65 Pasal 34B selanjutnya menentukan bahwa remisi sebagaimana yang
dimaksud pada Pasal 34A diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri atau pimpinan lembaga terkait. Jika dibandingkan dengan
pemberian remisi sebelumnya, pemberian remisi sekarang dapat menunda diberikannya remisi kepada narapida tertentu untuk cukup waktu yang lama.
Peraturan pemberian remisi menurut PP Nomor 28 Tahun 2006 menentukan bahwa pemberian remisi hanya menentukan bahwa narapidana yang dipidana
karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat,
dan kejahatan transnasional yang terorganisir lainnya dapat diberikan apabila berkelakuan baik dan telah menjalani 13 satu per tiga masa pidana.
Dapat dilihat aspek psikologis dibalik perilaku-perilaku negatif tadi berbeda-beda.
116
Untuk mengerti, mengontrol dan mengendalikan narapidana, kita harus mengerti cara memotivasi dan cara beripikir mereka, bagaimana setiap
narapidana secara unik menghadapi kehidupan masing-masing.
117
Pelanggaran yang kerap kali terjadi mengindikasikan bahwa narapidan belum mengetahui apa
esensi dari pembinan itu sendiri.
B. Jenis Sanksi Yang Diberikan Terhadap Narapidana Yang Melakukan Tindak Pidana
Bagian penting dalam pemidanaan adalah menetapkan suatu sanksi.
118
Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan
116
Ibid.
117
Ibid.
118
Teguh Prasetya, Op.Cit. hal78.
Universitas Sumatera Utara
66 berlakunya norma.
119
Secara umum, sanksi dalam hukum pidana dapat dibagi menjadi sanksi pidana dan sanksi tindakan.
120
Sanksi pidana bertujaun memberi penderitaan istimewa bijzonderlead kepada pelanggar supaya ia merasakan
akibat perbuatannya.
121
Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap
perbuatan sipelaku. Sedangkan sanksi tindakan tujuannya lebih bersifat mendidik.
122
Jika ditinjau dari sudut teori-teori pemidanaan, maka sanksi tindakan berupa sanksi yang tidak membalas.
123
Segala jenis hukuman selain hukuman mati dan hukuman seumur hidup, bertujuan agar narapidana yang
melanggar hukum menyadari kekeliruannya, dan insyaf tidak akan lagi mengulangi perilaku melanggar hukum itu.
124
Keberagaman jenis dan bentuk sanksi, khususnya yang berupa tindakan treatment memang lebih banyak
dipengaruhi oleh perkembangan kriminalitas yang semakin meningkat, canggih, dan berdimensi baru new dimention of criminality.
125
Sanksi yang dapat diberikan untuk narapidana pelaku pelanggaran terbagi atas dua, yaitu sanksi disiplin dan sanksi pidana:
1. Sanksi disiplin
Sanksi disiplin merupakan sanksi yang diberikan oleh petugas Lapas. Kepala Lapas bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di Lapas yang
119
Ibid.
120
Ibid. Hal. 85.
121
Ibid, hal. 86.
122
Ultrech, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1987, hal.360.
123
Teguh Prasetya, Op.Cit, hal. 81.
124
David J Cooke dkk, Op.Cit., hal 1
125
Ibid, Hal. 81.
Universitas Sumatera Utara
67 dipimpinnya. Pasal 47 Undang-Undang Pemasyarakatan menerangkan bahwa
kepala Lapas dapat memberikan tindakan disiplin atau menjatuhkan disiplin terhadapa warga binaan pemasyarakatan. Selanjutnya pada ayat 2 pasal tersebut
menyebutkan bahwa jenis hukuman disiplin yang diberikan kepala Lapas dapat berupa:
a. Tutupan sunyi paling lama 6 6enam hari bagi narapidana atau anak
pidana; b.
Menunda atau meniadakan hak tertentu untuk jangka tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Prosedur tindakan disiplin mengatur penempatan sementara narapidana pada kamar terasing atau sel pengasingan berdasarkan bukti permulaan yang patut
diduga sebagai suatu pelanggaran atau gangguan keamanan dan ketertiban, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan.
126
Perintah tindakan disiplin yang diberikan kepala Lapas paling lama 10 hari, dapat diperpanjang sampai 30 hari.
Prosedur ini terkait dengan tugas 4 bagianunit yaitu Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP, Kepala Lapas, Unit Pembinaan dan
Karupam.
