Tindak Pidana Pencurian Biasa

BAB III PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

DENGAN KEKERASAN

A. Tindak Pidana Pencurian Biasa

Mengenai tindak pidana pencurian biasa ini diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi : Barangsiapa mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksut untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah. 57 Tindak pidana Pencurian termasuk kejahatan terhadap harta benda di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kejahatan terhadap harta benda bahkan terbesar diantara jenis-jenis kejahatan yang mengganggu kepentingan manusia dalam menjalankan aktifitasnya, bahkan mengganggu ketentraman dan keamanan dalam masyarakat. Tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam Bab XXII, Pasal 362 KUHP merupakan pencurian dalam bentuk pokok. Adapun unsur- unsurnya yaitu unsur “ objektif ” ada perbuatan mengambil, yang diambil sesuatu barang, barang tersebut seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. Ada perbuatan dan perbuatan itu dilarang oleh undang-undang, apabila dilanggar akan mendap at sanksi pidana berupa penjara. Sedangkan unsur “ subyektif ’’ yaitu dengan maksut untuk memiliki barang tersebut secara melawan hukum. Misalnya, 57 Pasal 362 KUHP 51 Universitas Sumatera Utara mengalirkan arus listrik melalui kawat, dianggap merupakan perbuatan mencuri listrik. Hal ini dikarenakan dengan mencantolkan kawat pada meteran listrik maka akan menimbulkan kerugian bagi pemiliknya. 58 Walaupun pembentuk undang-undang tidak menyatakan secara tegas bahwa tindak pidana pencurian seperti yang dimaksut dalam pasal 362 KUHP harus dilakukan dengan sengaja, tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa tindak pidana pencurian tersebut harus dilakukan dengan sengaja, yakni karena undang-undang pidana kita yang berlaku tidak mengenal lembaga tindak pidana pencurian yang dilakukan dengan tidak sengaja. Kiranya sudah jelas bahwa inti pengertian dengan sengaja ialah menghendaki dan mengetahui, karena yang dapat dikehendaki atau yang dapat dimaksut hanyalah perbuatan-perbuatan sedang keadaan-keadaan itu hanya dapat diketahui, maka untuk dapat menyatakan seorang pelaku telah memenuhi unsur kesengajaan, di sidang pengadilan yang memeriksa perkara pelaku harus dapat dibuktikan bahwa pelaku : a. Telah mengkehendaki atau bermaksut untuk melakukan perbuatan mengambil b. Mengetahui bahwa yang diambilnya itu ialah sebuah benda c. Mengetahui bahwa benda yang diambilnya itu sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain d. Telah bermaksut untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. 59 58 Ismu Gunadi, Joenadi Efendi, Yahman, Memahami Hukum Pidana, PT. Prestasi Pustaka Raya, Jakarta, 2011, halaman 39-40 Universitas Sumatera Utara Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain, misalnya dua orang memiliki bersama sebuah sepeda, kemudian seorang diantaranya mencuri sepeda itu, dengan maksut untuk diiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu dimilikinya sendiri, namun ia dapat dituntut juga dengan pasal ini, akan tetapi sebaliknya jika ia mengambil barang yang tidak dimiliki seseorang, tidak dapat dikatakan mencuri. Dengan demikian perbuatan mengambil harus dilihat dari kasusnya yang dihadapi sesuai dengan perkembangan masyarakat. Menurut R. Soesilo, elemen- elemen tindak pidana pencurian Pasal 362 KUHP, yaitu : 1. Perbuatan “ mengambil ’’ yang diambil harus sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, pengambilan itu dilakukan dengan maksut untuk “ memiliki ’’ barang itu dengan melawan hukum. 2. Mengambil untuk dikuasainya, maksutnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang belum ada pada kekuasaannya, apabila waktu memiliki sudah ada ditangannya, maka perbuatan ini bukan pencurian melainkan penggelapan. 3. Suatu barang, segala sesuatu yang berwujud termasuk binatang, uang, kalu ng dan sebagainya. Dalam pengertian barang termasuk pula “ daya listrik’’ meskipun tidak berwujud, akan tetapi dapat dialirkan dalam pipa atau kawat. Barang tidak perlu memiliki nilai ekonomis. 59 Ibid.,halaman 3 Universitas Sumatera Utara 4. Barang itu, seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, suatu barang yang bukan kepunyaan orang lain tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar yang hidup di alam, barang-barang yang sudah dibuang pemiliknya. 5. Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksut untuk dimilikinya. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukanlah pencurian. 60 Jadi maksut dari memiliki dengan melawan hukum, artinya adalah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil benda, ia sudah mengetahui, sudah sadar memiliki benda orang lain, dengan cara demikian itu adalah jelas melawan hukum. Melawan hukum baik dicantumkan secara tegas dalam rumusan maupun tidak, apabila suatu perbuatan itu sudah dibentuk sebagai larangan dalam undang-undang, maka tetap ada. Dan bila dicantumkan dalam rumusan seperti halnya pencurian, maka harus dibuktikan di persidangan. Jika para perencana dan pembentuk undang-undang karena sesuatu pertimbangan berkeras untuk tetap memakai kata-kata memiliki secara melawan hukum di dalam rumusan mengenai tindak pidana pencurian, padahal mereka mengetahui bahwa kata memiliki itu tidak mempunyai arti yang sama dengan arti kata memiliki baik menurut undang-undang maupun menurut tata bahasa, maka untuk mencegah penerapan hukum secara keliru, maka itu harus menyebutkan secara limitatif di dalam penjelasan tentang pasal yang mengatur tindak pidana pencurian, yakni tentang perbuatan-perbuatan mana yang dimaksutkan dengan 60 Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, Yahman, Op.cit., halaman 41 Universitas Sumatera Utara memiliki secara melawan hukum dan tentang perbuatan-perbuatan mana lagi yang tidak termasuk dalam pengertian memiliki secara melawan hukum.

B. Tindak Pidana Pencurian Kekerasan

Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9