Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Pengalihan perkara oleh polisi dan penuntut umum serta pejabat lain yang berwenang untuk menjauhkan anak dari proses peradilan formil, penahanan atau pemenjaraan. Program diversi ini dilakukan dengan menempatkan anak dibawah pengawasan badan-badan sosial tertentu yang membantu pelaksanaan sistem peradilan pidana anak sebagaimana yang disebut dalam undang-undang. 35 Ide mengenai restoratif justice masuk dalam pasal 5 Ayat 1 Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restoratif ayat 1 yang meliputi : a. Penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. b. Persidangan anak dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum. c. Pembinaan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan selama proses pelaksanaan pidana, tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan 36

2. Diversi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak ini telah diatur diversi, diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses luar pidana Pasal 1 angka 7. Dalam sistem peradilan pidana anak, wajib diupayakan diversi, artinya diversi diupayakan dalam Sistem 35 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta Timur, Cetakan Pertama, 2013, halaman 134 36 Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Universitas Sumatera Utara Peradilan Pidana Anak, yang meliputi : penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum, pembinaan, pembimbingan, pengawasan danatau pendampingan selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. 37 Penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas, dan dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat. Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban danatau keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya, kecuali untuk tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat Pasal 9 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. 38 Prinsip-prinsip Diversi menurut The Beijing Rules adalah : a. Diversi dilakukan setelah melihat pertimbangan yang layak, yaitu penegak hukum polisi, jaksa, hakim dan lembaga lainnya diberi kewenangan untuk menangani pelanggar-pelanggar hukum berusia muda tanpa menggunakan pengadilan formal. b. Kewenangan untuk menentukan diversi diberikan kepada aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan lembaga lain yang 37 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2014, halaman 103 38 Ibid., halaman 104 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk tujuan itu di dalam sistem hukum masing-masing dan juga sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dala The Beijing Rules. c. Pelaksanaan diversi harus dengan persetujuan anak, atau orang tua walinya namun demikian keputusan pelaksanaan diversi setelah ada kajian oleh pejabat yang berwenang atas permohonan diversi tersebut. d. Pelaksanaan diversi memerlukan kerja sama dan peran masyarakat, sehubungan dengan adanya program diversi seperti : pengawasan, bimbingan sementara, pemulihan, dan ganti rugi kepada korban. 39 Diversi merupakan pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan-tindakan kebijaksanaan dalam menangani atau menyelesaikan masalah pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak meneruskan, melepaskan dari proses peradilan pidana atau mengembalikan, menyerahkan kepada masyarakat. 40 Penerapan diversi dapat ditetapkan di semua tingkat pemeriksaan, dimaksutkan untuk mengurangi dampak negatif keterlibatan anak dalam proses peradilan tersebut. Terhadap anak yang ditangkap polisi, polisi dapat melakukan diversi tanpa meneruskan ke jaksa penuntut. Kemudian apabila kasus anak sudah sampai di pengadilan, maka hakim dapat melakukan peradilan sesuai dengan prosedurnya dan diutamakan anak dapat dibebaskan dari pidana penjara. Apabila anak sudah berada di dalam penjara maka petugas penjara dapat melimpahkan ke lembaga sosial. 39 M. Nasir Djamil, Op.Cit., halaman 134 40 Angger Sigit Pramukti Fuandy Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2015, halaman 68 Universitas Sumatera Utara Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada tanggal 30 Juli 2012, maka Indonesia sudah secara sah memiliki suatu peraturan yang memberi perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dengan salah satu metodenya adalah diversi. 41 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak belum menerapkan lembaga diversi dalam rumusannya. Menyebabkan banyak perkara pidana bermuara dari tindak kenakalan anak yang sifatnya junevile deliquesi semata, yang seharusnya tdak perlu proses sampai ke ranah pidana. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, diversi sudah merupakan suatu kesatuan dalam proses pidana anak, hal ini menarik karena sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia banyak menangani kasus anak dan sudah menggunakan ide diversi ini sebagai salah satu cara penyelesaian kasus anak sebelum undang-undang No. 11 Tahun 2012 berlaku. KPAI menggunakan dasar Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai dasar melaksanakan diversi. 42 Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke penyelesaian damai antara tersangka, terdakwa, pelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan masyarakat, Pembimbingan Kemasyarakatan Anak, polisi, jaksa maupun hakim. 43 41 Angger Sigit Pramukti Fuandy Primaharsya, Op.Cit., halaman 68 42 Ibid. 43 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pada pasal 6 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan tujuan diversi, yakni antara lain : a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak b. Menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan restoratif justice yang berupaya mengembalikan pemulihan terhadap sebuah permasalahhan, bukan sebuah pembalasan yang selama ini dikenal dalam hukum pidana. Kewajiban mengupayakan diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri, dilakukan dalam hal tindak pidana yang dilakukan : a. Diancam dengan pidana penjara dibawah 7 tujuh tahun b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana 44 Ketentuan ini menjelaskan bahwa anak yang melakukan tindak pidana yang ancamannya lebih dari 7 tujuh tahun maka tidak wajib diupayakan diversi, hal ini memang penting mengingat kalau ancaman hukuman lebih dari 7 tujuh tahun tergolong pada tindakan berat, dan merupakan suatu pengulangan, artinya anak pernah melakukan tindak pidana baik itu sejenis maupun tidak sejenis termasuk tindak pidana yang diselesaikan melalui diversi. Pengulangan tindak pidana oleh anak, menjadi bukti bahwa tujuan diversi tidak tercapai yakni 44 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang berupa tindakan pidana. Upaa diversi terhadapnya bisa saja tidak wajib diupayakan. Dalam pasal 8 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menentukan bahwa : 1. Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tuawalinya, korban danatau orang tuawalinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restoratif justice 2. Dalam hal diperlukan, musyawarah sebagaimana dimaksut pada ayat 1 dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial, danatau masyarakat. 3. Proses diversi wajib memperhatikan : a. Kepentingan korban b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak c. Penghindaran stigma negatif d. Penghindaran pembalasan e. Keharmonisan masyarakat f. Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum. 45 Kesepakatan diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimumprovinsi etempat sebagaimana dimaksut dalam Pasal 9 ayat 2 dapat dilakukan oleh penyidik bersama pelaku 45 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara danatau keluarganya, pembimbing kemasyarakatan, serta dapat melibatkan tokoh masyarakat. Kesepakatan diversi sebagaimana dimaksut pada ayat 1 dilakukan oleh penyidik atas rekomendasi pembimbing kemasyarakatan dapat berbentuk pengembalian kerugian dalam hal ada korban, rehabilitasi medis psikososial, penyerahan kembali kepada orang tuawali, keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 tiga bulan, atau pelayanan masyarakat paling lama 3 tiga bulan Pasal 10 UU SPPA. 46 Pasal 13 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menentukan bahwa proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan, atau kesepakatan diversi tidak dilaksanakan. Pengawasan atas proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan yang dihasilkan berada pada atasan langsung pejabat yang bertanggung jawab di setiap tingkat pemeriksaan. Selama proses diversi berlangsung sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan, pembimbing kemasyarakatan wajib melakukan pendampingan, pembimbingan dan pengawasan. Dalam hal kesepakatan diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan, pembimbing kemasyarakatan segera melaporkannya kepada pejabat yang bertanggung jawab. Pejabat yang bertanggungjaab sebagaimana dimaksut pada ayat 3 wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama 7 tujuh hari. Pasal 15 UU SPPA menentukan bahwa ketentuan mengenai pedoman pelaksanaan proses diversi, tata cara, dan koordinasi pelaksanaan diversi diatur dengan peraturan pemerintah. 47 46 Maidin Gultom, Op.Cit., halaman 104 47 Ibid., 105 Universitas Sumatera Utara

B. Lembaga Pemasyarakatan Anak

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9