Jenis Sanksi Yang Diberikan Terhadap Narapidana Yang Melakukan Tindak Pidana

65 Pasal 34B selanjutnya menentukan bahwa remisi sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 34A diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri atau pimpinan lembaga terkait. Jika dibandingkan dengan pemberian remisi sebelumnya, pemberian remisi sekarang dapat menunda diberikannya remisi kepada narapida tertentu untuk cukup waktu yang lama. Peraturan pemberian remisi menurut PP Nomor 28 Tahun 2006 menentukan bahwa pemberian remisi hanya menentukan bahwa narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional yang terorganisir lainnya dapat diberikan apabila berkelakuan baik dan telah menjalani 13 satu per tiga masa pidana. Dapat dilihat aspek psikologis dibalik perilaku-perilaku negatif tadi berbeda-beda. 116 Untuk mengerti, mengontrol dan mengendalikan narapidana, kita harus mengerti cara memotivasi dan cara beripikir mereka, bagaimana setiap narapidana secara unik menghadapi kehidupan masing-masing. 117 Pelanggaran yang kerap kali terjadi mengindikasikan bahwa narapidan belum mengetahui apa esensi dari pembinan itu sendiri.

B. Jenis Sanksi Yang Diberikan Terhadap Narapidana Yang Melakukan Tindak Pidana

Bagian penting dalam pemidanaan adalah menetapkan suatu sanksi. 118 Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan 116 Ibid. 117 Ibid. 118 Teguh Prasetya, Op.Cit. hal78. Universitas Sumatera Utara 66 berlakunya norma. 119 Secara umum, sanksi dalam hukum pidana dapat dibagi menjadi sanksi pidana dan sanksi tindakan. 120 Sanksi pidana bertujaun memberi penderitaan istimewa bijzonderlead kepada pelanggar supaya ia merasakan akibat perbuatannya. 121 Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan sipelaku. Sedangkan sanksi tindakan tujuannya lebih bersifat mendidik. 122 Jika ditinjau dari sudut teori-teori pemidanaan, maka sanksi tindakan berupa sanksi yang tidak membalas. 123 Segala jenis hukuman selain hukuman mati dan hukuman seumur hidup, bertujuan agar narapidana yang melanggar hukum menyadari kekeliruannya, dan insyaf tidak akan lagi mengulangi perilaku melanggar hukum itu. 124 Keberagaman jenis dan bentuk sanksi, khususnya yang berupa tindakan treatment memang lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan kriminalitas yang semakin meningkat, canggih, dan berdimensi baru new dimention of criminality. 125 Sanksi yang dapat diberikan untuk narapidana pelaku pelanggaran terbagi atas dua, yaitu sanksi disiplin dan sanksi pidana: 1. Sanksi disiplin Sanksi disiplin merupakan sanksi yang diberikan oleh petugas Lapas. Kepala Lapas bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di Lapas yang 119 Ibid. 120 Ibid. Hal. 85. 121 Ibid, hal. 86. 122 Ultrech, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1987, hal.360. 123 Teguh Prasetya, Op.Cit, hal. 81. 124 David J Cooke dkk, Op.Cit., hal 1 125 Ibid, Hal. 81. Universitas Sumatera Utara 67 dipimpinnya. Pasal 47 Undang-Undang Pemasyarakatan menerangkan bahwa kepala Lapas dapat memberikan tindakan disiplin atau menjatuhkan disiplin terhadapa warga binaan pemasyarakatan. Selanjutnya pada ayat 2 pasal tersebut menyebutkan bahwa jenis hukuman disiplin yang diberikan kepala Lapas dapat berupa: a. Tutupan sunyi paling lama 6 6enam hari bagi narapidana atau anak pidana; b. Menunda atau meniadakan hak tertentu untuk jangka tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prosedur tindakan disiplin mengatur penempatan sementara narapidana pada kamar terasing atau sel pengasingan berdasarkan bukti permulaan yang patut diduga sebagai suatu pelanggaran atau gangguan keamanan dan ketertiban, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan. 126 Perintah tindakan disiplin yang diberikan kepala Lapas paling lama 10 hari, dapat diperpanjang sampai 30 hari. Prosedur ini terkait dengan tugas 4 bagianunit yaitu Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP, Kepala Lapas, Unit Pembinaan dan Karupam. 127 Pemnjatuhan tindakan disiplin ini tidak memerlukan sidang dari Tim Pengamat Pemasyarakatan. Hukuman disiplin adalah hukuman yang diberikan kepada narapidana yang melakukan perbuatan melanggar tata tertib Lapas. Prosedur tetap hukuman disiplin menguraikan bahwa hukuman disiplin dapat berupa tutupan sunyi paling lama 6 hari, dan menunda atau meniadakan hak-hak tertentu narapidana. 