81
terlihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Pak Shela Banure 40 Tahun yang menyatakan:
“ untuk mencari biaya yang mendadak, maka kami terpaksalah harus meminjamuang ke rentenir . adapun besar uang kami pinjam dari rentenir palinglah sekitar Rp 200,000,
taulah kalau rentenir ini membuat bunga pinjamannya sangat besar, jadi terpaksalah kami mengembalikan sama bunganya sekitar Rp. 280.000 karena bunganya sekitar 80. Tapi
mau tidak mau karena kami sedang butuh ya terpaksalah kami ikuti. Karena kalau tidak begitu terkendalalah usaha tani kami, karena udah waktunya untuk dipupuk.Jadi kalau
kami biarkan ya maulah rusak tanaman itu kar
ena terlambat dipupuk” Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Buk MarisaBerutu 35
Tahun yang menyatakan: “untuk menutupi kekurangan biaya, seperti untuk biaya perawatan pertanian , sama untuk
biaya hidup yang mendadak, karena gak tau lagi kami mencari pinjaman, jadi terpaksalah kami mau meminjam kepada rentenir. Bisalah kami mau minjam sekitar Rp. 500,000
dengan bunganyalah 80, jadi kami kembalikanlah nanti sekitar Rp. 580.000, tapi kekmanalah karena dah butuh kali kami jadi terpaksalah kami pinjam. Kalau gak
kayakgitu, darimanalah kamimencari biaya untuk perawatan tanaman kami, sekalian nambah-nambahin biaya hidup sehari-hari.
Hal senada juga diungkapkan oleh informan lain, yaitu Buk Arman Manik 50 Tahun yang menyatakan:
“ biasanya kalau gak adalagi pas kupegang uang, yah kuberanikan jugalah untuk meminjam kerentenir, kira-kira panjaman yang kumintak sekitar Rp. 300,000, barulah
dikasih bunganya 80, jadi harus kukembalikanlah sekitar 380.000 sudah dengan bunganyalah itu. Jadi kalau gak kayak gitu bisalah nanti tanaman kami gak terawat
karena terkendala biaya.
7.3.5 Gotong Royong
Dalam mempertahankan usaha tani, petani miskin menggunakan strategi jaringan pengaman yaitu dengan melakukan gotong
–royong antar sesame petani, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Buk Arman Manik 50Tahun yang menyatakan:
“dalam membantu meringankan beban usaha tani kami, jadi saya dan para ibu-ibu petani di sini melakukan kerja sama untuk bekerja membantu di ladang masing masing
dengan bergantian abin-abin. Jadi dengan begitu pertanian kami bisa cepat selesai.karena kalau gak begitu banyak sekali pekerjaan diladang yang terbengkalai,
seperti mengangkul dan mengambil hasil tani”
Universitas Sumatera Utara
82
Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Buk Marisa Berutu 35Tahun yang menyatakan:
“ untuk meringankan pekerjaan dalam usaha tani kami, jadi saya ikut dengan ibu-ibu petani yang melakukan kerja sama untuk bekerja di ladang masing masing dengan
bergantian setiap hari abin-abin. Jadi terbantu sekalilah untuk mengurangi pekerjaan kami di ladang, yang tadinya tanaman kami tidak sempat dibersihkan rumputnya karena
kesibukan lain, tapi berkat dari abin-abin ini jadinya tanaman kami jadi terawat. Selain itu di abin-abin ini juga terbantu untuk mengirit biaya,tenaga dan waktu kami dalam
mengurus usaha tani kami, karena dikerjakan dengan gotong-royong, begitu juga dengan ibu-ibu lain, jadi besar sekali manfaat dari kami membentuk kerja samaini abin-
abin”
7.3.6 Pemanfaatan Kelompok Tani
Dalam membantu usaha taninya, maka petani miskin menggunakan strategi jaringan pengaman dengan membentuk suatu kelompok yang dinamakan kelompok tani. Hal ini terlihat
dari pernyataan salah satu informan yang ikut dalam kelompok tani terebut, yaitu Pak K Berutu 65 Tahun yang menyatakan:
“dalam membantu usaha tani saya, maka saya juga ikut bergabung menjadi anggota kelompok tani di desa ini, dimana saya merasakan banyak sekali keuntungan terhadap
usaha tani saya, seperti banyak mendapat bantuan-bantuan untuk kebutuhan pertanian,seperti pupuk, kompos, obat-obat pertanian, dan bibit. Bukan hanya bantuan
yang saya terima, tapi saya juga banyak mendapat ilmu-ilmu baru terkait masalah
pertanian” Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Pak Lius Tumangger 50
Tahunyang menyatakan: “ untuk membantu meringankan usaha tani saya, jadi saya juga ikut bergabung dalam
kelompok tani di desa ini. Saya merasa setelah saya ikut bergabung dalam kelompok tani ini, banyak sekali membantu dalam usaha tani saya. Contohnyalah awalnya saya
kesulitan jika mau merawat tanaman saya, karena gak ada modal untuk membeli pupuk dan kompos, tapi dikelompok tani ini kami sering mendapatkan bantuan untuk kebutuhan
pertanian, kayak pupuk, kompos, bibit , trus ada juga bantuan alat-alat keperluan pertanian. Jadi dari situlah mulai terawatt sikit-
sikit pertanian kami” Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Pak Masri Berutu 45
Tahunyang menyatakan: “ selain saya meminjam uang untuk membantu usaha tani saya, disamping itu saya juga
ikut dalam kelompok tani di desa ini. Selain ikut dengan menjadi naggota , ternyata banyak sekali manfaat yang saya rasakan terutama untuk usaha tani saya. Contohnyalah
Universitas Sumatera Utara
83
banyak kali kami diberikaan pemerintah bantuan-bantuan untuk keperluan pertanian, kayak pupuk, kompos, obat-obat pertanian, bibit. Tapi walaupun kami diberikan bantuan
dengan Cuma-cuma tapi kami juga harus serius memanfaatkan bantuan yang ada, seperti tanaman yang kita kelola harus benar-
benar berhasil”
Strategi jaringan pengaman dengan memanfaatkan relasi sosial dan lembaga sosial sangatlah penting bagi petani miskin di Desa Silima Kuta dalam membantu mereka
mepertahankan usaha taninya. Yang paling penting lagi, petani miskin yang ada di Desa Silima Kuta menjalin hubungan yang baik dan menumbuhkan jaringan dan hubungan yang baik antar
tetangga serta terjalin saling percaya antar masyarakat khususnya kepada petani miskin. Para petani miskin juga memiliki kreatifitas yang tinggi terkait dengan usaha taninya,
seperti membentu sebuah kelompok tani dimana tujuannya untuk mendukung usaha tani mereka. Dari sinilah maka usaha tani petani miskin di Desa Silima Kuta bisa bertahan sampai sekarang ,
meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki para petani miskin tapi para petani miskin pintar dalam memanfaatkan peluang yang ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat di Desa Silima
Kuta.
Universitas Sumatera Utara
84
BAB V
PENUTUP
8.1 Kesimpulan