127
Pemnjatuhan tindakan disiplin ini tidak memerlukan sidang dari Tim Pengamat Pemasyarakatan.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang diberikan kepada narapidana yang melakukan perbuatan melanggar tata tertib Lapas. Prosedur tetap hukuman
disiplin menguraikan bahwa hukuman disiplin dapat berupa tutupan sunyi paling lama 6 hari, dan menunda atau meniadakan hak-hak tertentu narapidana.
126
Josias Simon dan Thomas Sunaryo, Op.Cit., Hal.84.
127
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
68 Pengaturan tentang hukuman disiplin diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara selanjutnya disebut
Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013, dalam Peraturan Menteri tersebut, hukuman Disiplin dibagi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Hukuman disiplin ringan;
b. Hukuman disiplin sedang; atau
c. Hukuman disiplin berat.
Pasal 9 Peraturan Menteri tersebut menerangkan bahwa hukuman disiplin ringan meliputi pemberian peringatan secara lisan dan peringatan secara tertulis
kepada narapidana pelaku pelanggaran. Hukuman ini diberikan jika pelanggaran yangdilakukan masih dapat ditoleransi. Hukuman disiplin sedang meliputi
memasukkan narapidana kedalam sel pengasingan selama 6 enam hari dan melakukan penundaan atau peniadaan hak narapidana selama kurun waktu
tertentu. Hukuman disiplin berat meliputi memasukkan kedalam sel pegasingan selama 6 enam hari dan dapat di diperpanjang selama 2 dua kali 6 enam hari
dan tidak mendapatkan hak remisi, cuti mengunjungi keluarga, cuti bersyarat, asimilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat dalam tahun berjalan.
“Pemberian sanksi tata tertib administrasidisiplin diberikan dalam hal narapidana tersebut telah terbukti melakukan pelanggaran administrasi
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Sanksi disiplin dalam pelanggaran tata tertib administrasi tersebut
antara lain:
a. Pemberian pendidikan moral;
b. Kerja bakti sosial;
c. Tutupan sunyi pengasingan;dan
d. Peniadaan hak-hak narapidana
Universitas Sumatera Utara
69 Untuk pelanggaran yang ringan, cukup dengan diberikan peringatan dan
disertai dengan tindakan mengikuti pendidikan moral atau kerja bakti sosial. Hukuman pendidikan moral atau kerja bakti sosial dilakukan
didalam lingkungan Lapas ”
2. Sanksi Pidana
Pemberian sanksi pidana kepada narapidana pelaku pelanggaran selama menjalani pembinaan dilakukan berdasarkan prosedur yang ada. Sebagaimana
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 Pasal 17, narapidana yang melakukan pelanggaran berupa tindak pidana diserahkan kepada
pihak atau lemabaga yang berwenang “Untuk perbuatan yang diduga sebagai suatu tindak pidana akan kita
serahkan kepada pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang tersebut yaitu pihak kepolisian atau BNN. Dugaan tindak pidana itu kita laporkan,
dan kemudian selanjutnya diserahkan kepada pihak kepolisian. Untuk kepentingan kasus tersebut, pihak Lapas bersifat kooperatif dan bersedia
dipanggil jika dibutuhkan kepolisian
”
128
Sanksi yang diberikan kepada narapidana tersebut ditetapkan melalui
persidangan di pengadilan negeri. Narapidana juga dapat dipindahkan ke Rutan untuk dilakukan penahanan sebagai upaya mengembangan kasus tersebut.
C. Penjatuhan Sanksi Bagi Narapidana Yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Masa Hukuman.
Penjatuhan sanksi merupakan langkah yang diambil setalah ditemukannya hal yang dianggap melanggar. Setiap pemberian sanksi kepada pelaku tindak
pidana pada dasarnya harus memiliki prosedur yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk pemidanaan masih perlu ada
syarat untuk penjatuhan pidana, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu
128
Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
70 mempunyai kesalahan atau bersalah.
129
Para ahli hukum pidana mengartikan kesalahan secara beragam, tetapi secara umum, pengertian yang dikemukakan
mengarah pada dua macam, yaitu kesalahan psikologis, dan kesalahan normatif.
130
Hal yang sama juga dilakukan pada narapidana yang melakukan pelanggaran. Seorang narapidana harus dibuktikan pelanggaran apa yang dilakukannya.
Pemberian tindakan disiplin atau sanksi disiplin dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.