126 Josias Simon dan Thomas Sunaryo, Op.Cit., Hal.84. 127 Ibid. Universitas Sumatera Utara 68 Pengaturan tentang hukuman disiplin diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara selanjutnya disebut Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013, dalam Peraturan Menteri tersebut, hukuman Disiplin dibagi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; atau c. Hukuman disiplin berat. Pasal 9 Peraturan Menteri tersebut menerangkan bahwa hukuman disiplin ringan meliputi pemberian peringatan secara lisan dan peringatan secara tertulis kepada narapidana pelaku pelanggaran. Hukuman ini diberikan jika pelanggaran yangdilakukan masih dapat ditoleransi. Hukuman disiplin sedang meliputi memasukkan narapidana kedalam sel pengasingan selama 6 enam hari dan melakukan penundaan atau peniadaan hak narapidana selama kurun waktu tertentu. Hukuman disiplin berat meliputi memasukkan kedalam sel pegasingan selama 6 enam hari dan dapat di diperpanjang selama 2 dua kali 6 enam hari dan tidak mendapatkan hak remisi, cuti mengunjungi keluarga, cuti bersyarat, asimilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat dalam tahun berjalan. “Pemberian sanksi tata tertib administrasidisiplin diberikan dalam hal narapidana tersebut telah terbukti melakukan pelanggaran administrasi sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Sanksi disiplin dalam pelanggaran tata tertib administrasi tersebut antara lain: a. Pemberian pendidikan moral; b. Kerja bakti sosial; c. Tutupan sunyi pengasingan;dan d. Peniadaan hak-hak narapidana Universitas Sumatera Utara 69 Untuk pelanggaran yang ringan, cukup dengan diberikan peringatan dan disertai dengan tindakan mengikuti pendidikan moral atau kerja bakti sosial. Hukuman pendidikan moral atau kerja bakti sosial dilakukan didalam lingkungan Lapas ” 2. Sanksi Pidana Pemberian sanksi pidana kepada narapidana pelaku pelanggaran selama menjalani pembinaan dilakukan berdasarkan prosedur yang ada. Sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 Pasal 17, narapidana yang melakukan pelanggaran berupa tindak pidana diserahkan kepada pihak atau lemabaga yang berwenang “Untuk perbuatan yang diduga sebagai suatu tindak pidana akan kita serahkan kepada pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang tersebut yaitu pihak kepolisian atau BNN. Dugaan tindak pidana itu kita laporkan, dan kemudian selanjutnya diserahkan kepada pihak kepolisian. Untuk kepentingan kasus tersebut, pihak Lapas bersifat kooperatif dan bersedia dipanggil jika dibutuhkan kepolisian ” 128 Sanksi yang diberikan kepada narapidana tersebut ditetapkan melalui persidangan di pengadilan negeri. Narapidana juga dapat dipindahkan ke Rutan untuk dilakukan penahanan sebagai upaya mengembangan kasus tersebut. C. Penjatuhan Sanksi Bagi Narapidana Yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Masa Hukuman. Penjatuhan sanksi merupakan langkah yang diambil setalah ditemukannya hal yang dianggap melanggar. Setiap pemberian sanksi kepada pelaku tindak pidana pada dasarnya harus memiliki prosedur yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk pemidanaan masih perlu ada syarat untuk penjatuhan pidana, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu 128 Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 70 mempunyai kesalahan atau bersalah. 129 Para ahli hukum pidana mengartikan kesalahan secara beragam, tetapi secara umum, pengertian yang dikemukakan mengarah pada dua macam, yaitu kesalahan psikologis, dan kesalahan normatif. 130 Hal yang sama juga dilakukan pada narapidana yang melakukan pelanggaran. Seorang narapidana harus dibuktikan pelanggaran apa yang dilakukannya. Pemberian tindakan disiplin atau sanksi disiplin dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. 