Sarana Kesehatan Sarana Komunikasi Melakukan aktifitas sendiri

48 Tabel 7 Sarana Transportasi di Desa Silima Kuta Kecamatan Sttu Julu Kabupaten PakPak Bharat No Jenis Sarana Jumlah 1 Bus Umum 4Unit 2 Truck Umum 4Unit 3 Becak 1Unit JUMLAH 9Unit Sumber: Data Profil Desa Silima Kuta , 2014

5.1.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Silima Kuta adalah Puskesmas pembantu. Tenaga medis yang ada di desa ini berjumlah 2 orang dan 2 orang dukun bersalin . penduduk di desa ini sering memeriksa kesehatannya di kepada bidan yang ada di puskesmas, terkadang jika masyarakat merasa tidak ada perkembangan dan perubaha pada kesehatannya maka masyarakat langsung dibawa kerumah sakit yang ada di Kabupaten Salak. Jika dilihat dari kesadaran masyarakat akan kesehatan, bisa dikatakan masyarakat sangat peka dengan pentingnya menjaga kesehatan, dimana masyarakat langsung menggunakan jasa medis untuk menangani masalah kesehatan masyarakat bukannya pergi berobat kedukun atau paranormal. Universitas Sumatera Utara 49

5.1.5 Sarana Komunikasi

Adapun sarana komunikasi yang digunakan masyarakat di Desa Silima Kuta adalah telepon genggam. Telepon genggam sudah dimiliki oleh setiap Rumah tangga yang ada di desa ini. Selain itu kebanyakan masyarakat juga sudah memiliki TV yang juga digunakan sebagai sarana informasi bagi masyarakat. 6.1 Profil Informan

6.1.1 Informan Kunci Keluarga Yang Tinggal di Desa Silima Kuta

1. Nama : K Berutu Umur : 65 Tahun Jenis Kelamin : Laki:laki Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Islam Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SD Jumlah tanggungan : 3 orang Asal Daerah : Silima Kuta Pak K Berutu adalah seorang warg pendatang yang sudah tinggal selama 34 tahun di desa ini. Pak K Berutu bekerja sebagai petani, tapi pada awalnya pekerjaan Beliau sebagai tukang jahit, tapi karena usaha jahit Beliau tempur dan Beliau merasa jika penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya, sehingga terpaksa Beliau beralih menjadi seorang petani tapi Beliau juga tetap menjalankan usaha jahitnya sebagai pekerjaan sampingan. Kini Beliau sudah berumur 65 Tahun dan tinggal bersama istri dan 2 orang anaknya yang masih Universitas Sumatera Utara 50 menjadi tanggungannya tingga di rumah semi permanen. Sejak kecil Beliau sudah terbiasa untuk membantu orang tuanya bertani. Dari situlah kemampuannya untuk bertani dan mengolah usaha taninya sendiri, sehingga sampai sekarang Beliau sudah terbiasa dan menguasai teknik bertani. Dalam pengolahan tanamannya, beliau harus mengeluarkan biaya perawatannya sebesar Rp. 1.000.000 pertiap bulannya, sedangkan penghasilan yang diperoleh Beliau sebesar Rp.8.00.000 pertiap bulannya. Jika dilihat dari kepemilikan lahan, memang Beliau mengelola lahan miliknya sendiri. Adapun luas lahan yang dimiliki keluarga Beliau berkisar ≤ 2 Ha. Menurutnya, jika hanya mengandalkan penghasilan dari hasil usaha tani , tidak akan cukup untuk menutupi dan membiayai perawatan tanamannya, dan juga untuk menutupi kebutuhan keluarga, terpaksa Beliau mengambil sebuah strategi yaitu dengan meminjam uang dari rentenir, tetangga dan terkadang Beliau juga sampai mengajukan pinjaman kredit ke Bank. Selain mencari solusi untuk mengatasi keterbatasan dibidang ekonomi atau biaya, Beliau juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang dibentuk oleh para petani di Desa Silima Kuta seperti kelompok tani. Tujuan dari dibentuknya kelompok ini yaitu sebagai wadah dan tempat para petani miskin untuk bertukar pikiran dan membahas tentang keluh kesah antar anggota kelompok tani. Selain itu ditanya tentang kondisi usaha tani Beliau, menurut Beliau, masalah kegagalan dalam usaha tani sudah biasa dihadapi oleh Beliau. Menurutnya kegagalan yang terjadi pada usaha tani Beliau diakibatkan perubahan cuaca yang tidak menentu. Akibatnya tanaman Beliau rusak, seperti pada tanaman jeruk Beliau buahnya menjadi busuk sehingga hasilnya tidak bisa dipasarkan karena bisa mengecewakan pelanggan. Tapi meskipun dengan keadaan demikian Beliau tidak pernah menyerah dan meninggalkan usaha taninya atau sampai beralih profesi karena kegagalan usahanya. Tapi Beliau tetap mempertahankannya . Menurut Pak K Berutu, Universitas Sumatera Utara 51 alasannya tetap bertahan dengan pekerjaannya sebagai petaniadalah pekerjaan yang mulia dan sudah mendarah daging dan sudah turun-temurun dari nenek moyangnya. Jika dilihat dari akses dan fasililitas yang digunakan oleh keluarga Beliau, dimana jenis penerangan yang digunakan keluarga Beliau adalah dari PLN. Selain itu bahan bakar yang digunakan yaitu masih menggunakan kayu bakar, sumber air yang digunakan keluarga Beliau melalui air PAM, dan kepemilikan MCK keluarga Beliau sudah milik pribadi meskipun hanya sederhana dan kondisi bangunan rumah Beliau masih dalam semi permanen dimana tembok rumahnya yang masih terbuat dari kayu atau papan dan lantainya yang masih terbuat dari semen. 