Uji Heterokedastisitas Uji Parsial t-test

46 Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas antara variable independen dengan variable independen dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 serta nilai VIF lebih besar dari sepuluh, maka terjadi multikolinearitas. Tetapi, apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 serta nilai VIF lebih kecil dari sepuluh, maka tidak terjadi mulltikolinearitas. Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics Beta Tolerance VIF 1 Constant 24.190 .000 ln_ST .189 .910 .372 .764 1.309 LN_SP -.512 -2.458 .022 .764 1.309 a. Dependent Variable: LN_PTP Sumber: diolah dengan SPSS, 2015 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai tolerance sebesar 0,764 dan nilai VIF sebesar 1,309. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari sepuluh.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi Universitas Sumatera Utara 47 heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini grafik scatterplot digunakan untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadi heteroskedastisitas. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar 4.3 : Uji Heterokedastisittas Dari grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran titik-titik data tidak berpola,sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 48

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya t-1. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2 Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negative Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .452 a .204 .138 1.19163 1.256 a. Predictors: Constant, LN_SP, ln_ST b. Dependent Variable: LN_PTP Sumber: diolah dengan SPSS, 2015 Dari tabel uji autokorelasi diatas, dapat dilihat hasil pengujian Durbin-Watson menunjukkan nilai 1,256 -2 1,256 +2, yang artinya nilai tersebut beradaa diantara -2 sampai +2. Maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak ada autokorelasi.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variable independen LN_ST dan LN_SP, terhadap variable Universitas Sumatera Utara 49 dependen LN_PTP. Berdasarkan hasil pengolahan data melalu SPSS diperoleh hasil output sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 20.637 .853 24.190 .000 ln_ST .178 .196 .189 .910 .372 LN_SP -.345 .140 -.512 -2.458 .022 a. Dependent Variable: LN_PTP Sumber: diolah dengan SPSS, 2015 Berdasarkan hasil pengolahan data dari tabel diatas dapat dilihat pada tabel kolom coefficients B, menunjukkan model persamaan regresi berganda sebagai berikut: Ln_PTP= 20,637 + 0.178Ln_ST - 0,345Ln_SP + e Keterangan: Ln_PTP = Logaritma Natural LnPenerimaan Tunggakan Pajak Ln_ST = Logaritma Natural Ln Surat Teguran Ln_SP = Logaritma Natural Ln Surat Paksa e = Error Penjelasan dari persamaan diatas adalah: a. Konstanta sebesar 20,637 menunjukkan bahwa jika variable independen dianggap konstan maka tingkat penerimaan tunggakan pajak sebesar 20,637 Universitas Sumatera Utara 50 b. Koefisien Ln_ST menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan variable surat teguran sebesar 1 akan menaikkan variable penerimaan tunggakan pajak sebesar o,178 atau sebesar 17,8 dengan asumsi variabellain konstan. c. Koefisien Ln_SP bernilai negative menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan variable surat paksa sebesar 1 akan menurunkan penerimaan tunggakan pajak sebesar 0,345 atau sebesar 34,5 dengan asumsi variable d. lainnya konstan. e. standar error e menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

4.2.4 Uji Hipotesis

a. Uji Parsial t-test

Uji parsial bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah : H1 : bi ≠ 0 : ada pengaruh Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah: 1 H1diterima apabila nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05, 2 H1 ditolak apabila nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05. Hasil pengujian menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 51 Tabel 4.6 Uji Parsial Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tabel diatas adalah: 1. Surat teguran Ln_ST mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,372 yang berarti nilai ini lebih besar dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut surat teguran secara parsial tidak berpengarruh terhadap penerimaan tunggakan pajak 2. Surat paksa Ln_SP mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.022 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut surat paksa secara parsial berpengaruh terhadap penerimaan tunggakan pajak.

b. Uji Simultan F-test