Pengembangan Ekonomi Daerah di Kota Lhokseumawe Setelah Dilakukan Pemekaran Wilayah

lebih besar dibandingkan t tabel 6,1270,05 dan P value 0,0000,05, maka H ditolak, artinya terdapat perbedaan antara Kinerja Ekonomi Daerah KED di Kota Lhokseumawe pada periode sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Pada tabel Group Statistics lampiran 1, rata-rata mean KED pada periode sebelum pemekaran adalah sebesar 467240,32 dan rata-rata KED pada periode setelah pemekaran sebesar 673071,94. Dari nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bawa nilai rata-rata Indeks Kinerja Ekonomi Daerah IKED di Kota Lhokseumawe pada periode setelah adanya pemekaran wilayah adalah lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata IKED pada periode sebelum adanya pemekaran wilayah. Nilai t hitung yang negatif, yaitu sebesar -6,127, menunjukkan bahwa nilai rata-rata IKED pada periode sebelum pemekaran wilayah adalah lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata IKED pada periode setelah pemekaran. Perbedaan antara nilai rata-rata IKED pada periode sebelum pemekaran dan nilai rata-rata IKED pada periode setelah pemekaran adalah sebesar 205831,62.

4.2.3. Pengembangan Ekonomi Daerah di Kota Lhokseumawe Setelah Dilakukan Pemekaran Wilayah

Untuk meningkatkan perekonomian daerah khususnya di daerah hasil pemekaran, perlu dilakukan pengembangan ekonomi daerah di daerah tersebut sehingga wilayah hasil pemekaran dapat mengelola potensi ekonomi yang ada di daerahnya secara mandiri. Adanya pengembangan ekonomi daerah bertujuan untuk memaksimalkan potensi daerah dan meningkatkan kemampuan daerah Universitas Sumatera Utara untuk mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Salah satu bentuk pengembangan ekonomi yang dilakukan di Kota Lhokseumawe adalah dengan peningkatan sektor perikanan. Sebagian besar wilayah pesisir di Kota Lhokseumawe merupakan daerah pertambakan, sehingga sangat mendukung pengembangan sektor budidaya ikan. Jenis budidaya ikan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat adalah ikan bandeng, ikan mujair, dan sebagian kecil berbagai jenis udang. Selain dari sektor perikanan, Kota Lhokseumawe yang memiliki letak strategis yaitu di antara jalur timur Sumatera juga dapat mengembangkan sektor jasa dan perdagangan. Berbagai jenis usaha sektor jasa, perdagangan, dan rumah makan terus bermunculan di Kota Lhokseumawe, baik yang berskala kecil maupun berskala besar. Tingkat pertumbuhan pedagang kecil yang terdapat di Kota Lhokseumawe menurut catatan Disperindagkop pada tahun 2010, jumlah pedagang kecil adalah sebesar 4.500 orang dan meningkat sebesar 5.000 orang pada tahun 2011. Kemunculan pedagang-pedagang kecil turut dipengaruhi oleh adanya kemunculan berbagai jenis usaha baru di Kota Lhokseumawe, dimana lokasi usaha tersebut dapat menjadi titik keramaian, sehingga dapat membuka peluang bagi pedagang- pedagang kecil. Karena letak georafi Kota Lhokseumawe yang sangat strategis yaitu berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera, Kota Lhokseumawe memiliki potensi yang besar untuk menjadi pusat pasar komoditi hasil Universitas Sumatera Utara perkebunan, pertanian dan perikanan, dikarenakan lokasinya yang dekat dengan sejumlah daerah penghasil komoditi tersebut seperti Aceh Utara, Bener Meriah, Bireuen, dan Aceh Timur. Namun hingga saat ini belum terealisasi dan masih menjadi agenda dari Pemerintah Kota Lhokseumawe untuk mewujudkannya, dimana lokasi yang direncanakan sebagai pasar pusat komoditi adalah di Kecamatan Blang Mangat yang memiliki kemudahan akses jalan dan ketersediaan lahan yang memadai Revitalisasi kawasan industri di Kota Lhokseumawe dengan wilayah- wilayah yang ada di sekitarnya juga dapat dibentuk melalui pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus KEK. Dengan adanya dukungan dari infrastruktur utama di Kota Lhokseumawe seperti pelabuhan Kruang Geukueh yang merupakan pelabuhan internasional dan Bandara Malikussaleh, maka pembentukan revitalisasi kawasan industri melalui pembentukan KEK diharapkan dapat terwujud. Namun juga diperlukan pengembangan ekonomi masyarakat dan pelaku usaha yang ada di Kota Lhokseumawe untuk mewujudkan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus.

4.2.4. Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kinerja Ekonomi Daerah di Kota Lhokseumawe