Tinjauan Pustaka Penjatuhan Sanksi Terhadap Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Pembinaan Menurut Hukum Pidana di Indonesia (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

14

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Sanksi Di Indonesia, secara umum, dikenal sekurang-kurangnya tiga jenis sanksi hukum yaitu: a. Sanksi hukum pidana; b. Sanksi hukum perdata; c. Sanksi administrasiadministratif. 28 Penetapan jenis dan bentuk sanksi pidana, sesungguhanya kebijakan kriminal yang menurut pengguna atau penerapan metode yang rasional. 29 Fokus sanksi pidana ditujukan pada perbuatan salah yang dilakukan seseorang melalui pengenaan penderitaan yang bersangkutan menjadi jera. 30 Sanksi pidana sendiri diatur dalam pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Republik Indonesia, yaitu: a. Hukuman pokok, yang terbagi menjadi: 1 Hukuman mati 2 Hukuman penjara 3 Hukuman kurungan 4 Hukuman denda b. Hukuman-hukuman tambahan, yang terbagi menjadi: 1 Pencabutan beberapa hak yang tertentu 2 Perampasan barang yang tertentu 3 Pengumuman keputusan hakim Hukum perdata merupakan hukum privat yang mengatur tentang kepentingan dari individu perindividu. Sanksi dalam hukum perdata dapat berupa: a. Kewajiban untuk memenuhi prestasi kewajiban. 28 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4be012381c490sanksi-hukum- 28pidana,-perdata,-dan-administratif29, diakses pada tanggal 9 April 2015. 29 Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Ide Dasar Double Track System Dan Implementasinya, Jakarta, PT Raja Grafindo, hal 15. 30 Ibid. Hal 17. Universitas Sumatera Utara 15 b. Hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu keadaan hukum baru. Untuk sanksi administrasiadministratif, adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administratif. Umumnya sanksi administrasiadministratif berupa: a. Denda misalnya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan ; b. Pembekuan hingga pencabutan sertifikat danatau izin misalnya yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubugan Republik Indonesia Nomor: KM 26 Tahun 2009 Tentang Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Keselamatan Penerbangan; c. Penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi misalnya yang diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor. P.39MENHUT-II2008 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administrasi Terhadap Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan. 2. Pengertian Narapidana Narapidana adalah seorang individu yang divonis telah terbukti bersalah melakukan suatu perbuatan pidana. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, narapidana merupakan terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas. Narapidana yang menjalani masa Universitas Sumatera Utara 16 pembinaannya diberikan hak-hak tertentu sebagai narapidana dan tinyatakan secara tegas dalam undang-undang. Narapidana terdiri atas narapidana laki-laki dan naridana wanita. Setiap narapidana baik laki-laki maupun wanita merupakan naraidana yang telah dewasa menurut hukum. Pembinaan narapida wanita dilakukan di Lapas wanita. 31 Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan narapidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai dan moral, sosial, dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan aman. Narapidana diperlakukan sebagai subjek pembinaan dan diperlakukan secara manusiawi. 32 3. Pidana Istilah hukuman berasal dari kata straf yang merupakan istilah yang sering digunakan sebagai sinonim dari istilah pidana. 33 Istilah hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempenyai arti yang luas dan berubah- ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Hulsman berpendapat hakikat pidana adalah menyerukan untuk tertib tot de orde roepen; pidana pada hakikatnya mempunyai dua tujuan utama yakni untuk mempengaruhi tingkah laku gedragsbeinvloeding dan penyelesaian konflik conflickstoplossing. 34 Menurut Sudarto pidana adalah nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap 31 Ibid, pasal 12 ayat 2 . 32 Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta , 1995, hal. 36. 33 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2007, hal. 11. 34 Dwidja Priyatna, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara,Bandung,PT ReflikaAaditama , hal. 8. Universitas Sumatera Utara 17 ketentuan undang-undang hukum pidana, sengaja agar dirasakan sebagai nestapa. 35 4. Tindak Pidana Tindak pidana strafbaar feit adalah kelakuan handeling yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab eene strafbar gestelde “onrechtmatig, met schuld in verband staaande handeling van een toerekeningsvatbaar person ”. 36 Van Hamel merumuskan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan orang menselijk gedraging yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana strafwardig dan dilakukan dengan kesalahan. 37 Barda Nawawi Arief menyatakan tindak pidana secara umum dapat diartikan sebagai perbuatan melawan hukum baik secara formil maupun secara materil. 5. Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 38 Setiap narapidana yang ada di dalam Lapas tersebut harus dibina dengan menggunakan sistem pemasyarakatan yang telah ditetapkan. Secara umum lembaga pemasyarakatan memiliki sarana dan prasarana fisik yang cukup memadai bagi pelaksanaan pembinaan narapidana, seperti adanya sarana 35 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung,1981 , hal. 109-110. 36 D. Simons, 1921, Leerboek van het Nederlandsche Strafrecht, Eerste Deel, Vier Drunk, P.Noordhoff, Groningen, hal.101 dalam buku Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia ,Rajawali Pers, 2013, hal.58. 37 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008 , hal 61. 38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan , Pasal 1 angka3. Universitas Sumatera Utara 18 perkantoran, sarana perawatan balai pengobatan, sarana peribadatan, sarana pendidikan dan perpustakaan hanya beberapa Lapas, sarana kerja terdiri dari bengkel kerja dan tanah pertanian, sarana olah raga baik lapangan voli, bulu tangkis, tenis meja maupun sepak bola, saran sosial terdiri dari tempat kunjungan keluarga, aula pertemuan dan ruang konsultasi, sarana tranportasi mobil dinas. 39 Lapas merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dahulu Departemen Kehakiman. 40 Lapas sebagai salah satu wadah pembinaan narapidana, pada hakekatnya harus mampu berperan didalam pembangunan manusia seutuhnya sebagai wadah untuk mendidik manusia terpidana agar menjadi manusia yang berkualitas. 41 Lembaga Pemasyarakatan secara sederhana, berfungsi sebagai: 42 1. Menerima terpidana yang telah diputus bersalah oleh pengadilan dengan pidana penjara; 2. Melakukan pembinaan dalam Lembaga Pemasyarakatan; 3. Melakukan berbagai upaya agar proses pembinaan dapat terlaksana dengan baik; 4. Memproses pemberi remisi agar layak menerimanya; 5. Melakukan koordinasi dengan sub sistem kepolisian atau kejaksaan manakala terjadi peserta didik pemasyarakatan tengah menjalani proses pengadilan pidana; 6. Menerima dan meneruskan permintaan grasi; 7. Menyiapkan pembebasan apabila waktu menjalankan pidana penjara telah selesai; 8. Menyiapkan pembebasan bersyarat; 9. Menjaga dan memenuhi hak-hak narapidana yang diatur berdasarkan aturan Peraturan Perundang-Undangan. 39 Josias Simon dan Thomas Sunaryo, Studi Lembaga Pemasyaralatan di Indonesia, CV. Lubuk Agung, Bandung, 2011, Hal.15. 40 http:id.wikipedia.orgwikiLembaga_Pemasyarakatan, diakses pada tanggal 6 April 2015. 41 Suwarto, Op.Cit, hal. 80. 42 Eva Achjani Zulfa dan Indrianto Seno Adji, Op.Cit. hal 25-26. Universitas Sumatera Utara 19 Penghuni lembaga pemasyarakatan merupakan warga binaan pemasyarakatan WBP bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. 6. Pembinaan Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani, dan rohani narapidana dan anak didik narapidana. 43 Narapidana adalah manusia yang masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan kearah perkembangan yang positif, yang mampu merubah seseorang untuk menjadi lebih produktif, menjadi lebih baik dari sebelum menjalani pidana. 44 Pembinaan narapidana, tidak hanya ditujukan kepada pembinaan spiritual saja, tetapi juga dalam bidang keterampilan. Sebab itu pembinaan narapidana juga dikaitkan dengan pemberian pekerjaan selama menjalani pembinaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pembinaan kegiatan secara berencana dan terarah untuk lebih menyempurnakan tata hukum yang ada agar sesuai dng perkembangan masyarakat. 45 Pembinaan juga merupakan suatu proses yang berkelanjutan, bukan proses sepotong-sepotong. 46 43 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 1. 44 Harsono. Op.Cit. hal.43. 45 http:kbbi.web.idbina, di akses pada tangga l 6 April 2015. 46 Harsono, Op.Cit hal.37. Universitas Sumatera Utara 20 Karena memiliki spesifikasi tertentu, maka dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang. Membina narapidana harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan narapidana. Ada empat komponen penting dalam pembinaan narapidana, yaitu: 1. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri; 2. Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat. 3. Masyarakat, adalah orang-orang yang berada disekeliling narapidana pada saat masi berada diluar Lembaga Pemasyarakatan Rutan, dapat masyarakat biasa, pemuda masyarakat, atau pejabat setempat. 4. Petugas, dapat berupa petgas kepolisian, pengacara, petugas keagamaan, petugas sosial, petugas Lembaga Pemasyarakatan, Rutan, Balai Pemasyarakatan, Balai Bispa, Hakim Wasmat dan lain sebagainya. Keempat kompenen pembinaan narapidana, harus tahu akan tujuan pembinaan narapidana, perkembangan pembinaan narapidana, kesulitan yang dihadapi dan berbagai program serta pemecahan masalah. 47 Pembinaan dilakukan di tempat yang telah disediakan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Pembinaan narapidana dapat dilakukan didua tempat. Pertama, di Lapas dan kedua diluar Lapas. Narapidana yang telah memenuhi persyaratan tertentu dan telah mendapat ijin dari Kepala Lembaga Pemasyaratan, dapat ditempatkan di Lapas terbuka, jika narapidana bersedia. 48 Tujuan dari pembinaan di luar Lapas adalah mengurangi dampak psikologis akibat dampak penjara, disamping juga supaya narapidana mendekatkan diri dengan masyarakat. 49

G. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Harga Diri Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tanjung Gusta Medan

26 227 125

Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan ( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan)

0 56 127

Respon Narapidana Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas-II A Anak Tanjung Gusta Medan

5 76 122

Respon Narapidana Wanita Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan.

4 52 144

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007)

1 65 128

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Sistem Pembinaan Anak Pidana Dllembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Tanjung Gusta Medan

0 18 130

Penjatuhan Sanksi Terhadap Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Pembinaan Menurut Hukum Pidana di Indonesia (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penjatuhan Sanksi Terhadap Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Pembinaan Menurut Hukum Pidana di Indonesia (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 0 25

PENJATUHAN SANKSI TERHADAP NARAPIDANA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA SELAMA MENJALANI PEMBINAAN MENURUT HUKUM PIDANA DI INDONESIA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan) SKRIPSI

0 0 11