2 . Nama : R Berutu Umur : 25 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Islam Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : S1 Jumlah tanggungan : 2 orang Asal Daerah : Silima Kuta Ramadhani Berutu merupakan seorang ibu rumah tangga. Beliau tinggal bersama suami dan 1 anaknya di rumah yang masih dalam kondisi mengontrak rumah. Adapun besar jumlah kontrakan yang harus dibayar oleh Buk R Berutu sebesar Rp. 2.000.000tahun. Beliau sekarang sudah berumur 25 tahun. Buk Rhamadhani juga bekerja sebagai petani dan juga memiliki Universitas Sumatera Utara 52 pekerjaan sampingan sebagai guru honorer di Madrasah.. Sama halnya dengan Pak K Berutu, pada saat diwawancarai, bahwa Buk R juga memiliki kendala dalam usaha taninya. Sesuai dengan pengakuannya bahwa masalah yang sedang terjadi dalam usaha taninya adalah dari segi modal, faktor dari iklim dan dari segi teknologi. Menurut R Berutu permasalahan ekonomi atau modal sangat menggeluti usaha taninya, dikarenakan sulitnya memperoleh sumber modal, serta hasil pemasaran hasil pertaniannya yang sangat menurun. Akibatnya modal yang dibutuhkanya tidak sesuai dengan pendapatannya yang harus digunakan kembali untuk biaya usaha tani, selain itu hampir tidak mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari. Dari segi teknologi juga Ia merasa sangat berat, dimana dalam mengolah lahan pertaniannya Ia harus mengerjakan nya dengan manual dan pastinya akan memakan waktu yang lama. Mirisnya lagi lahan yang dikelolanya masih dalam status menyewa dan lahan yang di sewanya tidak begitu luas. Selain itu kendala yang paling tidak bisa dihindari oleh buk R Berutu terkait usaha taninya adalah masalah perubahan cuaca yang tak menentu. Akibatnya tanaman yang sudah ditanam menjadi rusak dan pertumbuhannya tidak maksimal. Setiap bulannya Ia hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp. 5.00.000bulannya, sedangkan besar biaya yang harus dikeluarkan beserta biaya pertaniannya setiap bulannya hampir Rp. 1.000.000bulannya. Sedangkan penghasilan yang diperoleh Buk R Berutu dari pekerjaannya sebagai guru honorer sebesar Rp. 3.000.000tiga bulan. Dengan berbagai kendala dan kegagalan yang dihadapi Buk R Berutu tidak membuatnya untuk menyerah dan meninggalkan usaha taninya, karena Ia tidak pernah putus asa dalam mencari solusi dan bagaimana strategi yang harus dilakukannya untuk memecahkan masalah usaha taninya. Universitas Sumatera Utara 53 Jika dilihat dari penggunaan akses kebutuhaan rumah tangga yang digunakan keluarganya seperti dari segi penerangan yang digunakan sudah menggunakan PLN dan MCK keluarganya masih menggunakan MCK darurat, serta sumber air yang digunakan keluarganya masih bergantung ke BAK Mandi umum. 3 . Nama : Buk Arman Manik Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Kristen Suku etnis : Pak-Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SD Jumlah tanggungan : 4 orang Asal Daerah : Silima Kuta Buk arman merupakan seorang petani, dimana Beliau tinggal bersama suami dan 4 orang anak yang masih menjadi tanggungannya tinggal dirumah yang semi permanen. Buk arman kini berusia 50 tahun. Pekerjaan buk arman hanya bekerja sebagai petani dan kini hanya beliau yang menjadi tulang punggung keluarga dan memenuhi kebutuhan keluarganya, mengingat keadaan suaminya yang sudah sakit-sakitan dan tidak dapat bekerja seperti sebelumnya dan hanya berada dirumah saja. Menurut penuturan Beliau, sekarang dia sedang menghadapi situasi dan kondisi yang rumit, terutama terkait dengan usaha taninya. Universitas Sumatera Utara 54 Masalah yang kini menimpa usaha Beliau terkait dengan masalah modal atau keuangan. Menurutnya tanpa adanya modal atau uang maka usaha taninya tidak bisa berjalan dan terbengkalai. Seperti contoh kecil, dengan membeli pupuk saja beliau tidak mampu karena minimnya keuangan. Karena itu tanamannya tidak terawat dan rusak. Seperti yang terlihat dilapangan bahwa tanaman yang kini sedang dikelola Beliau seperti: jeruk, jagung, padi. Adapun luas lahan yang dimiliki oleh keluarga Beliau sekitar ±1 Ha. Menurut penuturan Beliau dulunya keluarganya memiliki lahan yang cukup luas, tapi karena akibat kebutuhan yang sangat mendesak dan butuh biaya yang besar maka lahan tersebut terjual dan kini hanya tinggal lahan yaang tersisa menjadi andalan keluarganya untuk berusaha. Memang jelas terlihat bahwa akibat kekurangan dan keterbatasan Beliau tersebut, membuat tanamannya hampir banyak yang gagal dan rusak akibat tidak diberi pupuk. Setiap bulannya Beliau hanya memiliki pendapatan yang sangat minim kira-kira hanya terkumpul sekitar Rp. 5.00.000-Rp. 1.000.000, sedangkan pengeluaran Beliau jika dikalkulasikan tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh Beliau, dimana beliau harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 1.000.000- Rp.2.000.000 perbulannya. Sehingga Beliau harus mencari jalan keluar untuk mencukupi kebutuhannya, serta untuk agar membantu kebutuhan usaha taninya. Menurut penuturan Beliau, setiap harinya dia harus bekerja atau menjual tenaganya kepada orang lain dengan bekerja dilahan petani kaya yang ada di desa tersebut, dimana tenaga Beliau hanya dibayar sekitar Rp. 50000 untuk perharinya. Hampir setiap hari Beliau bekerja secara bergiliran dilahan orang untuk mencari uang tambahan, sehingga membuat usaha tani Beliau menjadi tidak terawat. Tetapi terkadang setelah Beliau selesai bekerja di lahan orang, maka Beliau juga menyempatkan untuk pergi keladangnya . Universitas Sumatera Utara 55 Jika dilihat dari segi akses kebutuhan rumah tangga, keluarga Beliau juga masih menggunakan kayu bakar sebagai sarana memasak dan sumber penerangan dari PLN. Sedangkan sumber air yang diperoleh keluarganya masih mengandalkan BAK umum, serta kondisi MCK keluarganya masih menggunakan WC darurat.

