Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, antara lain disebabkan oleh faktor di luar diri anak tersebut.
5. Pengertian Hakim Anak
Hakim Anak adalah hakim yang khusus ditetapkan sebagai hakim anak, baik di tingkat Pertama Pengadilan Negeri, Tingkat Banding Pengadilan
Tinggi, dan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung. Pada Tingkat Pertama, Hakim Anak ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul
Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi.
22
Untuk menjadi Hakim Anak, harus memenuhi syarat-syarat berdasarkan undang-undang Pasal 10 ayat 2 UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
yaitu : a.
Telah berpengalaman sebagai hakim di pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum
b. Mempunyai minat, dedikasi, dan memahami masalah anak.
23
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hakim yang memeriksa dan mengadili perkara anak adalah Hakim Tunggal, namun dalam hal tertentu
Ketua Pengadilan Negeri dapat menunjuk Hakim Majelis apabila ancaman pidana atas tindak pidana yang dilakukan anak yang bersangkutan lebih dari 5 lima
tahun dan sulit pembuktiannya.
22
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, halaman 113
23
Ibid., halaman 114
Universitas Sumatera Utara
6. Pertanggungjawaban Pidana
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa pengertian perbuatan pidana tidak termasuk pengertian pertanggungjawaban pidana. Perbuatan pidana hanya
menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu ancaman pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian dijatuhi pidana,
tergantung apakah dalam melakukan perbuatan itu orang tersebut memiliki kesalahan. Dengan demikian, membicarakan pertanggungjawaban pidana mau
tidak mau harus didahului dengan penjelasan tentang perbuatan pidana. Sebab seseorang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih dahulu ia
melakukan perbuatan pidana. Tidak adil rasanya jika tiba-tiba seseorang harus bertanggungjawab atas suatu tindakan, sedang ia sendiri tidak melakukan tindakan
tersebut.
24
Dalam hukum pidana konsep “pertanggungjawaban” itu merupakan konsep sentral yang dikenal dengan ajaran kesalahan. Dalam bahasa latin ajaran
kesalahan dikenal dengan istilah mens rea. Doktrin mens rea dilandaskan pada suatu perbuatan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran
orang itu jahat.
25
Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah
ditentukan oleh udang-undang. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya orang yang mampu bertanggungjawab yang dapat diminta
pertanggungjawaban.
24
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2011, halaman 155
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana secara subjektif yang ada memenuhi
syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu. Dasar adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya pembuat adalah
asas kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan perbuatan pidana tersebut. Kapan
seseorang dikatakan
mempunyai kesalahan
menyangkut masalah
pertanggungjawaban pidana. Oleh karena itu, pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Tegasnya,
yang dipertanggungjawabkan orang itu adalah tindak pidana yang dilakukannya. Terjadinya pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban pida pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap
pelanggaran atas kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memidana seseorang. Tanpa itu, pertanggungjawaban pidana tidak akan pernah ada. Makanya tidak heran jika
dalam hukum pidana dikenal asas “tiada pidana tanpa kesalahan”. Asas kesalahan ini merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana, demikian
fundamentalnya asas tersebut. Sehubungan
dengan kemampuan
bertanggungjawab ini,
dalam menentukan apakah seseorang itu salah atau tidak, menurut hukum ditentukan
oleh 3 tiga faktor, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. keadaan batin orang yang melakukan itu, erat berkait dengan
kemampuan bertanggungjawab. Yang dimaksutkan dengan keadaan batin orang yang melakukan perbuatan ialah apabila pelaku tidak
menyadari bahwa perbuatannya itu merupakan perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.
2. Adanya hubungan batin antara pelaku dengan perbuatan yang
dilakukannya. Yang dimaksutkan dengan hubungan batin antara pelaku dengan perbuatan yang dilakukannya itu dapat berupakesengajaan,
kealpaankelalaian. 3.
Tidak adanya alasan pemaaf. Yang dimaksutkan dengan alasan pemaaf ialah dalam hal misalnya pembelaan diri dalam hal melampaui batas.
26
F. Metode penelitian 1.