1. Penjatuhan tindakan disiplin
Prosedur pemberian tindakan disiplin dilakukan dengan membuat laporan kepada Kepala Lapas tentang adanya narapidana yang akan diberikan tindakan
disiplin oleh Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP. Laporan tersebut kemudian diterima dan dipelajari oleh Kalapas dan pabila bila dipandang
perlu, Kepala KPLP dapat mengajukan usulan kepada Kalapas untuk dilakukan tindakan disiplin sebagai langkah pengamanan dan kepentingan proses
pemeriksaan bagi narapidana yang telah melakukan pelanggaran keamanan dan ketertiban dan berdasarkan pertimbangan keamanan dan ketertiban tersebut,
penempatan narapidana yang bersangkutan dapat dipisahkan dengan narapidana yang lain.
131
Kalapas kemudian memutuskan perlu tidaknya dilakukan tindakan disiplin. Apabila Kalapas setuju, maka Kalapas kemudian memerintahkan Kepala
KPLP untuk melakukan tindakan disiplin dan menerima laporan tentag pelaksanaan tindakan disiplin tersebut. Keputusan Kalapas tersebut kemudian di
129
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana , Sinar Grafika, Jakarta , 2012, hal.156.
130
Ibid. Hal 157.
131
Josias Simon dan Thomas Sunaryo, Op.Cit., Hal.84.
Universitas Sumatera Utara
71 sampaikan kepada Unit Pembinaan unutk dicatat dalam buku register.
132
Jika terdapat keadaan yang mendesak, Kepala KPLP dapat melakukan tindakan disiplin
terhadap narapidana yang melakukan pelanggaran dan menempat pada kamar pengasingan.
133
Pengawasan terhadap narapidana yang menjalani tindakan disiplin dilakukan oleh Karupam.
2. Penjatuhan sanksi disiplin bagi narapidana
Untuk penjatuhan sanksi disiplin ini sudah secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013. Pasal 12 Peraturan Menteri Nomor 6
tahun 2013 menerangkan bahwa narapidana yang diduga melakukan pelanggaran wajib diperiksa terlebih dahulu oleh KPLP. Hasil pemeriksaan ini kemudian
dilaporkan kepada Kalapas untuk dijadikan dasar dalam penanganan selanjutnya. Penindakan selanjutnya dilakukan dengan membentuk tim pemeriksa oleh
Kalapas untuk memeriksa hasil pemeriksaan awal. Hasil pemeriksaan yang diperolah tim pemeriksa lalu dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan
dan ditanda tangai oleh narapidana dan tim pemeriksa tetapi sebelum ditanda tangani, narapidana diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu isi berita
acara pemeriksan. Pasal 14 Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 kemudian menegaskan bahwa berita acara pemeriksaan tersebut kemudian harus disampaikan
kepada KaLapas dan Kepala Lapas dalam waktu 2 x 24 jam dua kali 24 jam wajib menyampaikannya kepada anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan untuk
dilakukan sidang. Selanjutnya tim pengamat pemasyarakatan melakukan persidangan terkait pelanggaran yang dilakukan narapidana tersebut.
132
Ibid.
133
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
72 “Sidang itu dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan berjumlah 13
orang, yang terdiri dari ketua sidang, anggota dan notulen. Sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku bahwa anggota Tim
Pengamat Pemasyarakatan merupakan petugas Lapas, Bapas atau pejabat lainnya yang telah ditetapkan melalui SK. Selama pemeriksaan sipelaku
dapat diberikan kesempatan untuk membela dirinya. Sidang pemeriksaan tersebut juga dapat menghadirkan saksi-saksi jika memang diperlukan
untuk memberikan keterangan tambahan. Secara umum persidangan ini mirip dengan persidangan di pengadilan, namun yang menjadi pembeda
adalah bahwa Tim Pengamat Pemasyarakatan ini hanya bertugas sebagai pemeriksa saja, bukan untuk memberikan hukuman kepada narapidana
pelaku pelanggaran. Sidang TPP yang dilaksanakan tersebut dibuatkan BAP.
”
134
Tim Pemangamat Pemasyarakat kemudian membuat putusan dari hasil pemeriksaan sidang sebagi rekomendasi kepada KaLapas untuk bahan
pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi disiplin kepada narapidana pelaku pelanggaran. Atas dasar rekomendasi tersebut, Kalapas selanjutnya menetapkan
keputusan mengenai jenis hukuman disiplin apa yang diberikan terhadap narapidana pelaku pelanggaran. Selanjutnya KPLP melaksanakan hukuman yang
telah ditetapkan oleh Kalapas serta menyampaikan putusan tersebut kepada Unit Pembinaan untuk dilakukan dicatat dalam buku register. Sebelum dijatuhi
hukuman disiplin, narapidana pelaku pelanggaran dapat dijatuhi tindakan disiplin.