1. Penjatuhan tindakan disiplin Prosedur pemberian tindakan disiplin dilakukan dengan membuat laporan kepada Kepala Lapas tentang adanya narapidana yang akan diberikan tindakan disiplin oleh Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP. Laporan tersebut kemudian diterima dan dipelajari oleh Kalapas dan pabila bila dipandang perlu, Kepala KPLP dapat mengajukan usulan kepada Kalapas untuk dilakukan tindakan disiplin sebagai langkah pengamanan dan kepentingan proses pemeriksaan bagi narapidana yang telah melakukan pelanggaran keamanan dan ketertiban dan berdasarkan pertimbangan keamanan dan ketertiban tersebut, penempatan narapidana yang bersangkutan dapat dipisahkan dengan narapidana yang lain. 131 Kalapas kemudian memutuskan perlu tidaknya dilakukan tindakan disiplin. Apabila Kalapas setuju, maka Kalapas kemudian memerintahkan Kepala KPLP untuk melakukan tindakan disiplin dan menerima laporan tentag pelaksanaan tindakan disiplin tersebut. Keputusan Kalapas tersebut kemudian di 129 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana , Sinar Grafika, Jakarta , 2012, hal.156. 130 Ibid. Hal 157. 131 Josias Simon dan Thomas Sunaryo, Op.Cit., Hal.84. Universitas Sumatera Utara 71 sampaikan kepada Unit Pembinaan unutk dicatat dalam buku register. 132 Jika terdapat keadaan yang mendesak, Kepala KPLP dapat melakukan tindakan disiplin terhadap narapidana yang melakukan pelanggaran dan menempat pada kamar pengasingan. 133 Pengawasan terhadap narapidana yang menjalani tindakan disiplin dilakukan oleh Karupam. 2. Penjatuhan sanksi disiplin bagi narapidana Untuk penjatuhan sanksi disiplin ini sudah secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013. Pasal 12 Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 menerangkan bahwa narapidana yang diduga melakukan pelanggaran wajib diperiksa terlebih dahulu oleh KPLP. Hasil pemeriksaan ini kemudian dilaporkan kepada Kalapas untuk dijadikan dasar dalam penanganan selanjutnya. Penindakan selanjutnya dilakukan dengan membentuk tim pemeriksa oleh Kalapas untuk memeriksa hasil pemeriksaan awal. Hasil pemeriksaan yang diperolah tim pemeriksa lalu dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan dan ditanda tangai oleh narapidana dan tim pemeriksa tetapi sebelum ditanda tangani, narapidana diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu isi berita acara pemeriksan. Pasal 14 Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 kemudian menegaskan bahwa berita acara pemeriksaan tersebut kemudian harus disampaikan kepada KaLapas dan Kepala Lapas dalam waktu 2 x 24 jam dua kali 24 jam wajib menyampaikannya kepada anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan untuk dilakukan sidang. Selanjutnya tim pengamat pemasyarakatan melakukan persidangan terkait pelanggaran yang dilakukan narapidana tersebut. 132 Ibid. 133 Ibid. Universitas Sumatera Utara 72 “Sidang itu dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan berjumlah 13 orang, yang terdiri dari ketua sidang, anggota dan notulen. Sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku bahwa anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan merupakan petugas Lapas, Bapas atau pejabat lainnya yang telah ditetapkan melalui SK. Selama pemeriksaan sipelaku dapat diberikan kesempatan untuk membela dirinya. Sidang pemeriksaan tersebut juga dapat menghadirkan saksi-saksi jika memang diperlukan untuk memberikan keterangan tambahan. Secara umum persidangan ini mirip dengan persidangan di pengadilan, namun yang menjadi pembeda adalah bahwa Tim Pengamat Pemasyarakatan ini hanya bertugas sebagai pemeriksa saja, bukan untuk memberikan hukuman kepada narapidana pelaku pelanggaran. Sidang TPP yang dilaksanakan tersebut dibuatkan BAP. ” 134 Tim Pemangamat Pemasyarakat kemudian membuat putusan dari hasil pemeriksaan sidang sebagi rekomendasi kepada KaLapas untuk bahan pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi disiplin kepada narapidana pelaku pelanggaran. Atas dasar rekomendasi tersebut, Kalapas selanjutnya menetapkan keputusan mengenai jenis hukuman disiplin apa yang diberikan terhadap narapidana pelaku pelanggaran. Selanjutnya KPLP melaksanakan hukuman yang telah ditetapkan oleh Kalapas serta menyampaikan putusan tersebut kepada Unit Pembinaan untuk dilakukan dicatat dalam buku register. Sebelum dijatuhi hukuman disiplin, narapidana pelaku pelanggaran dapat dijatuhi tindakan disiplin. 135 “Pemberian sanksi kepada narapidana-narapidana yang telah dijatuhi sanksi pidana tidak perlu diberitahukan kepada pihak keluarga. Terhadap sanksi disiplin yang telah diberikan tidak dapat dilakukan pencabutan. Namun jika bertepatan keluarga datang untuk berkunjung, baru kita beritahukan. ” 136 134 Kutipan wawancara dengan salah satu anggota TPP Lapas Kelas 1 Tanjung Gusta, Ibu H. Simanjuntak, pada 4 Juli 2015. 135 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Pasal 16 ayat 1. 