyak terdapat pada tepi gingiva. Ini disebabkan preparasi kavitas pada
dinding gingiva yang cenderung lebih lembab dan gagalnya proses bonding pada tepi gingiva.
2
Kegagalan ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik bonding yang tepat untuk mencegah kolapsnya kolagen akibat pengeringan dentin yang terdemineralisasi
setelah pengetsaan.
7
Selain itu, perkembangan resin komposit dalam bentuk nanohybrid dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan perlekatan antara
restorasi dan struktur gigi.
5
2.1 Resin komposit
Resin komposit merupakan bahan restorasi yang paling sering digunakan di dalam bidang kedokteran gigi untuk menggantikan struktur gigi yang hilang,
memodifikasi warna dan kontur gigi dengan tujuan estetik. Resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Knock dan Glenn 1951 dan terus mengalami
perkembangan sampai sekarang.
13,26
2.1.1 Komponen Resin Komposit
Pada tahun 1962, Bowen mengembangkan bahan dengan menambahkan monomer Bisphenol A dimethacrylate Bis-GMA untuk meningkatkan kekuatan
kimia antara partikel filler resin komposit.
26
Basis matriks resin terdiri dari polimerik mono-, di- atau tri- fungsional monomer seperti BIS-GMA atau UDMA. Bisphenol A
dimethacrylate Bis-GMA adalah dimetakrilat yang umum digunakan pada komposit gigi. Bis-GMA merupakan hasil reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Bis-
GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan dari
Universitas Sumatera Utara
dimethacrylate lainnya yang memiliki viskositas rendah seperti triethylene glycol dimethacrylate TEGDMA, ethylene glycol dimethacrylate EGMA dan hydroxyl-
ethyl methacrylate HEMA untuk menghasilkan resin yang dapat digunakan secara maksimal Gambar 1. Namun, monomer ini menyebabkan shrinkage polimerisasi
yang lebih besar. Semakin besar proporsi dari monomer filler ini maka dapat menyebabkan semakin besarnya shrinkage polimerisasi dan resiko kebocoran pada
celah marginal.
1,13,15,26,27
Gambar 1. Struktur kimia matriks organik resin komposit, a bis-GMA b TEGDMA, c UDMA, d bis-EMA
27
Resin komposit mempunyai dua komponen utama yaitu matriks material organik dan filler material anorganik serta banyak komponen sekunder lainnya
seperti polymerization initiator bahan penghambat polimerisasi, pigmen warna agar dapat menyerupai sewarna gigi, UV Absorbers penyerap ultraviolet dan silane
coupling agents pengikat antara filler dan matriks.
1,4
Matriks terdiri dari banyak monomer ikatan karbon rantai ganda C=C yang disebut grup fungsional. Monomer-monomer tersebut akan membentuk rantai
polimer melalui proses polimerisasi.
4,28
Filler dicampurkan kedalam matriks resin untuk mengurangi kontraksi polimerisasi, mengurangi koefisien muai termis komposit, meningkatkan sifat
mekanis komposit antara lain kekuatan perlekatan dan kekerasan, mengurangi
Universitas Sumatera Utara
penyerapan air, kelunakan dan pewarnaan. Kualitas perlekatan mempengaruhi resistensi bahan restorasi terhadap abrasi. Bahan filler yang biasanya dipakai adalah
silicon dioxide, boron silicates dan lithium aluminium silicate.
1,4,15
Coupling Agent digunakan untuk membentuk ikatan antara matriks resin dan bahan pengisi. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis
dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler yang diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler. Bahan pengikat yang
sering digunakan
adalah organosilane
seperti γ-methacryloxypropyl
trimethoxysilane.
1,4
Polymerization inhibitor bahan penghambat polimerisasi adalah penghambat terjadinya shrinkage polimerisasi dari komposit. Monomer dimethacrylate dapat
berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat inhibitor.
1
Untuk mengatasi kekurangan resin komposit yang diaktivasi secara kimiawi, maka dikembangkan aktivasi menggunakan sinar. Photointiator merupakan
parameter dalam menentukan karakter polimerisasi resin komposit. Photointiator yang paling sering digunakan adalah camphorquinone CQ. Camphorquinone akan
menyerap sinar dengan puncak panjang gelombang 470 nm.
1
Pigmen warna memiliki persentase kecil untuk menghasilkan warna yang berbeda dari komposit. Pigmen ini berfungsi untuk memberi warna menyerupai
warna gigi asli. Titanium Oxide digunakan pada metal dan aluminium oxide ditambahkan untuk memberi warna opak pada resin komposit.
1
2.2 Resin Komposit Nanohybrid