135
“Pemberian sanksi kepada narapidana-narapidana yang telah dijatuhi sanksi pidana tidak perlu diberitahukan kepada pihak keluarga. Terhadap
sanksi disiplin yang telah diberikan tidak dapat dilakukan pencabutan. Namun jika bertepatan keluarga datang untuk berkunjung, baru kita
beritahukan. ”
136
134
Kutipan wawancara dengan salah satu anggota TPP Lapas Kelas 1 Tanjung Gusta, Ibu H. Simanjuntak, pada 4 Juli 2015.
135
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Pasal 16 ayat 1.
136
Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, pada 4 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
73 Sanksi yang dijatuhkan kepada nadapidana pelaku pelanggaran adalah
tutupan sunyi dan penundaan atau peniadaan hak-hak narapidana. Khusus untuk penjatuhan sanksi disiplin berupa pencabutan dan peniadaan hak-hak narapidana,
syarat dan ketentuannya telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.Pencabutan hak-hak narapidana dapat dilakukan jika narapidana
melakukan: a.
Mengulangi Tindak Pidana b.
Menimbulkan keresahan dalam masyarakat c.
Melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, atau cuti bersyarat.
Pasal 24 ayat 3 Peraturan Menteri tersebut, menerangkan bahwa pencabutan Asimilasi dapat dilakukan oleh Kepala Lapas atau kepala Rutan. Selanjutnya
pada ayat 4 menerangkan bahwa pencabutan pembebasan bersyarat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas usul kepala BAPAS melalui kantor
wilayah Departemen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat. Pencabutan Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat dilakukan oleh Kepala
Kantor Kementerian Hukum dan HAM setempat atas usul kepala Bapas. Pasal 29 kemudian menerangkan bahwa setiap petugas Lapas dan Rutan yang melakukan
penyimpangan atau tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
Universitas Sumatera Utara
74 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
137
Harus diketahui bahwa pemberian tindakan disiplin dan sanksi disiplin wajib memperlakukan Warga
Binaan Pemasyarakatan secara adil dan tidak bertindak sewenang-wenang dan mendasari tindakannya pada peraturan tata tertib Lapas yang ada. Berikut
merupakan contoh sanksi yang dijatuhkan kepada narapidana pelaku pelanggaran
Tabel.3 Narapidana yang pernah terkena sanksi disiplin di Lapas Tanjung Gusta
No Nama
Pelanggaran sanksi
Pelaksanaan sanksi
1 M. Salman
Bin Renfilmar Diduga memiliki,
menyimpan narkotika jenis
sabu 1.
Peniadaan Remisi Khusus
2014 2.
Tutupan sunyi selama 6 hari
2382014 sampai
dengan 2982014
2 Andiyiono
Diduga melakukan Judi
Bola Online 1.
Tutupan Sunyi selama 12 hari
10012-15 sampai
dengan 220120115
3 Ayoh G.
Berselisih paham bertengkar
1. Tutupan sunyi
selama 12 hari 4
Gunawan Sitepu
Diduga memiliki, menyimpan
narkotika jenis sabu
1. Peniadaan remisi
khusus 2014 2.
Tutupan sunyi selama 6 hari
23082014 sampai
dengan 29082014
5 Suwanto
Berselisih paham bertengkar
1. Diberikan
kegiatan moralitas
2. Kerja bakti sosial
2332015
6 Edison
Togatorop Berselisih
pahambertengkar 1.
Diberikan kegiatan
Moralitas 2.
Kerja bakti sosial 23032015
7 Adek Irnanda
Berselisih pahambertengkar
1. Tutupan sunyi
selama 12 hari 20012015
sampai dengan
01022015
8 Uzay Lebay
Berselisih pahambertengkar
1. Tutupan sunyi
selama 12 hari 20012015
sampai dengan
01022015
137
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat dalam Pasal 29.
Universitas Sumatera Utara
75
9 Dedek Irawan
Berselisih pahambertengkar
1. Tutupan sunyi
selama 12 hari 19012015
sampai dengan
31012015
10 Sanipan
Diduga sedang menggunakan
narkotika jenis sabu
1. Tutupan sunyi
selama 29 hari 2.
Peniadaan remisi Khusus
02022015 sampai
dengan 02032015
11 Bahrun Nazar
Berselisih paham 1.
Tutupan sunyi selama 12 hari
12022015 sampai
dengan 24022015
12 Efendi Pohan
Berselisih paham 1. Tutupan sunyi
selama 12 hari 12022015
sampai dengan
24022015
13 Deni Haryadi
Berselisih paham 1.
Tutupan Sunyi selama 12 Hari
14022015 sampai
dengan 26022015
14 Willy
Berselisih paham 1.
Tutupan sunyi selama 12 hari
14022015 sampai
dengan 26022015
15 Budiansyah
Putra Berselisih paham 1.
Tutupan Sunyi selama 12 hari
23022015 sampai
dengan 07032015
Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1Tanjung Gusta Medan, Tahun 2015
Pencabutan hak-hak narapidana tersebut dapat mempengaruhi pemberian hak-haknya sebagai narapidana dikemudian hari. Bagi narapidana yang dicabut
asimilasinya untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan
Cuti Mengunjungi Keluarga dan untuk pencabutan kedua kali yang bersangkutan tidak diberikan hak Asmilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau
Cuti Bersyarat.
138
Bagi Narapidana yang dicabut Pembebasan Bersyaratnya Untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi,
138
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan, Pasal 39.
Universitas Sumatera Utara
76 untuk pencabutan kedua kalinya tidak dapat diberikan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat selama menjalani sisa masa pidananya.
139
Bagi Narapidana yang dicabut cuti menjelang bebasnya, selama menjalani bimbingan BAPAS diluar Lapas ataupun RUTAN dihitung sebagai
menjalani masa pidananya dan selama menjalani masa pidananya tidak dapar diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Atau Cuti Menjelang
Bebas.
140
Bagi Narapidana yang dicabut Cuti bersyaratnya, selama menjalani masa pidana diluar Lapas atau Rutan tidak dihitung sebagai menjalani masa
pidana.
141
Hukuman narapidana pelaku pelaku pelanggaran tersebut lalu ditulis dalam buku register dan ditanda tangani oleh kepala Lapas. Untuk narapidana
yang melakukan suatu pelanggaran dimana pelanggaran tersebut merupakan suatu tindak pidana, maka kasusnya akan diserahkan kepada pihak kepolisian.
3. Penjatuhan Sanksi Pidana.
Ketika seseorang disangka melakukan suatu tindak pidana, maka ia akan masuk kedalam sistem peradilan pidana untuk menjalani proses pemeriksaan guna
memastikan sejumlah pertanyaan terjawab yang meliputi apakah orang ini melakukan perbuatan yang disangkakan padanya dan apakah ia dapat diminta
pertanggungjawaban pidana atas perbuatan tersebut.
142
Ini juga berlaku pada
139
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas dan Cuti Bersyarat, Pasal 26 ayat 2.
140
Ibid, Pasal 26 ayat 4.
141
Ibid, Pasal 26 ayat 5.
142
Eva Achajani dan Indrianto Seno Adji, Op.Cit.,hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
77 narapidana yang menjalani pembinaan dan kemudian melakukan perbuatan
pidana. Untuk kepentingan penyidikan, narapidana dapat dipindahkan ke Rutan
untuk dilakukan penahanan. Sebab sesuai dengan Pasal 21 ayat 1 KUHAP menentukan bahwa seseorang tersangka dapat ditahan bila terdapat keadaan yang
menimbulkan kekhawatiran bahwa ia akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau menghilangkan barang bukti.
143
Bila proses penyidikan dianggap cukup, maka kewenangan beralih kepada penuntut umum. Proses penuntutan
adalah proses pelimpahan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang berdasarkan KUHAP dengan tujuan supaya perkara tersebut dapat diperiksa dan
diputus oleh hakim disidang pengadilan.
144
Penahanan narapidana juga dapat dilakukan pada tingkat penyidikan bahkan pada proses persidangan. Apabila masa
penahanan telah habis, maka narapidana pelaku tindak pidana tersebut harus dikembalikan kedalam Rutan. Meskipun statusnya sebagai narapidana, namun
ketikan dia disangka melakukan pelanggaran ketika menjalani pembinaan, asas- asas hukum pidana tetap berlaku terhadap narapidana tersebut. Salah satu asas
yang tidak dapat dilepaskan adalah asas praduga tak bersalah presumptiont of innocence. Asas praduga tak bersalah presumptiont of inncence, yang pada
dasarnya ingin mensyaratkan bahwa seorang terdakwa harus dianggap tidak bersalah, yaitu sebelum kesalahannya dinyatakan telah terbukti oleh pengadilan
143
Ibid.
