76
“kalau keluarga kami itu tidak terlalu mempermasalahkan untuk harus membeli baju baru, apalagi kalau anak-anak kami maunya orang itu dibelikkan baju monja aja. Kayak akulah
bisa kujaitkan untuk bajuku sikit-sikit, itupun kalau ada yang sudah rusak bisa kuperbaiki lagi supaya bisa dipakai lagi. Jadi dengan kami mengirit biaya kesitu kan bisa uangnya
kami pergunakan untuk usaha tani ataupun kami simpan uangnya untuk persiapan nanti
jika ada keperluan mendadak” Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Pak Lius Tumangger 50
Tahunyang menyatakan: “ kalau kami untuk keperluan masalah pakaian dan keperluan-keperluan lain bagi kami
tidak terlalu penting harus baru , yang penting bisa kami pakek. Kayak baju sekolah anak-anak kami jarangnya kami belikkan baru, karena bisanya dipakek lagi untuk adek-
adeknya lagi karena kan sayanglah kalau gak dipakek lagi. Kalau kami irit-irit kan bisa kami tabungkan uangnya sikit-sikit untuk biaya usaha tani kami, karena kalau gak kayak
gitu maunyansama sekali gak ada kami pegang uang kalau pas mau perawatan tanaman kami. Apalagi anak saya banyak jadi
sanagt terasa kali biaya yang dibutuhkan”
7.2.2 Pangan
Dalam strategi mempertahankan usaha taninya, petani miskin menggunakan strategi pengurangan atau pengiritan biaya dari segi pangan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu
informan, yaitu Buk Marisa Berutu 34 Tahun yang menyatakan: “ setiap harinya, kami selalu makan makanan yang sederhana, seperti kalau untuk makan
siang maunya kukasih anakku makan ubi aja tapi gak setiap hari juga. Trus ikan kami pun setiap hari makan ikan asin ajanya, baru sayur-sayur bisanya langsung kami ambil dari
ladang , kayak daun ubi dan sayur-sayur lain, karena lumayan lah gak perlu kami belik kepasar biar irit biaya kami. Jadi dengan kami mengirit biaya untuk kebutuhan pangan
kan bisalah kami alokasikan uangnya keusaha tani kami, kayak belik pupuk, kompos dan
kebutuhan lain untuk pertanian kami” Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Buk Sabar Tumangger
50 Tahun yang menyatakan: “kalau untuk makan kami sehari hari ya seadanya ajalah , kadang pun maunya kami
makan gak pakek ikan, karena blanjapun sekali seminggunya cuman, jadi langsung habislah karena sikit-sikit nya dibelik. Kadang pun maunya kami masakkan ubi untuk
makan siang kami diladang, itupun kami sukurinya. Kalau sayur-sayuran banyaknya kami tanami, kayak daun ubi sama sayur-sayur lain. Jadi gak perlulah kami blik lagi. Jadikan
kalau kami irit-irit kan bisa uangnya kami simpan dan bisa nanti kami olah untuk
keperluan usaha tani kami. Jadikan makin baguslah nanti hasilya kami peroleh “
Universitas Sumatera Utara
77
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan, yaitu Buk Arman Manik 50 Tahun yang menyatakan:
“ kalau untuk makan kami sehari-hari yah apa adanyalah. Kalau untuk sayur-sayur bisanya kami gak perlu belik karena adanya kami tanam sendiri di ladang, kalau ikan kami
Cuma makan ikan asin yang murah-murah itunya. Kalau makan-makan daging palinglah sekali-sekali itupun karena ada juga ternak ayam kami. Jadi irit-iritlah kami untuk makan
kami. Jadi adapun uang kami mendinglah kami gunakan untuk keperluan p
ertanian kami”
7.2.3 Pendidikan