4. Nama : Buk T Tumangger

Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin :Perempuan Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Kristen Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SD Jumlah tanggungan : 3 orang Asal Daerah : Silima Kuta Ibuk T Tumangger merupakan seorang warga yang memiliki kehidupan yang bisa dikatakan cukup memprihatinkan, dimana Beliau memiliki 4 orang anak. Dikatakan memprihatinkan karena Beliau harus menghidupi ke 4 anaknya sendiri yang tingggal di rumah yang masih dalam keadaan semi permanen. Meskipun Beliau masih memiliki seorang suami dimana suami memiliki istri lain dan suaminya hanya tinggal dengan istrinya yang kedua. Beliau kesehariannya bekerja sebagai petani. Beliau tinggal di jln serdang no 106 silima kuta dan Beliau sudah sangat lama tinggal di desa tersebut kira-kira sudah sampai 30 tahun. Universitas Sumatera Utara 56 Alasan Beliau untuk tetap mempertahankan usaha taninya karena Beliau merasa bertani bisa memberikan sedikit demi sedikit penghasilan untuk keluarganya meskipun seringkali Beliau mengalami kendala dalam usaha taninya. Beliau menama berbagai tanaman di kebunnya seperti: kopi, cabe dan sebagian menanam padi di sawah. Adapun luas lahan yang dimiliki keluarga Beliau sekitar 2Ha. Dari tanaman yang diolah oleh Beliau , setiap bulannya Beliau hanya mendapat penghasilan sebesar Rp. 3.00.000, sedangkan biaya yang harus dikeluarkan Beliau untuk kebutuhan keluarganya sebesar Rp. 5.00.000. terkadang Beliau kualahan untuk menutupi semua biaya untuk kebutuhan keluarganya, belum lagi biaya untuk perawatan tanamannya. Saat ditanya masalah usaha taninya, Beliau mengakui bahwa banyak sekali kendala yang dihhadapi Beliau dengan usaha taninya. Pertama Beliau terkendala dalam masalah modal atau keuangan untuk digunakan merawat tanamannya, kedua Beliau juga terkendala dengan masalah tenaga kerja, dimana untuk mengurus usaha taninya Beliau merasa tidak mampu jika hanya mengandalkan tenaganya saja, menurut Beliau jika saja Beliau memiliki alat –alat pertanian untuk mengolah lahan pertaniannya, pasti akan terasa ringan dan proses pengerjaannya juga makin cepat, tapi karena keterbatasan tenaga , Beliau harus sabar mengerjakan lahan pertaniannya sedikit demi sedikit. Jika ditanya masalah lahan, beliau juga memiliki lahan yang cukup luas, tapi menurutnya karena tidak ada yang mengerjakan, terpaksa lahannya menjadi kosong dan tidak terpakai. Dari penggunaan akses rumah tangga, dimana dari segi penerangan keluarga Beliau sudah menggunakan PLN. Akses untuk memasak yang digunakan keluarga Beliau masih menggunakan kayu bakar. Selain itu kondisi tempat MCK keluarga Beliau masih sangat memprihatinkan dan sumber air yang digunakan keluarga Beliau harus diambil dari sungai yang Universitas Sumatera Utara 57 berada di belakang rumah. Tapi meskipun dengan keadaan yang cukup sederhana tapi keluarga Beliau tetap harmonis dan mensyukuri apa yang ada. 5 . Nama : Pak Masri Berutu Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Kristen Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Jumlah tanggungan : 5 orang Asal Daerah : Silima Kuta Pak Masri Berutu memiliki seorang istri dan 4 orang anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal di rumah yang masih semi permanen. Kesehariannya Beliau bekerja sebagai petani. Beliau bersama-sama dengan istrinya bekerja sebagai petani. Tetapi selain bertani Beliau juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai pengambil kemenyan dihutan. Adapun usaha tani yang sedang dikelola Beliau yaitu padi sawah, kopi dan jagung. Lahan yang sedang dikelola oleh keluarga Beliau merupakan lahan milik sendiri meskipun tidak begitu luas. Adapun luas lahan yang dimiliki keluarga Beliau Sekitar ±1 Ha. Beliau sangat menekuni profesinya sebgaai petani terlihat dari hasil tanamannya yang sangat subur dan terawat . Beliau mengatakan meskipun tanamannya terlihat bagus dan terawat tetapi banyak kendala yang dihadapi oleh Beliau terkusus kepada kondisi usaha taninya. Menurutnya Universitas Sumatera Utara 58 tanamannya akan sangat bagus lagi bila ditunjang dengan modal yang cukup dan lingkungan yang mendukung. Menurut Beliau modal yang cukup artinya, dengan adanya modal atau biaya maka beliau bisa membeli kebutuhan untuk perawatan tanamannya seperti pupuk, kompos dan bibit yang bagus. Selain itu dengan adanya biaya maka Beliau pasti bisa membeli alat-alat pertanian untuk mempermudah proses pengolahan taninya. Tapi karena keterbatasan modal tersebut Beliau harus meminimalisir pemberian perawatan untuk tanamannya. Selain itu Beliau juga harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggarap lahannya. Meskipun begitu beliau tetap berusaha untuk mempertahankan usaha taninya dengan baik. Setiap