Pengalihan  perkara  oleh  polisi  dan  penuntut  umum  serta  pejabat  lain  yang berwenang  untuk  menjauhkan  anak  dari  proses  peradilan  formil,  penahanan  atau
pemenjaraan.  Program  diversi  ini  dilakukan  dengan  menempatkan  anak  dibawah pengawasan  badan-badan  sosial  tertentu  yang  membantu    pelaksanaan  sistem
peradilan pidana anak sebagaimana yang disebut dalam undang-undang.
35
Ide  mengenai  restoratif  justice  masuk  dalam  pasal  5  Ayat  1  Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib
mengutamakan pendekatan keadilan restoratif ayat 1 yang meliputi : a.
Penyidikan  dan  penuntutan  pidana  anak  yang  dilaksanakan  sesuai dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan,  kecuali  ditentukan
lain dalam undang-undang ini. b.
Persidangan  anak  dilakukan  oleh  pengadilan  di  lingkungan  peradilan umum.
c. Pembinaan,  pembimbingan,  pengawasan  dan  pendampingan  selama
proses pelaksanaan pidana, tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan
36
2.  Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Dalam  Undang-Undang  Sistem  Peradilan  Pidana  Anak  ini  telah  diatur diversi, diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan
pidana  ke  proses  luar  pidana  Pasal  1  angka  7.  Dalam  sistem  peradilan  pidana anak,  wajib  diupayakan  diversi,  artinya  diversi  diupayakan  dalam  Sistem
35
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta Timur, Cetakan Pertama, 2013,  halaman 134
36
Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Universitas Sumatera Utara
Peradilan  Pidana  Anak,  yang  meliputi  :  penyidikan  dan  penuntutan  pidana  anak yang  dilaksanakan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan,
kecuali  ditentukan  lain  dalam  undang-undang  ini,  persidangan  anak  yang dilakukan  oleh  pengadilan  di  lingkungan  peradilan  umum,  pembinaan,
pembimbingan,  pengawasan  danatau  pendampingan  selama  proses  pelaksanaan pidana  atau  tindakan  dan  setelah  menjalani  pidana  atau  tindakan  pasal  5  ayat  2
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
37
Penyidik,  penuntut  umum,  dan  hakim  dalam  melakukan  diversi  harus mempertimbangkan  kategori  tindak  pidana,  umur  anak,  hasil  penelitian
kemasyarakatan  dari  Bapas,  dan  dukungan  lingkungan  keluarga  dan  masyarakat. Kesepakatan  diversi  harus  mendapatkan  persetujuan  korban  danatau  keluarga
anak  korban  serta  kesediaan  anak  dan  keluarganya,  kecuali  untuk  tindak  pidana yang berupa pelanggaran,  tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau
nilai  kerugian  korban  tidak  lebih  dari  nilai  upah  minimum  provinsi  setempat Pasal 9 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
38
Prinsip-prinsip Diversi menurut The Beijing Rules adalah : a.
Diversi  dilakukan  setelah  melihat  pertimbangan  yang  layak,  yaitu penegak  hukum  polisi,  jaksa,  hakim  dan  lembaga  lainnya  diberi
kewenangan  untuk  menangani  pelanggar-pelanggar  hukum  berusia muda tanpa menggunakan pengadilan formal.
b. Kewenangan  untuk  menentukan  diversi  diberikan  kepada  aparat
penegak  hukum  seperti  polisi,  jaksa,  hakim,  dan  lembaga  lain  yang
37
Maidin Gultom,  Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2014,  halaman  103
38
Ibid., halaman 104
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sistem hukum  masing-masing  dan  juga  sesuai  dengan  prinsip-prinsip  yang
terkandung dala The Beijing Rules. c.
Pelaksanaan  diversi  harus  dengan  persetujuan  anak,  atau  orang  tua walinya  namun  demikian  keputusan  pelaksanaan  diversi  setelah  ada
kajian oleh pejabat yang berwenang atas permohonan diversi tersebut. d.
Pelaksanaan  diversi  memerlukan  kerja  sama  dan  peran  masyarakat, sehubungan  dengan  adanya  program  diversi  seperti  :  pengawasan,
bimbingan sementara, pemulihan, dan ganti rugi kepada korban.
