Pemekaran Wilayah Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kinerja Ekonomi Daerah di Kota Lhokseumawe

wewenang dari pusat kepada daerah untuk mengelola dan mengatur daerahnya secara mandiri. Maka dari itu dikatakan bahwa otonomi daerah tidak dapat terselenggara tanpa adanya desentralisasi sebagai aktualisasi dari otonomi daerah itu sendiri.

2.2 Pemekaran Wilayah

Pemekaran wilayah merupakan salah satu wujud dari desentralisasi otonomi daerah. Pemekaran wilayah diharapkan dapat memberi peluang yang sama bagi setiap wilayah dalam peningkatan pelayanan publik dan mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pemekaran wilayah, maka daerah dapat menjalankan kegiatan pemerintahannya secara mandiri sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Negara. Menurut Mariana 2008 : 179, pemekaran diharapkan mampu menjadi media pembuka simpul-simpul keterbelakangan akibat jangkauan pelayanan pemerintah yang terlalu luas, sehinga perlu dibuka kesempatan bagi derah untuk menjalankan pemerintahan secara mandiri berdasarkan potensi yang dimiliki. Ketentuan mengenai pemekaran wilayah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Pemekaran wilayah merupakan pembentukan suatu wilayah baru baik di tingkat provinsi, kabupaten dan kota dari wilayah induknya, dimana wilayah baru tersebut Universitas Sumatera Utara dapat menjalankan kegiatan pemerintahannya sendiri secara terpisah dari wilayah induknya sebagai suatu wilayah baru yang utuh. Menurut Sjafrizal 2008 : 260, terdapat berbagai alasan yang mendorong pemekaran wilayah, yaitu “untuk meningkatkan jangkauan pelayanan publik, terutama untuk daerah dengan luas cukup besar, pemekaran wilayah juga dipicu aspek keuangan daerah dan aspek politik”. Selain itu faktor agama, budaya, luas daerah, dan perbedaan kemakmuran dan pembangunan antar daerah juga turut mempengaruhi terjadinya pemekaran wilayah yang juga dikarenakan kurangnya sarana transportasi dan komunikasi. Pelayanan publik tidak dapat dirasakan masyarakat secara adil dan merata apabila wilayah terlalu luas, maka dengan adanya pemekaran wilayah diharapkan masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang sebelumnya kurang mendapatkan pelayanan publik dapat memperoleh pelayanan publik sebagaimana mestinya. Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah merupakan salah satu faktor terbesar yang menjadi alasan pemekaran wilayah, yang juga dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam. Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah dapat memicu kecemburuan sosial, terlebih lagi apabila wilayah yang bersangkutan berada dalam wilayah pemerintahan yang sama, seperti adanya ketimpangan pembangunan ekonomi antar kecamatan pada kabupatenkota yang sama. Demikianlah alasasan-alasan yang mendorong terjadinya pemekaran wilayah. Universitas Sumatera Utara Namun pemekaran tidak dapat dilakukan begitu saja secara serta-merta. Menurut Sjafrizal 2008 : 276 terdapat beberapa faktor yang menentukan kelayakan pemekaran daerah yaitu: 1. Kemampuan keuangan daerah. Pemekaran suatu daerah tidak dapat berjalan dengan baik apabila kemampuan daerah yang bersangkutan tidak memadai untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan melakukan pelayanan publik. 2. Pertumbuhan ekonomi daerah. Apabila pertumbuhan ekonomi pada daerah yang ingin melakukan pemekaran masih rendah, maka dapat menimbulkan resiko yang tinggi karena dikhawatirkan daerah tersebut tidak mampu mengelola perekonomiannya sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin rendah. 3. Kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor yang paling penting sebagai pertimbangan dalam melakukan pemekaran wilayah. Apabila suatu wilayah memiliki kemampuan finansial dan sumberdaya yang memadai namun kualitas sumberdaya yang dimiliki justru rendah, maka dapat menimbulkan resiko menurunnya pertumbuhan ekonomi daerah dan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Selain itu apabila kualitas sumberdaya manusia rendah, maka pelaksanaan pemerintahan dan pelayanan publik juga tidak Universitas Sumatera Utara dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan awal dari pemekaran wilayah tidak dapat tercapai. Selain itu terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pemekaran wilayah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, syarat- syarat untuk melakukan pemekaran wilayah kabupatenkota adalah sebagai berikut: a. Syarat administratif, meliputi adanya persetujuan DPRD kabupatenkota dan BupatiWalikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri dalam Negeri. b. Syarat teknis, meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah sosial budaya, sosial politik, kepenudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. c. Syarat fisik, memiliki paling sedikit 5 lima kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 empat kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah menetapkan syarat-syarat pembentukan daerah dengan aspek penilaian sebagai berikut: a. Kegiatan ekonomi, meliputi hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung di suatu Daerah Provinsi, KabupatenKota yang dapat diukur Universitas Sumatera Utara dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan penerimaan daerah sendiri. b. Potensi daerah, yang merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbagan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat, yang dapat diukur dari lembaga keuangan, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata, dan ketenagakerjaan. c. Sosial budaya, berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya masyarakat. Kondisi sosial budaya masyarakat dapat diukur dari tempat peribadatan, tempatkegiatan institusi sosial dan budaya, dan sarana olah raga. d. Sosial politik, yang merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan organisasi kemasyarakatan. Prosedur pemekaran wilayah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 meliputi: a. Ada kemauan politik dari Pemerintah Daerah dan masyarakat yang bersangkutan. b. Pembentukan Daerah harus didukung oleh penelitian awal yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. c. Usul pembentukan Provinsi disampaikan kepada pemerintah, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan dilampirkan hasil penelitian Daerah dan persetujuan DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota yang Universitas Sumatera Utara berada dalam wilayah Provinsi yang dimaksud, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD. d. Usul pembentukan KabupatenKota disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah melalui Gubernur dengan dilampirkan hasil penelitian Daerah dan persetujuan DPRD KabupatenKota serta persetujuan DPRD Provinsi, yang dituangkan dalam Keputusan DPRD. e. Dengan memperhatikan usulan Gubernur; Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah memproses lebih lanjut dan dapat menugaskan Tim untuk melakukan observasi ke Daerah yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. f. Berdasarkan rekomendasi pada huruf e, Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah meminta tanggapan para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dan dapat menugaskan Tim Teknis Sekretariat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah ke Daerah untuk melakukan penelitian lebih lanjut. g. Para anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah memberikan saran dan pendapat secara tertulis kepada Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. h. Berdasarkan saran dan pendapat Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah, usul pembentukan suatu daerah diputuskan dalam rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. i. Apabila berdasarkan hasil keputusan rapat anggota Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah menyetujui usul pembentukan Daerah, Menteri Dalam Universitas Sumatera Utara Negeri dan Otonomi Daerah selaku Ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengajukan usul pembentukan Daerah tersebut beserta Rancangan Undang-undang Pembentukan Daerah kepada Presiden. j. Apabila Presiden menyetujui usul dimaksud, Rancangan Undang-undang pembentukan Daerah disampaikan kepada DPR-RI untuk mendapat persetujuan.

2.3 Kinerja Ekonomi Daerah