bulannya beliau mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 1.500.000 sedangkan total pengeluaran keluarga Beliau sebesar Rp. 2.000.000. Jumlah penghasilan yang diperoleh Beliau memang tidak sesuai dengan besar biaya yang harus dikluarkan keluarga Beliau. Menurut Beliau jika hanya mengandalkan hasil pertaniannya maka tidak akan cukup, sehingga Beliau mencari pekerjaan sampingan dengan mengambil kemenyan kemenjen di hutan. Lamanya Beliau dihutan tergantung berapa banyak hasil kemenyan yang diperoleh. Hampir 2 minggu beliau harus berada dihutan untuk mencari kemenyan kemenjen ,sehingga terpaksa istrinya seorang diri untuk mengurus usaha taninya. Dilihat dari penggunaan akses kebutuhan rumahtangga Keluarga Beliau, dimana Sistem penerangan yang digunakan keluarga Beliau sudah menggunakan sumber PLN dan sumber air bersih yang dikonsumsi keluarga Beliau hingga pemakaian MCKnya masih menggunakan fasilitas umum seperti BAK umum. Universitas Sumatera Utara 59 6 . Nama : Pak Shela Banurea Umur : 40 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Lae Langge N0 102 Silima Kuta Agama : Kristen Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Jumlah tanggungan : 4orang Asal Daerah : Silima Kuta Pak Shela Banurea adalah seorang petani, dimana Beliau memiliki istri dan 3 orang anak yang masih menjadi tanggungan yang tinggal di rumah yang masih semi permanen. Selain sebagai petani, Beliau juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan. Dari pekerjaannya sebagai petani sekaligus sebagai kuli bangunan, Beliau dan istrinya bisa mendapatkan penghasilan perbulannya sebesar Rp. 1.000.000-2.000.000, itupun tidak menentu karena tergantung dari kapan Beliau dipanggil untuk bekerja di bangunan. Hasil yang didapatkan Beliau juga kadang tidak mencukupi kebutuhan keluarganya terlebih ditambah lagi untuk biaya usaha taninya. Terkait masalah usaha taninya, Beliau dan istrinya memiliki kendala dalam proses perawatan tanamannya. Dimana tanaman yang diolah oleh keluarga beliau seperti: kopi, padi, cabe. Adapun luas lahan yang dimiliki keluarga Beliau ±1 Ha. Untuk merawat tanamannya, Beliau dan istrinya memerlukan cukup biaya yang besar untuk mendapatkan hasil yang bagus. Untuk biaya perawatannya saja Beliau mengeluarkan biaya sebesar ± Rp. 1.000.000 untuk tiap bulannya, belum lagi untuk menutupi biaya sehari-hari. Tetapi meskipun dengan banyaknya Universitas Sumatera Utara 60 kekurangan beliau dan istrinya tidak pernah putus asa untuk mempertahankan usaha taninya. Selain itu beliau juga memiliki lahan yang tidak begitu luas, tapi lahan yang diolah keluarga Beliau merupakan lahan milik sendiri. Selain itu rumah yang sekarang ditempati oleh keluarga Beliau merupakan milik sendiri, meskipun dulunya keluarga Beliau tinggal di ladang yang merupakan gubuk kecil yang terbuat dari jerami. Tapi sekarang berkat dari bantuan bedah rumah yang diberikan oleh pemerintah maka keluarganya sudah menetap di Desa tersebut meskipun hanya sederhana. Selain itu sumber penerangan yang digunakan keluarga Beliau sudah menggunakan sumber PLN dan sumber iar untuk kebutuhan keluarganya diperoleh dari BAK Umum. 7 . Nama : Pak Sadar Berutu Umur : 40 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Islam Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Jumlah tanggungan : 5 orang Asal Daerah : Silima Kuta Pak Sadar Berutu merupakan seorang petani yang memiliki istri dan 4 orang anak yang masih menjadi tanggungannya yang tinggal di rumah yang masih dibilang semi permanen. Beliau telah tinggal dan menetap di desa tersebut selama 40 tahun. Kesehariaannya Beliau dan istrinya Universitas Sumatera Utara 61 bekerja sebagai petani. Adapun jenis usaha tani yang dikelola keluarga Beliau yaitu: kopi, padi dan jagung saja. Selain itu lahan yang digarap oleh keluarga Beliau merupakan lahan milik sendiri meskipun lahan yang ada tidak begitu luas. Adapun luas lahan yang dikelola keluarga Beliau hanya berkisar ± 1Ha saja. Tapi dengan lahan yang sedikit itu Beliau dan keluarga memanfaatkannya dengan maksimal. dalam mengolah usaha taninya Beliau juga sangat terkendala diakibatkan karena tanamannya yang masih kurang perawatan dan banyak gangguan hama yang mengakibatkan tanamannya tidak memberikan hasil yang begitu baik. Menurut Beliau setiaap bulannya beliau memerlukan biaya untuk perawatan usaha taninya sebesar Rp. 5.00.000, sedangkan kebutuhan hidup untuk keluarga Beliau untuk setiap bulannya hampir mencapai ±Rp. 2.000.000. Selain faktor modal yang dihadapi Beliau, ternyata dengan keterbatasan lahan juga menjadi kendala. Karena menurut beliau jika dengan adanya lahan yang luas maka akan bisa memperluas usaha taninya sehingga dapat menambah pendapatan keluarga. Menurut penuturan beliau, untuk setiap bulannya