39
Diversi merupakan pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk  mengambil  tindakan-tindakan  kebijaksanaan  dalam  menangani  atau
menyelesaikan  masalah  pelanggar  anak  dengan  tidak  mengambil  jalan  formal antara  lain  menghentikan  atau  tidak  meneruskan,  melepaskan  dari  proses
peradilan pidana atau mengembalikan, menyerahkan kepada masyarakat.
40
Penerapan  diversi  dapat  ditetapkan  di  semua  tingkat  pemeriksaan, dimaksutkan  untuk  mengurangi  dampak  negatif  keterlibatan  anak  dalam  proses
peradilan  tersebut.  Terhadap  anak  yang  ditangkap  polisi,  polisi  dapat  melakukan diversi tanpa meneruskan ke jaksa penuntut. Kemudian apabila kasus anak sudah
sampai  di  pengadilan,  maka  hakim  dapat  melakukan  peradilan  sesuai  dengan prosedurnya dan diutamakan anak dapat  dibebaskan dari  pidana penjara.  Apabila
anak sudah berada di dalam penjara maka petugas penjara dapat melimpahkan ke lembaga sosial.
39
M. Nasir Djamil, Op.Cit.,  halaman 134
40
Angger Sigit Pramukti  Fuandy Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2015, halaman 68
Universitas Sumatera Utara
Diundangkannya  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  11  Tahun 2012  tentang  Sistem  Peradilan  Pidana  Anak  pada  tanggal  30  Juli  2012,  maka
Indonesia sudah secara sah memiliki suatu peraturan yang memberi perlindungan hukum  terhadap  anak  yang  berhadapan  dengan  hukum  dengan  salah  satu
metodenya adalah diversi.
41
Undang-Undang  Nomor  3  Tahun  1997  tentang  Pengadilan  Anak  belum menerapkan  lembaga  diversi  dalam  rumusannya.  Menyebabkan  banyak  perkara
pidana  bermuara  dari  tindak  kenakalan  anak  yang  sifatnya  junevile  deliquesi semata, yang seharusnya tdak perlu proses sampai ke ranah pidana.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang  Sistem Peradilan Pidana Anak, diversi sudah merupakan suatu kesatuan dalam  proses pidana anak, hal ini
menarik  karena  sebelumnya,  Komisi  Perlindungan  Anak  Indonesia  banyak menangani kasus anak  dan  sudah menggunakan ide diversi ini  sebagai salah satu
cara  penyelesaian  kasus  anak  sebelum  undang-undang  No.  11  Tahun  2012 berlaku.  KPAI  menggunakan  dasar  Undang-Undang  Nomor.  23  Tahun  2002
Tentang Perlindungan Anak sebagai dasar melaksanakan diversi.
42
Diversi  adalah  suatu  pengalihan  penyelesaian  kasus-kasus  anak  yang diduga  melakukan  tindak  pidana  tertentu  dari  proses  pidana  formal  ke
penyelesaian  damai  antara  tersangka,  terdakwa,  pelaku  tindak  pidana  dengan korban  yang  difasilitasi  oleh  keluarga  dan  masyarakat,  Pembimbingan
Kemasyarakatan Anak, polisi, jaksa maupun hakim.
43
41
Angger Sigit Pramukti  Fuandy Primaharsya, Op.Cit.,  halaman  68
42
Ibid.
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pada  pasal  6  Undang-Undang  Sistem  Peradilan  Pidana  Anak,  disebutkan tujuan diversi, yakni antara lain :
a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak
b. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan
c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan
d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak
Tujuan  diversi  tersebut  merupakan  implementasi  dari  keadilan  restoratif justice yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah permasalahhan,
bukan  sebuah  pembalasan  yang  selama  ini  dikenal  dalam  hukum  pidana. Kewajiban  mengupayakan  diversi  dari  mulai  penyidikan,  penuntutan  dan
pemeriksaan  perkara  anak  di  pengadilan  negeri,  dilakukan  dalam  hal  tindak pidana yang dilakukan :
a. Diancam dengan pidana penjara dibawah 7 tujuh tahun
b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana
44
Ketentuan  ini  menjelaskan  bahwa  anak  yang  melakukan  tindak  pidana yang ancamannya lebih dari 7 tujuh tahun maka tidak wajib diupayakan diversi,
hal  ini  memang  penting  mengingat  kalau  ancaman  hukuman  lebih  dari  7  tujuh tahun  tergolong  pada  tindakan  berat,  dan  merupakan  suatu  pengulangan,  artinya
anak  pernah  melakukan  tindak  pidana  baik  itu  sejenis  maupun  tidak  sejenis termasuk  tindak  pidana  yang  diselesaikan  melalui  diversi.  Pengulangan  tindak
pidana  oleh  anak,  menjadi  bukti  bahwa  tujuan  diversi  tidak  tercapai  yakni
44
Pasal 7  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Universitas Sumatera Utara
menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang  berupa  tindakan  pidana.  Upaa  diversi  terhadapnya  bisa  saja  tidak  wajib
diupayakan. Dalam  pasal  8  Undang-Undang  Sistem  Peradilan  Pidana  Anak
menentukan bahwa : 1.
Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan  orang  tuawalinya,  korban  danatau  orang  tuawalinya,
pembimbing  kemasyarakatan, dan  pekerja
sosial  profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif justice
2. Dalam  hal  diperlukan,  musyawarah  sebagaimana  dimaksut  pada  ayat
1 dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial, danatau masyarakat. 3.
Proses diversi wajib memperhatikan : a.
Kepentingan korban b.
Kesejahteraan dan tanggung jawab anak c.
Penghindaran stigma negatif d.
Penghindaran pembalasan e.
Keharmonisan masyarakat f.
Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
45
Kesepakatan  diversi  untuk  menyelesaikan  tindak  pidana  yang  berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian
korban  tidak  lebih  dari  nilai  upah  minimumprovinsi  etempat  sebagaimana dimaksut  dalam  Pasal  9  ayat  2  dapat  dilakukan  oleh  penyidik  bersama  pelaku
45
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, Sistem Peradilan Pidana Anak.
Universitas Sumatera Utara
danatau keluarganya, pembimbing kemasyarakatan, serta dapat melibatkan tokoh masyarakat.  Kesepakatan  diversi  sebagaimana  dimaksut  pada  ayat  1  dilakukan
oleh  penyidik  atas  rekomendasi  pembimbing  kemasyarakatan  dapat  berbentuk pengembalian  kerugian  dalam  hal  ada  korban,  rehabilitasi  medis  psikososial,
penyerahan  kembali  kepada  orang  tuawali,  keikutsertaan  dalam  pendidikan  atau pelatihan  di  lembaga  pendidikan  atau  LPKS  paling  lama  3  tiga  bulan,  atau
pelayanan masyarakat paling lama 3 tiga bulan Pasal 10 UU SPPA.
46
Pasal  13  Undang-Undang  Sistem  Peradilan  Pidana  Anak  menentukan bahwa  proses  peradilan  pidana  anak  dilanjutkan  dalam  hal  proses  diversi  tidak
menghasilkan  kesepakatan,  atau  kesepakatan  diversi  tidak  dilaksanakan. Pengawasan  atas  proses  diversi  dan  pelaksanaan  kesepakatan  yang  dihasilkan
berada  pada  atasan  langsung  pejabat  yang  bertanggung  jawab  di  setiap  tingkat pemeriksaan.  Selama  proses  diversi  berlangsung  sampai  dengan  kesepakatan
diversi dilaksanakan,
pembimbing kemasyarakatan
wajib melakukan
pendampingan,  pembimbingan  dan  pengawasan.  Dalam  hal  kesepakatan  diversi tidak  dilaksanakan  dalam  waktu  yang  ditentukan,  pembimbing  kemasyarakatan
segera  melaporkannya  kepada  pejabat  yang  bertanggung  jawab.  Pejabat  yang bertanggungjaab  sebagaimana  dimaksut  pada  ayat  3  wajib  menindaklanjuti
laporan dalam  waktu paling  lama 7 tujuh hari. Pasal 15 UU SPPA  menentukan bahwa  ketentuan  mengenai  pedoman  pelaksanaan  proses  diversi,  tata  cara,  dan
koordinasi pelaksanaan diversi diatur dengan peraturan pemerintah.
47
46
Maidin Gultom, Op.Cit., halaman 104
47
Ibid., 105
Universitas Sumatera Utara
B.  Lembaga Pemasyarakatan Anak