136 Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, pada 4 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 73 Sanksi yang dijatuhkan kepada nadapidana pelaku pelanggaran adalah tutupan sunyi dan penundaan atau peniadaan hak-hak narapidana. Khusus untuk penjatuhan sanksi disiplin berupa pencabutan dan peniadaan hak-hak narapidana, syarat dan ketentuannya telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.Pencabutan hak-hak narapidana dapat dilakukan jika narapidana melakukan: a. Mengulangi Tindak Pidana b. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat c. Melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, atau cuti bersyarat. Pasal 24 ayat 3 Peraturan Menteri tersebut, menerangkan bahwa pencabutan Asimilasi dapat dilakukan oleh Kepala Lapas atau kepala Rutan. Selanjutnya pada ayat 4 menerangkan bahwa pencabutan pembebasan bersyarat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas usul kepala BAPAS melalui kantor wilayah Departemen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat. Pencabutan Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat dilakukan oleh Kepala Kantor Kementerian Hukum dan HAM setempat atas usul kepala Bapas. Pasal 29 kemudian menerangkan bahwa setiap petugas Lapas dan Rutan yang melakukan penyimpangan atau tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun Universitas Sumatera Utara 74 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 137 Harus diketahui bahwa pemberian tindakan disiplin dan sanksi disiplin wajib memperlakukan Warga Binaan Pemasyarakatan secara adil dan tidak bertindak sewenang-wenang dan mendasari tindakannya pada peraturan tata tertib Lapas yang ada. Berikut merupakan contoh sanksi yang dijatuhkan kepada narapidana pelaku pelanggaran Tabel.3 Narapidana yang pernah terkena sanksi disiplin di Lapas Tanjung Gusta No Nama Pelanggaran sanksi Pelaksanaan sanksi 1 M. Salman Bin Renfilmar Diduga memiliki, menyimpan narkotika jenis sabu 1. Peniadaan Remisi Khusus 2014 2. Tutupan sunyi selama 6 hari 2382014 sampai dengan 2982014 2 Andiyiono Diduga melakukan Judi Bola Online 1. Tutupan Sunyi selama 12 hari 10012-15 sampai dengan 220120115 3 Ayoh G. Berselisih paham bertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 4 Gunawan Sitepu Diduga memiliki, menyimpan narkotika jenis sabu 1. Peniadaan remisi khusus 2014 2. Tutupan sunyi selama 6 hari 23082014 sampai dengan 29082014 5 Suwanto Berselisih paham bertengkar 1. Diberikan kegiatan moralitas 2. Kerja bakti sosial 2332015 6 Edison Togatorop Berselisih pahambertengkar 1. Diberikan kegiatan Moralitas 2. Kerja bakti sosial 23032015 7 Adek Irnanda Berselisih pahambertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 20012015 sampai dengan 01022015 8 Uzay Lebay Berselisih pahambertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 20012015 sampai dengan 01022015 137 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat dalam Pasal 29. Universitas Sumatera Utara 75 9 Dedek Irawan Berselisih pahambertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 19012015 sampai dengan 31012015 10 Sanipan Diduga sedang menggunakan narkotika jenis sabu 1. Tutupan sunyi selama 29 hari 2. Peniadaan remisi Khusus 02022015 sampai dengan 02032015 11 Bahrun Nazar Berselisih paham 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 12022015 sampai dengan 24022015 12 Efendi Pohan Berselisih paham 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 12022015 sampai dengan 24022015 13 Deni Haryadi Berselisih paham 1. Tutupan Sunyi selama 12 Hari 14022015 sampai dengan 26022015 14 Willy Berselisih paham 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 14022015 sampai dengan 26022015 15 Budiansyah Putra Berselisih paham 1. Tutupan Sunyi selama 12 hari 23022015 sampai dengan 07032015 Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1Tanjung Gusta Medan, Tahun 2015 Pencabutan hak-hak narapidana tersebut dapat mempengaruhi pemberian hak-haknya sebagai narapidana dikemudian hari. Bagi narapidana yang dicabut asimilasinya untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Mengunjungi Keluarga dan untuk pencabutan kedua kali yang bersangkutan tidak diberikan hak Asmilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat. 138 Bagi Narapidana yang dicabut Pembebasan Bersyaratnya Untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, 138 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 39. Universitas Sumatera Utara 76 untuk pencabutan kedua kalinya tidak dapat diberikan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat selama menjalani sisa masa pidananya. 