144
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
78 dan putusan pengadilan telah berkekuatan hukum yang tetap atau mempunyai
suatu inkracht van gewijsde.
145
Salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh narapidana adalah kepemilikan barang yang dilarang digunakan didalam Lapas.
Untuk pelanggaran berupa tindak pidana yang paling sering terjadi di Lapas ini adalah kepemilikan narkotika, dan penganiayaan. Berdasarkan data yang
tertera dalam buku register Lapas Tanjung Gusta, dalam jangka waktu dari bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2015, terdapat 9 kasus yang diduga sebagai
kepemilikan narkotika jenis sabu. Untuk barang-barang hasil penggeledahan tersebut, kemudian ditindak
lanjuti dengan penyitaan oleh petugas Lapas. Untuk pengaturan barang-barang sitaan dari narapidana tersebut, tidak ada pengaturannya secara jelas didalam
KUHP maupun pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Tindak Lanjut barang-barang sitaan ini, baru diatur dengan dikeluarkannya Surat Edaran
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-30.PK.01.04.01 Tahun 2013 Tentang Tindak Lanjut Hasil Penggeledahan Barang-Barang Terlarang Di Lapas,
Rutan dan Cabang Rutan. Isi dari surat edaran tersebut adalah menginstruksikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Terhadap barang-barang terlarang hasil penggeledahan dilakukan
pendataan yang dituangan kedalam Berita Acara Hasil Penggeledahan dan dilakukan pemetaan terkait kepemilikan dan indikasi pegawai yang
terlibat terhadap adanya barang terlarang.
2. Temuan hasil penggeledahan berupa handphone dan simcard,
selanjutnya diserahkan
kepada Badan
Narkotika Nasional
BNNKepolisian dengan berita acara penyerahan barang bukti, dan
145
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Dan Yurisprudensi, Sinar Grafikasi, Jakarta, 2010, hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
79 barang terlarang lainnya disita petugas untuk dilakukan pengembangan
lebih lanjut sebelum dimusnahkan. 3.
Temuan hasil penggeledahan berupa narkoba, sebelum diserahkan kepada BNNKepolisian agar terlebih dahulu ditimbangdihitung serta
dipastikan jenisnyadengan tester narkoba disaksikan oleh pihak BNNKepolisian.
4. Terhadap narapidanatahanan yang diindikasikan memiliki atau terlibat
dalam kepemilikan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP dan jika terbukti
dapat dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5. Terhadap pegawai yang diindikasikan terlibat dalam kepemilkan
danatau penggunaan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP dan jika terbukti
selanjutnya diusulkan untuk dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
6. Membuat laporan hasil kegiatan dan tindak lanjut hasil penggeledahan
kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Poin kelima dalam surat tersebut, merupakan instruksi dan juga dasar
bertindak bagi petugas Lapas untuk melibatkan aparat yang terkait untuk memberikan sanksi bari narapidana yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan
barang yang dilarang dalam Lapas. Sanksi juga diberikan kepada petugas Lapas yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan barang terlarang tersebut..
Narapidana pelaku pelanggaran yang merupakan tindak pidana dan telah divonis oleh pengadilan negeri akan tetap berada didalam Lapas. Ketika masa
hukuman yang lama telah habis, maka hukuman dilanjutkan dengan masa hukuman yang baru.
“Untuk pembinaan yang baru tersebut, hak-hak narapidana yang telah ditiadakan oleh karena perbuatan tindak pidana yang lalu akan dipulihkan
kembali, sehingga narapidana tersebut yang dipidana dapat kembali menjalankan pembinaan dengan hak yang penuh sama seperti ketika
masuk pada pertama kali. ”
146
146
Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
80 Narapidana yang telah mendapat vonis yang berkekuatan hukum dan tetap
oleh pengadilan, maka pembinaannya akan dilanjutkan setelah pembinaan yang lama berakhir. Pembinaan lama dan baru dijalankan langsung, tanpa ada jeda
waktu.
Universitas Sumatera Utara
81
BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP NARAPIDANA YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA SELAMA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN.
A. Upaya Penanggulangan Penal