penghasilan yang diperoleh keluarga Beliau hanya sebesar Rp. 5.00.000- Rp.1.000.000 saja. Beliau merasa dengan mengandalkan penghasilan sekian maka tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Untuk masalah penggunaan akses rumah tangga, dimana Beliau juga masih menggunakan sumur sebagai sumber air karena tempat tinggal keluarganya terbilang jauh dari perkampungan dan kondisi MCK keluarganya masih menggunakan WC darurat. Sedangkan sumber penerangan yang digunakan keluarga Beliau sudah menggunakan sumber PLN. Universitas Sumatera Utara 62 8 . Nama : Buk Marisa Berutu Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Islam Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMA Jumlah tanggungan : 5orang Asal Daerah : Silima Kuta Buk Marisa adalah seorang petani. Memiiliki suami dan 4 orang anak yang masih menjadi tanggungannya tinggal dirumah yan semi permanen.. Beliau kesehariannya bekerja sebagai petani. Begitu juga dengan suaminya yang bekerja sebagai petani dan memiliki pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan. Beliau sudah bekerja sebagai petani selama 10 tahun. Setiap harinya sebelum berangkat keladang, terlebih dahulu Ia harus mengurusi anak-anaknya untuk berangkat sekolah dan setelah itu barulah Beliau berangkat menuju keladang bersama-sama dengan suaminya. Adapun jenis tanaman yang dikelola oleh keluarga beliau seperti kopi, jagung dan padi serta ada juga jenis-jenis sayuran lainnya. Sedangkan lahan yang digarap oleh keluarga beliau merupakan lahan milik sendiri meskipun dari hasil pemberian orang tuanya. Adapun luas lahan yang dimiliki keluarga Beliau sekitar 1 Ha . Alasan Beliau untuk tetap bertahan sebagai petani dan mempertahankan usaha taninya karena menurut Beliau, meskipun hanya sedikit yang diperoleh ddari hasil usaha taninya, tapi bisa sedikit membantu kehidupan keluarganya. Adapun jumlah pendapatan yang diperoleh keluarga Beliau dari usaha taninya dalam sebulan sebesar Rp. Universitas Sumatera Utara 63 5.00.000- Rp.1.000.000 perbulannya, itupun terkadang hasilnya tidak menentu akibat dari banyaknya kendala-kendala yang ada dalam usaha taninya. Sedangkan jumlah penghasilan yang diperoleh suaminya dari hasil kuli bangunan sebesar Rp. 5.0000hari. Menurut penuturan Beliau kendala-kendala tersebut berupa keuangan yang terbatas untuk perawatan usaha taninya, selain itu ada juga diakibatkan dari keadaan iklim yang tidak menentu serta gangguan hama. Hal ini yang sering membuat usaha taninya bisa gagal panen dan hasilnya yang tidak menguntungkan. Menurut Beliau jika hanya mengharapkan dan menunggu hasil dari usaha taninya, maka tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Kebetulan suami Beliau juga ikut membantu dengan bekerja sampingan sebagai kuli bangunan. Sumber penerangan yang digunakan keluarganya sudah menggunakan sumber PLN. Selain itu alat memasak yang digunakan keluarga Beliau masih menggunakank kayu bakar, sedangkan sumber air untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari masih mengandalkan sumber air dari BAK umum yang ada di desa tersebut. 9 . Nama : Pak Lius Tumangger Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Serdang No 106 Silima Kuta Agama : Kristen Suku etnis : Pak:Pak Jenis Pekerjaan : Petani Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Jumlah tanggungan : 8orang Universitas Sumatera Utara 64 Asal Daerah : Silima Kuta Pak Lius adalah seorang petan yang memiliki istri dan 7 orang anak yang masih menjadi tanggungannya tinggal dirumah yang masih semi permanen. Kesehariannya Beliau bekerja sebagai petani beserta dengan itrinya. Beliau bekerja sebagai petani bisa dikatakan cukup lama, dimana sebelum menikah Beliau sudah memiliki usaha taninya sendiri dan sampai sekarang. Lamanya beliau sebagai petani sekitar 40 tahun lebih. Usaha tani yang sedang dikelola oleh keluarga Beliau adalah kopi, padi dan cabe. Adapun luas lahan yang dimiliki oleh keluarga Beliau sekitar 2 Ha, tapi sebagian dari lahan tersebut tidak digarap oleh Keluarga Beliau dikarenakan masalah biaya dan tenaga yang tidak terbagi. Menurut Beliau, karena minimnya biaya sehingga terpaksa sebagian dari lahannya tidak digarap, karena Beliau merasa jika semua lahannya digarap maka karena terbatasnya biaya tersebut tanamannya tidak akan bisa terawat dengan baik. Selain itu akibat dari terbatasnya tenaga untuk menggarap lahan dikarenakan beliau dan istrinya tidak bisa membagi waktu lagi, karena hampir dalam seminggu Beliau tidak selalu bersama-sama untuk mengurus usaha taninya, karena istri Beliau menggunakan waktunya untuk bekerja diladang orang lain untuk mencari tambahan biaya baik untuk biaya hidup dan kususnya dialokasikan untuk biaya usaha taninya. Dimana menurut penuturan Beliau jika usaha taninya dikelola dengan serius dan diberi perawatan yang cukup maka sangat memberikan hasil yang baik, karena keluarga Beliau sangat bergantung dari hasil usaha taninya. Ditanya menyangkut pendapatan, keluarga Beliau untuk setiap bulannya hanya memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000 perbulannya. Jika dibandingkan dengan pengeluaran keluarga Beliau untuk setiap bulannya hampir mencapai Rp. 2.000.000 lebih, melihat dari tanggungan Beliau yang begitu banyak. Universitas Sumatera Utara 65 Untuk masalah kepemilikan rumah, keluarga Beliau masih tinggal dirumah kontrakan, dimana biaya kontrakan yang dibayar setiap tahunnya sebesar Rp. 2.5.00.000, selain itu sumber penerangan yang digunakan keluarga Beliau sudah menggunakan sumber PLN dan sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari masih menggunakan Bak umum, serta sarana untuk memasak yang digunakan keluarga Beliau masih menggunakan kayu bakar. 7.1 Gambaran Umum Kemiskinan Pada Petani Miskin di Desa Silima Kuta Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten PakPak Bharat Untuk mengatasi masalah kemiskinan, maka terlebih dahulu memahami bahwa kemiskinan sebagai suatu masalah. Untuk memahami masalah kemiskinan, maka perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yaitu kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta yang menggambarakan kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang apakah hidupnya berada dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang terdapat pada petani miskin di Desa Silima Kuta, dimana kemiskinan sebagai suatu kondisi dilihat dari kondisi kehidupan mereka, khususnya terhadap kondisi usaha tani petani miskin. Kondisi kehidupan petani miskin di Desa silima Kuta berada di bawah rata- rata tapi tidak termasuk juga kedalam kondisi hidup yang tidak layak. Dilihat dari kondisi usaha tani mereka, sudah menggambarkan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta tergolong miskin, dimana akibat dari kemiskinan yang mereka alami berimbas kepada usaha taninya. Keterpurukan yang terjadi terhadap usaha tani mereka diakibatkan ketidakmampuan petani dalam memeberikan perawatan yang ekstra, seperti minimnya biaya untuk membeli obat-obatan pertanian seperti Universitas Sumatera Utara 66 kompos, pupuk dan kebutuhan lainnya yang dibutuhkan untuk pertanian mereka. Akibatnya usaha tani yang mereka kelola sering mengalami gagal panen, padahal sumber dari mata pencaharian para petani miskin di desa tersebut bergantung dari pertaniannya. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu informan, yaitu Buk T Tumangger 50 Tahun yang menyatakan: “ kalau biaya untuk merawat usaha tani kami, sering kalinya gak ada uang , kekmanalah gak sedik jugak nya biaya untuk kesana. Padahal pas udah waktunya mau dikasih pupuk sama kompos, pas jugalah kami gak ada biaya untuk membeli. Jadi maulah gak bisa kami ngambil hasil karena gak bagus hasilnya. Itupun kadang-kadang adalah kami panen sikit- sikit. Padahal dari situnya kami bisa dapat uang untuk keperluan kami sehari- hari” Penjelasan diatas juga diperkuat oleh salah satu informan, yaitu Pak Lius Tumangger 50 Tahun yang menyatakan: “ karena sulitnya keuangan kami, sering kali tanaman kami tidak terurus. Malah sampai gak bisa kami panen karena tanaman kami rusak. Blum lagi karena kami mencari kerja sampingan buat mencari uang tambahan, ya seringlah kalilah kami tinggalkan sementara pertanian kami. Jadi kalau gak kayak gitu darimana lagilah kami dapat uang untuk kebutuhan kami. Blum lagi untuk biaya anak-anak kami sekolah. Kalau untuk masalah makan masih bisa lah kami makan yang seadanya aja, tapi kalau untuk biaya mengurus tanaman sama biaya-biaya lain gak mungkin lah kami harapkan aja dari pertanian kami, karena kadang gaknya menetu hasilnya” Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau kelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Seperti yang terjadi pada petani miskin di Desa Silima Kuta jika dilihat dari prosesnya maka mereka juga tergolong miskin. Dikatakan miskin dilihat dari prosesnya, mereka memang masih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga memenuhi kebutuhan akan usaha taninya, tetapi mimimnya penghasilan yang mereka peroleh serta keberadaan SDM yang mereka miliki masih sangat rendah, seperti untuk kebutuhan makan, biaya kebutuhan usaha tani, pendidikan, serta biaya lain yang tak terduga lainnya. Jika dilihat dari penghasilan yang mereka peroleh setiap bulannya tidak sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan untuk setiap bulannya juga. Universitas Sumatera Utara 67 Hal ini senada dengan ungkapan dari salah satu informan, yaitu Buk Arman Manik 50 Tahun yang menyatakan: “ kalau ditanya penghasilan saya, yah gak cukup kalilah untuk menutupi semua biaya