Simple score S index

35

2.3 Diagnosis Non – endoskopi varises esofagus

Pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis varises esofagus adalah dengan menggunakan endoskopi. Namun pemeriksaan endoskopi secara periodik dan berkala sangatlah mahal dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang dapat timbul seperti perdarahan maupun perforasi. Di samping itu tidak semua pusat pemberi pelayanan kesehatan terutama di daerah yang memiliki fasilitas endoskopi serta adanya keterbatasan kompetensi dari seorang dokter untuk melakukan pemeriksaan endoskopi, sehingga dibutuhkan pemeriksaan marker non – invasif yang berhubungan dengan hipertensi portal, yang dapat mengidentifikasi adanya varises esofagus pada penderita sirosis hati. Berdasarkan konsep bahwa perkembangan hipertensi portal akibat dari fibrosis hati yang merupakan faktor kontribusi penting terhadap peningkatan resistensi hepatik, marker serum non – invasif dari fibrosis hati telah diuji sebagai prediktor varises esofagus pada pasien sirosis dengan hasil yang menjanjikan. Beberapa tes yang sebelumnya divalidasi sebagai prediktor fibrosis hati seperti : APRI, Fib – 4, Forns index, dan Lok score dapat digunakan untuk memprediksi adanya varises esofagus. 46,47 Pada salah satu studi dilakukan prediksi fibrosis hati dengan menggunakan Simpler score S index dan dibandingkan dengan marker serum non – invasif lainnya, ternyata didapati hasil bahwa Simpler score S index memiliki korelasi yang lebih tinggi terhadap fibrosis hati dibandingkan dengan marker non – invasif lainnya. 48 Hal ini yang juga mungkin mendasari penggunaan Simpler score S index dalam memprediksi ada tidaknya serta ukuran varises esofagus pada pasien sirosis hati.

2.3.1 Simple score S index

Simple score S index merupakan petanda fibrosis hati noninvasif, pertama kali dikemukakan oleh Kun Zhou, dkk, sebagai tes laboratorium rutin dalm memprediksi fibrosis hati pada pasien dengan hepatitis B kronik. Simple score S index menggunakan variabel GGT Gamma-Glutamyl Transferase, albumin, dan jumlah trombosit platelet. 48 Universitas Sumatera Utara 36 Rumus untuk menghitung skor adalah: 48 Unit dalam formula: GGT, IUL; PLT, 10 9 L; ALB, gL. Pada penelitian Kun Zhou, dkk dinyatakan cut-off value dari S index adalah sebagai berikut: Tabel 2.6. Nilai cut off S index berdasarkan penelitian. 48 Significant Fibrosis F2-4 Absence Presence S index 0,1 ≥ 0,5 Advanced Fibrosis F3-4 Absence Presence S index 0,2 ≥ 0,6 Cirrhosis F4 Absence Presence S index 0,3 ≥ 1,5 Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Menurut Kun, dkk dalam memprediksi significant fibrosis, AUROCs adalah 0.812 S index, 0.808 SLFG model, 0.778 Fibrometer, 0.765 Hepascore, 0.735 Hui model, 0.719 Forns score dan 0.717 APRI, dalam memprediksi advanced fibrosis, AUROCs adalah 0.890 S index, 0.887 SLFG model, 0.876 Fibrometer, 0.873 Forns score, 0.872 Hui model, 0.818 Hepascore dan 0.817 APRI, dalam memprediksi S-index = 1000 x GGTPLT x ALB 2 Universitas Sumatera Utara 37 sirosis, AUROCs adalah 0.936 Hui model, 0.890 S index, 0.888 Forns score, 0.872 SLFG model, 0.836 Fibrometer, 0.790 APRI dan 0.780 Hepascore. Pada penelitian Kun, dkk dinyatakan bahwa pada umumnya model noninvasif dapat dibagi atas 2 jenis, yakni model yang hanya mencakup tes rutin sederhana S index, Hui model, Forns score dan APRI dan model yang mencakup tes spesial seperti HA asam hialuronat dan A2M alfa 2 makroglobulin SLFG model, Fibrometer dan Hepascore. Secara kasar dapat dinyatakan bahwa model dengan tes spesial akan memiliki AUROC yang lebih tinggi dibandingkan tes sederhana, terutama dalam mengidentifikasi significant fibrosis. Namun pada model yang dikonstruksikan pada pasien hepatitis B kronik didapatkan hasil yang lebih superior bila dibandingkan dengan model lainnya.

2.4 KERANGKA KONSEPSIONAL