139 Bagi Narapidana yang dicabut cuti menjelang bebasnya, selama menjalani bimbingan BAPAS diluar Lapas ataupun RUTAN dihitung sebagai menjalani masa pidananya dan selama menjalani masa pidananya tidak dapar diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Atau Cuti Menjelang Bebas. 140 Bagi Narapidana yang dicabut Cuti bersyaratnya, selama menjalani masa pidana diluar Lapas atau Rutan tidak dihitung sebagai menjalani masa pidana. 141 Hukuman narapidana pelaku pelaku pelanggaran tersebut lalu ditulis dalam buku register dan ditanda tangani oleh kepala Lapas. Untuk narapidana yang melakukan suatu pelanggaran dimana pelanggaran tersebut merupakan suatu tindak pidana, maka kasusnya akan diserahkan kepada pihak kepolisian. 3. Penjatuhan Sanksi Pidana. Ketika seseorang disangka melakukan suatu tindak pidana, maka ia akan masuk kedalam sistem peradilan pidana untuk menjalani proses pemeriksaan guna memastikan sejumlah pertanyaan terjawab yang meliputi apakah orang ini melakukan perbuatan yang disangkakan padanya dan apakah ia dapat diminta pertanggungjawaban pidana atas perbuatan tersebut. 142 Ini juga berlaku pada 139 Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, Pasal 26 ayat 2. 140 Ibid, Pasal 26 ayat 4. 141 Ibid, Pasal 26 ayat 5. 142 Eva Achajani dan Indrianto Seno Adji, Op.Cit.,hal. 21. Universitas Sumatera Utara 77 narapidana yang menjalani pembinaan dan kemudian melakukan perbuatan pidana. Untuk kepentingan penyidikan, narapidana dapat dipindahkan ke Rutan untuk dilakukan penahanan. Sebab sesuai dengan Pasal 21 ayat 1 KUHAP menentukan bahwa seseorang tersangka dapat ditahan bila terdapat keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa ia akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau menghilangkan barang bukti. 143 Bila proses penyidikan dianggap cukup, maka kewenangan beralih kepada penuntut umum. Proses penuntutan adalah proses pelimpahan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang berdasarkan KUHAP dengan tujuan supaya perkara tersebut dapat diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan. 144 Penahanan narapidana juga dapat dilakukan pada tingkat penyidikan bahkan pada proses persidangan. Apabila masa penahanan telah habis, maka narapidana pelaku tindak pidana tersebut harus dikembalikan kedalam Rutan. Meskipun statusnya sebagai narapidana, namun ketikan dia disangka melakukan pelanggaran ketika menjalani pembinaan, asas- asas hukum pidana tetap berlaku terhadap narapidana tersebut. Salah satu asas yang tidak dapat dilepaskan adalah asas praduga tak bersalah presumptiont of innocence. Asas praduga tak bersalah presumptiont of inncence, yang pada dasarnya ingin mensyaratkan bahwa seorang terdakwa harus dianggap tidak bersalah, yaitu sebelum kesalahannya dinyatakan telah terbukti oleh pengadilan 143 Ibid. 144 Ibid. Universitas Sumatera Utara 78 dan putusan pengadilan telah berkekuatan hukum yang tetap atau mempunyai suatu inkracht van gewijsde. 145 Salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh narapidana adalah kepemilikan barang yang dilarang digunakan didalam Lapas. Untuk pelanggaran berupa tindak pidana yang paling sering terjadi di Lapas ini adalah kepemilikan narkotika, dan penganiayaan. Berdasarkan data yang tertera dalam buku register Lapas Tanjung Gusta, dalam jangka waktu dari bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2015, terdapat 9 kasus yang diduga sebagai kepemilikan narkotika jenis sabu. Untuk barang-barang hasil penggeledahan tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan penyitaan oleh petugas Lapas. Untuk pengaturan barang-barang sitaan dari narapidana tersebut, tidak ada pengaturannya secara jelas didalam KUHP maupun pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Tindak Lanjut barang-barang sitaan ini, baru diatur dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-30.PK.01.04.01 Tahun 2013 Tentang Tindak Lanjut Hasil Penggeledahan Barang-Barang Terlarang Di Lapas, Rutan dan Cabang Rutan. Isi dari surat edaran tersebut adalah menginstruksikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Terhadap barang-barang terlarang hasil penggeledahan dilakukan pendataan yang dituangan kedalam Berita Acara Hasil Penggeledahan dan dilakukan pemetaan terkait kepemilikan dan indikasi pegawai yang terlibat terhadap adanya barang terlarang. 