kami. Itupun penghasilan saya setiap bulan cuman Rp. 500.000 nya, itupun bisa saya dapat tunggu kerjalah aku sama orang, itupun paling dibayar gaji perhari Rp. 50.000. baru sikit- sikit jugalah dari hasil tani kami. Kalau adapun dari hasil panen palinglah cukup untuk belanja saat pekan onan. Adapun nanti sisanya kubelikkan lah pupuk sikit-sikit supaya bagus lagi tanamannya. Harga pupuk pun maunya sampek habis Rp.100.000 , jadi berapa kian rupanya penghasilanku tiap minggu. Jadi sikit- sikitlah bisa terbelik” Dari penjelasan diatas, maka sudah jelas terlihat bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta tergolong miskin. Hal ini terbukti dari penjelasan diatas yang mengatakan bahwa kemiskinan itu dilihat dari dua aspek, yaitu kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Jika didilhat dari kondisinya, kemiskinan pada petani di Desa Silima Kuta dilihat dari kondisi usaha tani mereka yang tidak terurus dan terbengkalai akibat dari minimnya biaya perawatan, sehingga sampai harus mengalami gagal panen. Selain itu keterbatasan alat-alat pertanian yang tidak dimiliki petani miskin. Sedangkan dari prosesnya, kemiskinan mereka dapat dilihat dari kesulitan yang mereka hadapi untuk menanggulangi kebutuhan meraka sehari-hari akibat dari minimnya penghasilan yang mereka peroleh , meskipun mereka sudah bekerja banting tulang setiap hari, tetapi masih saja tidak mencukupi untuk menutupi seluruh biaya kebutuhan mereka. Seperti penuturan dari Buk Arman Manik diatas. Selain dari penjelasan diatas, mengenai kemiskinan yang dihadapi oleh petani miskin di Desa Silima Kuta, ada beberapa indikator lain yang menggambarkan kemiskinan petani miskin yang ada di Desa Silima Kuta. Dengan demikina, menurut Emil Salim, dalam Kemiskinan dan Solusi 2012:23 ada 5 karakteristik kemiskinan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 68 1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Hal ini sama dengan yang terjadi pada petani di Desa Silima Kuta, dimana dari segi kepemilikan tanah, masih ada petani miskin yang tidak memiliki tanah atau lahan untuk usaha taninya, sehingga terpaksa mereka menyewa lahan orang lain untuk bercocok tanam, selain itu ada juga petani miskin yang memiliki lahan yang luas, tapi akibat keterbatasan modal untuk mengelola, maka banyak lahan yang tidak digarap serta ketiadaan faktor produksi seperti alat-alat teklologi pertanian dan terbatasnya tenaga kerja . selain itu akibat lemahnya SDM yang mereka miliki, sehingga mereka tidak mampu melakukan inovasi baru terkait usaha tani yang mereka miliki. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Hal ini juga terjadi pada petani msikin di Desa silima Kuta, dimana kebanyakan petani miskin hanya mengharapkan bantuan-bantuan yang ada dari pemerintah, seperti bantuan pupuk subsisi, kompos,obat-obatan dan bibit. Sering kali bantuan yang disalurkan oleh pemerintah bukannya digunakan untuk kebutuhan usaha taninya tapi lebih memilih untuk diperjualbelikan kepada orang lain untuk mendapatkan uang. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Hal ini jelas terlihat pada keluarga petani di Desa Silima kuta, dimana akibat dari sulitnya untuk mendapatkan biaya , kususnya untuk biaya kebutuhan pendidikan anak-anaknya, begitu juga dengan petani miskin di desa tersebut. sehingga terpaksa kebanyakan anak-anaknya putus sekolah dan akhirnya membantu orangtuanya Universitas Sumatera Utara 69 untuk bertani. Kebanyakan mereka hanya tamatan SD dan SMP saja. Hal ini akan jelas terlihat dari bagaimana cara kerja dan wawasan yang dimiliki oleh anak-anaknya terkait dengan cara mereka dalam bertani akibat dari kurangnya wawasan mereka untuk bagaimana sebenarnya cara berusaha tani yang baik dan memperoleh hasil yang baik. Seperti yang diungkapkan salah satu informan, yaitu Pak Masri Berutu 40 Tahun yang menyatakan: “ kalau saya cuma tamatan SMA nya , dulu saya gak mau melanjutkan sekolah karena gak ada dulu biaya untuk melanjut. Ditambah lagi karena saya udah bisa kerja nyarik uang, jadi lama –lama malaslah untuk melanjutkan sekolah lagi. Tapi gak tamat pun SMA tapi adajugalah keahlianku dibidang bangunan, jadi dari situlah kami bisa dapat uang tambahan utnuk membantu usaha tani kami” Dari indikator kemiskinan diatas, maka dapat disimpulakan bahwa petani miskin di Desa Silima Kuta termasuk pada petani miskin karena keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki, baik dari segi kepemilikan alat produksi, modal atau biaya, SDM yang rendah dll. 7.2 Strategi Petani Miskin Dalam Mempertahankan Usaha Tani di Desa Silima Kuta, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu, Kabupaten PakPak Bharat Manusia sama seperti mahluk hidup lainnya yang mempunyai naluri untuk mempertahankan hidupnya. Usaha ini dikendalikan