Uji Reliabilitas Alat Ukur Uji Daya Beda Aitem

E. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Alat Ukur

Validitas validity merupakan sejauhmana sebuah alat ukur mampu menjalankan fungsi ukurnya Azwar, 2001. Menurut Anastasi dan Urbina 1997, validitas tes berhubungan dengan apa yang diukur oleh suatu tes dan seberapa baik tes tersebut dapat mengukur atribut. Sebuah alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya dan memberikan hasil pengukuran sesuai dengan tujuan yang dimasudkan. Validitas isi pada dasarnya berhubungan dengan pengujian yang sistematis terhadap isi atau konten dari tes untuk mengetahui apakah tes tersebut secara representatif telah mencakup konsep yang ingin diukur Anastasi Urbina, 1997. Validitas isi dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan bertanya kepada ahli professional judgement yaitu dosen yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan pendapat atas isi tes.

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas alat ukur merupakan konsep sejauhmana alat ukur dapat dipercaya dan konsisten Azwar, 2001. Reliabilitas juga merujuk pada konsistensi skor yang dihasilkan oleh subjek ketika mereka diberikan tes tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan yang ekuivalen tetapi pada kesempatan yang berbeda Anastasi Urbina, 1997. Alat ukur yang memiliki reliabilitas yang tinggi disebut sebagai alat ukur yang reliabel. Universitas Sumatera Utara Pengujian reliabilitas dalam penelitiian ini menggunakan reliabilitas skor komposit. Dalam Azwar 2001, reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisien konsistensinya mencapai 0,9. Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien reliabilitas akan dibantu oleh SPSS Statistical Product and Service Solutions Statistics version 17.0 for Windows.

3. Uji Daya Beda Aitem

Daya diskriminasi aitem dilakukan untuk melihat sejauhmana aitem dapat membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut pengukuran. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan cara menghitung korelasi koefisien antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri. Koefisien korelasi aitem-total dihitung dengan formula product-moment Pearson lalu dilakukan koreksi terhadap efek spurious overlap. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala, berarti semakin tinggi daya beda aitemnya. Sebaliknya, semakin rendah koefisien korelasinya mendekati nol, berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya rendah. Apabila koefisien korelasi didapati bernilai negatif, maka dapat dipastikan terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan Azwar, 2013. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total r ix yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem menggunakan batasan di atas atau sama dengan 0,235. Batas ini menggunakan ketentuan dari tabel korelasi Pearson. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi r ix minimal 0,235, daya Universitas Sumatera Utara pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki koefisien korelasi r ix di bawah 0,235, dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah. Pengujian ini dilakukan dengan SPSS Statistics version 17.0 for Windows.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur