Restoratif Justice Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN

DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Restoratif Justice dan Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

1. Restoratif Justice Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

konsep asli praktek keadilan restoratif justice dari praktik pemelihara perdamaian yang dilakukan suku bangsa maori, penduduk asli Selandia Baru. Menurut Helen Cowie keadilan restoratif justice pada intinya terletak pada konsep komunitas yang peduli dan inklusif. Bilamana timbul konflik, maka praktek restoratif justice akan menangani pihak pelaku dan korban, yang secara kolektif memecahkan masalah. 27 Peradilan anak model restoratif juga berangkat dari asumsi bahwa anggapan atau reaksi terhadap perilaku delikuensi anak tidak efektif tanpa adanya kerja sama dan keterlibatan dari korban, pelaku dan masyarakat. Prinsip yang menjadi dasar adalah bahwa keadilan terlayani apabila setiap pihak menerima perhatian secara adil dan seimbang, aktif dilibatkan dalam proses peradilan. 28 Helen Cowie dan Dawn Jennifer mengidentifikasikan aspek-aspek utama keadilan restoratif sebagai berikut : 27 Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, halaman 196 28 Ibid., 203 Universitas Sumatera Utara a. Perbaikan, bukanlah memperoleh kemenangan atau menerima kekalahan, tudingan, atau pembalasan dendam, tetapi tentang keadilan b. Pemulihan hubungan, bukan bersifat hukuman para pelaku criminal memikul tanggung jawab atas kekeliruan dan memperbaikinya dengan sejumlah cara, tetapi melalui proses komunikasi yang terbuka dan langsung, antara korban dan pelaku criminal, yang berpotensi mengubah cara berhubungan satu sama lain. c. Reintegrasi, pada tingkatnya yang terluas, memberikan arena tempat anak dan orang tua dapat memperoleh proses yang adil. Maksutnya agar mereka belajar tentang konsekuensi kekerasan dan kriminalitas serta memahami dampak perilaku mereka terhadap orang lain. 29 Hower Zehr membedakan retributif justice dengan restoratif justice sebagai berikut : Retributif Justice : 1. Kejahatan adalah pelanggaran sistem 2. Fokus pada menjatuhkan hukuman 3. Menimbulkan rasa bersalah 4. Korban diabaikan 5. Pelaku pasif 6. Pertanggungjawaban pelaku adalah hukuman 7. Respon terpaku pada perilaku masa lalu pelaku 8. Stigma tidak terhapuskan 29 Ibid., halaman 203 26 Universitas Sumatera Utara 9. Tidak didukung untuk menyesal dan dimaafkan 10. Proses bergantung pada aparat 11. Proses sangat rasional 30 Restoratif Jutice : 1. Kejahatan adalah perlakuan terhadap individu danatau masyarakat 2. Fokus pada pemecahan masalah 3. Memperbaiki kerugian 4. Hak dan kebutuhan korban diperhatikan 5. Pelaku di dorong untuk bertanggung jawab 6. Pertanggungjawaban pelaku adalah menunjukkan empati dan menolong untuk memperbaiki kerugian 7. Respon terpaku pada perilaku menyakitkan akibat perilaku-perilaku 8. Stigma dapat hilang melalui tindakan yang tepat 9. Didukung agar pelaku menyesal dan maaf dimungkinkan untuk diberikan oleh korban 10. Proses bergantung pada keterlibatan orang-orang yang terpengaruh oleh kejadian 11. Dimungkinkan proses emosional 31 Model keadilan restoratif lebih pada upaya pemulihan hubungan pelaku dan korban, misalnya, seseorang mencuri buku professor, proses keadilannya adalah bagaimana cara dan langkah apa agar persoalan bisa selesai sehingga 30 Ibid. 31 Rena Yulia, Victimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, halaman 164 Universitas Sumatera Utara hubungan baik antara orang tersebut dan professor berlangsung seperti semula tanpa ada yang dirugikan. 32 Dalam keadilan retributif, masyarakat tidak dilibatkan karena sudah diwakilkan oleh pengacara, sementara alam keadilan restoratif masyarakat dilibatkan melalui tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kewibawaan dalam lingkungan tersebut, misalnya tokoh agama, orang berpengaruh, dan sebagainya keadilan retributif lekat dengan kompetisi pelaku dan lawan sehingga ada proses tahapanbanding dan kasasi dalam proses peradilannya, tetapi pada keadilan restoratif semua pihak diajak kerja sama untuk menyelesaikan persoalan. Pada keadilan retributif pelaku hanya objek, yang aktif hanya pengacara, sedangkan pada keadilan restoratif justice, pelaku maupun korban sama-sama aktif diberi peran untuk menyelesaikan persoalan yang ada . 33 Prinsip-prinsip restoratif justice adalah membuat pelaku bertanggung jawab untuk membuktikan kapasitas dan kualitasnya sebaik dia mengatasi rasa bersalahnya dengan cara yang konstruktif, melibatkan korban, orang tua, keluarga, sekolah, atau teman bermainya, membuat forum kerja sama, juga dalam masalah yang berhubungan dengan kejahatan untuk mengatasinya. Watchel dan Mc. Cold yang banyak melakukan praktik keadilan restoratif di lingkungan sekolah, mengonseptualkan kerangka kultur yang adil dan setara berdasarkan hubungan yang positif dan penuh kepedulian. 34 Pemahaman bahwa menjauhkan anak dari proses peradilan pidana menjadi penting karena hal ini merupakan bagian upaya perlindungan hak asasi anak. 32 Ibid., halaman 165 33 Hadi Supeno, Op.Cit., halaman 204 34 Rena Yulia, Op.Cit., halaman 10 Universitas Sumatera Utara Pengalihan perkara oleh polisi dan penuntut umum serta pejabat lain yang berwenang untuk menjauhkan anak dari proses peradilan formil, penahanan atau pemenjaraan. Program diversi ini dilakukan dengan menempatkan anak dibawah pengawasan badan-badan sosial tertentu yang membantu pelaksanaan sistem peradilan pidana anak sebagaimana yang disebut dalam undang-undang. 35 Ide mengenai restoratif justice masuk dalam pasal 5 Ayat 1 Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restoratif ayat 1 yang meliputi : a. Penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. b. Persidangan anak dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum. c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan selama proses pelaksanaan pidana, tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan 36

2. Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9