oleh aturan pokok dari hidup yaitu, hidup dalam situasi apapun dengan lebih berkualitas daripada sebelumnya. Ini adalah ide dasar dari bertahan hidup. Bagaimanapun, untuk meraih tujuan ini seseorang harus menerapkan banyak taktik untuk hidup serta dimanifestasikan dalam satu kesatuan sistematis. Untuk memahami apa itu strategi bertahan, seseorang harus memahami terlebih dahulu konsep dari strategi. Strategi bertahan hidup sebenarnya dibangun pada level individu, akan tetapi pada tujuan akhirnya adalah untuk memperoleh ketahanan dan stabilitas bertahan hidup pada rumah tangga. Universitas Sumatera Utara 70 Bertahan hidup dipandang sebagai pemasukan dalam bentuk uang ataupun sumber-sumber kehidupan agar seseorang dapat melanjutkan eksistensinya. Selain itu bertahan hidup juga bisa dipandang sebagai perpaduan antara kegiatan sosial dan ekonomi yang bertujuan menjaga eksistensi manausia tersebut. Termasuk didalamnya segala usaha yang dipersiapkan oleh individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi penting dan bertahan dalam keadaan sulit. Kegiatan strategi individu tidak benar-benar terpisahkan dari pengaruh aturan-aturan yang kuat dan organisasi-organisasi dimana anggota masyarakat harus mematuhinya. Suatu kegiatan dapat dikatakan strategi bertahan ketika kegiatan tersebut diarahkan pada kebutuhan-kebutuhan penting yang diperlukan sekali untuk mempertahankan dan melanjutkan eksistensinya. Snel dan Starting dalam Setia 2005:6 menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standart oleh individu dan rumah tangga yakni miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang dan jasa. Cara-cara individu menyusun startegi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilisasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi diri. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup kususnya disini strategi mempertahankan usaha . Dalam menyususn strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja, sehingga kemudia muncul istilah multiple survival strategis atau strategi bertahan jamak. selanjutnyaSnel dan Staring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau Universitas Sumatera Utara 71 rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi lain yang tidak bisa berjalan dengan baik. dalam Hidayah, 2004:3-4. Sama halnya dengan mempertahankan sebuah usaha yaitu usaha tani seperti yang terlihat pada petani miskin di Desa Silima Kuta, bahwa strategi petani miskin dalam mempertahankan usaha taninya, merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi juga mempunyai dinamika yang sesuai dengan tantangan dan perubahan sosial. Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari dari permasalahan, seperti yang terjadi pada petani miskin yang ada di Desa Silima Kuta. Permasalahan yang dimaksut disini dapat berupa permasalahan ekonomi maupun sosial. Petani miskin di Desa Silima Kuta ini mempunyai potensi untuk survive dalam bebagai kondisi yang merekaalami dan dalam rangka menghadapi goncangan dan tekanan shock and stress pada dasarnya mereka mempunyai berbagai strategi yang cukup handal demi mempertahankan usaha tani mereka. Berdasarkan data yang terhimpun melalui penelitian ini terungkap cukup banyak strategi yang dilakukan oleh petani miskin di Desa Silima Kuta baik dalam masalah ekonomi, sosial dan berbagai macam masalah yang terjadi pada usaha taninya. Sehingga nantinya usaha tani yang dimiliki oleh petani miskin di Desa Silima Kuta tetap bertahan dan berlanjut.

7.1 Strategi Aktif pemanfaatan sumber daya manusia

Strategi aktif, dalam hal ini mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki oleh petani miskin untuk mempertahankan usaha taninya akibat dari banyaknya tuntutan kebutuhan dan Universitas Sumatera Utara 72 kendala-kendala yang terjadi diluar kendala ekonomi. Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh petani miskin di Desa Silima Kuta antara lain:

7.1.1 Melakukan aktifitas sendiri

Dalam mempertahankan usaha tani, petani melakukan strategi dengan melakukan aktifitas sendiri seperti yang diungkapkan oleh informan, pak K Berutu Lk, 65 Tahun yang menyatakan: “ saya dalam bertani, tidak sukak bekerja setengah-setengah ataupun melakukan pekerjaan lain diluar pekerjaan saya sebagai petani sebelum pekerjaan yang saya kelola belum selesai dengan baik. Saya bekerja dengan menggunakan target supaya pertanian saya berhasil ” Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yaitu, Pak Lius Tumangger Lk, 50 Tahun yang menyatakan: “ setiap harinya saya hanya fokus dengan pertnian yang saya kelola. Saya tidak pernah keluar untuk mencari pekerjaan sampingan , karena usaha tani saya juga butuh perhatian dan perawatan. Jadi saya hanya bekerja di ladang sendiri”

7.1.2 Memperpanjang jam kerja