2. Temuan hasil penggeledahan berupa handphone dan simcard, selanjutnya diserahkan kepada Badan Narkotika Nasional BNNKepolisian dengan berita acara penyerahan barang bukti, dan 145 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Dan Yurisprudensi, Sinar Grafikasi, Jakarta, 2010, hal. 31. Universitas Sumatera Utara 79 barang terlarang lainnya disita petugas untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut sebelum dimusnahkan. 3. Temuan hasil penggeledahan berupa narkoba, sebelum diserahkan kepada BNNKepolisian agar terlebih dahulu ditimbangdihitung serta dipastikan jenisnyadengan tester narkoba disaksikan oleh pihak BNNKepolisian. 4. Terhadap narapidanatahanan yang diindikasikan memiliki atau terlibat dalam kepemilikan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP dan jika terbukti dapat dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 5. Terhadap pegawai yang diindikasikan terlibat dalam kepemilkan danatau penggunaan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP dan jika terbukti selanjutnya diusulkan untuk dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan hukum yang berlaku. 6. Membuat laporan hasil kegiatan dan tindak lanjut hasil penggeledahan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Poin kelima dalam surat tersebut, merupakan instruksi dan juga dasar bertindak bagi petugas Lapas untuk melibatkan aparat yang terkait untuk memberikan sanksi bari narapidana yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan barang yang dilarang dalam Lapas. Sanksi juga diberikan kepada petugas Lapas yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan barang terlarang tersebut.. Narapidana pelaku pelanggaran yang merupakan tindak pidana dan telah divonis oleh pengadilan negeri akan tetap berada didalam Lapas. Ketika masa hukuman yang lama telah habis, maka hukuman dilanjutkan dengan masa hukuman yang baru. “Untuk pembinaan yang baru tersebut, hak-hak narapidana yang telah ditiadakan oleh karena perbuatan tindak pidana yang lalu akan dipulihkan kembali, sehingga narapidana tersebut yang dipidana dapat kembali menjalankan pembinaan dengan hak yang penuh sama seperti ketika masuk pada pertama kali. ” 146 146 Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 80 Narapidana yang telah mendapat vonis yang berkekuatan hukum dan tetap oleh pengadilan, maka pembinaannya akan dilanjutkan setelah pembinaan yang lama berakhir. Pembinaan lama dan baru dijalankan langsung, tanpa ada jeda waktu. Universitas Sumatera Utara 81 BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP NARAPIDANA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA SELAMA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN.

A. Upaya Penanggulangan Penal

Dokumen yang terkait

Harga Diri Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tanjung Gusta Medan

26 227 125

Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan ( Studi Deskriptif : Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan)

0 56 127

Respon Narapidana Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas-II A Anak Tanjung Gusta Medan

5 76 122

Respon Narapidana Wanita Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan.

4 52 144

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007)

1 65 128

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Sistem Pembinaan Anak Pidana Dllembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Anak Tanjung Gusta Medan

0 18 130

Penjatuhan Sanksi Terhadap Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Pembinaan Menurut Hukum Pidana di Indonesia (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penjatuhan Sanksi Terhadap Narapidana yang Melakukan Tindak Pidana Selama Menjalani Pembinaan Menurut Hukum Pidana di Indonesia (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 0 25

PENJATUHAN SANKSI TERHADAP NARAPIDANA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA SELAMA MENJALANI PEMBINAAN MENURUT HUKUM PIDANA DI INDONESIA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan) SKRIPSI

0 0 11