Dampak Pemekaran Kabupaten 3 Penduduk

BAB III PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG 1990-2003

3.1 Dampak Pemekaran Kabupaten

Jantung dari pelaksanaan otonomi daerah dari satu sisi adalah terwujudnya sistem hubungan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional. Tujuannya untuk menunjang berbagai kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh masing-masing tingkat pemerintahan: semuanya diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Inti dari pola hubungan itu adalah terciptanya stabilisasi ekonomi makro dan tercapainya efisiensi kinerja perekonomian karena pembangunan di daerah akan lebih cepat dan ekonomis bila dikerjakan oleh sumber daya manusia daerah itu sendiri yang nota bene lebih tahu apa yang dibutuhkan daerah. Sementara itu dari sisi politik tujuannya adalah terpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab hubungan pusat-daerah akan lebih transparan dan adil seiring dengan berkurangnya kesenjangan kaya-miskin antarsektor dan antardaerah serta antargolongan di seluruh daerah Indonesia. Untuk memadukan tujuan ekonomi dan tujuan politik itu diperlukan adanya kejelasan batasan dan pembagian tugas serta wewenang antara pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya agar tercipta kepastian, dan jaminan dari segi pembiayaan dan pengawasan di semua kegiatan dan tingkat pemerintahan. Setelah itu perlu ada peninjauan secara teratur dan transparan untuk menjamin sekaligus peka terhadap dinamika perubahan-perubahan yang Universitas Sumatera Utara terjadi di setiap daerah. Tujuannya agar masing-masing tingkat pemerintahan itu sadar sekaligus melaksanakan hak serta kewajiabannya secara adil dan proporsional. Persoalan otonomi daerah ini semakin menjadi isu penting dalam perkembangan kekinian sehubungan dengan munculnya ide bentuk negara federal dan keinginan daerah- daerah tertentu memisahkan diri dari NKRI. Oleh karena itu, wacana otonomi ini perlu dibuka seluas-luasnya, misalnya mengenai pertanyaan apakah titik berat pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tingkat I atau tingkat II. Urgensi atau latar belakang lainnya adalah sejalan dengan kelahiran sejumlah realitas baru sebagai hasil proses reformasi yang telah bergulir. Realitas baru itu adalah pelaksanaan pemerataan antardaerah atau wilayah yang selama ini telah dikembangkan pemerintah pusat, ternyata tidak diusahakan secara konsisten. Dalam praktiknya, terdapat kecenderungan sebaliknya yang menyulut rasa ketidakadilan dan kekecewaan yang kronis. Persoalan ketimpangan pembangunan kini terlihat semakin transparan, terutama antara daerah Jawa dan luar Jawa atau antara kawasan Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Realitas lainnya adalah sumber-sumber pembangunan yang dimiliki pemerintah pusat semakin berkurang, sementara kebutuhan pembangunan terus meningkat. Semua ini disebabkan oleh penipisan terus-menerus sumber daya alam dan cara pengelolaan yang dilakukan selama ini. Di samping itu juga, keuntungan komparatif yang bersumber pada kekayaan sumber daya alam dan buruh kini justru dianggap menjadi bumerang dan bahkan berandil besar dalam meninabobokan keterbelakangan masyarakat. Sebagai alternatifnya, rakyat semakin ditantang untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dalam teknologi industri dan kualitas tenaga kerja. Universitas Sumatera Utara Untuk itu pemekaran wilayah merupakan salah satu langkah yang sejak tahun 2000- an banyak dilakukan. Kesempatan ini diperuntukkan demi mempercepat kesejahteraan rakyat, walaupun tentu saja tahap pencapaiannya belum terlihat maksimal. Setidaknya proses ini merupakan tindakan terbaru dan perlu terus diperbaiki atau ditinjau terus-menerus pelaksanaannya, sehingga apa yang diharapkan secepatnya terwujud. Pemekaran wilayah dapat diartikan sebagai upaya mendirikan bagian wilayah tertentu melalui peningkatan kedudukan, baik status maupun peranannya dalam administrasi pemerintahan negara, sehingga masing-masing bagian wilayah tersebut menjadi daerah otonom. Dengan pengertian tersebut, pemekaran wilayah berarti juga pemberian tanggung jawab pengelolaan pemerintah dan pembangunan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya masing-masing daerah akan berkembang dalam suatu ikatan negara dan laju pembangunan pada semua wilayah akan semakin seimbang dan serasi. Berdasarkan UU Nomor 51974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, suatu daerah otonom bertanggung jawab mengatur urusan rumah tangga sendiri. Besar kecilnya tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator seperti aspek kuantitatif yang mencakup jumlah penduduk, wilayah bawahan, luas wilayah, dan kelengkapan wilayah. Sedangkan dari aspek kualitatif mencakup kondisi geografis, potensi wilayah dan sumber pendapatan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tersebut menyatakan dengan jelas adanya desentralisasi. Artinya diberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada badan dan organisasi di daerah untuk melaksanakan pembangunan yang diwujudkan dengan pemberian otonomi kepada daerah untuk menyelenggarakan program-program regional. Dengan Universitas Sumatera Utara otonomi tersebut berarti seluruh pertanggungjawaban pengelolaan dan pembiayaan program- program dilakukan pemerintah dan daerah. Pengelolaan keuangan merupakan hal paling urgen yang diperhatikan dalam otonomi daerah. Di mana dalam aspek keuangan, suatu daerah otonom harus mampu dan mempunyai rencana penerimaan dan pengeluaran daerah. Daerah otonom yang mandiri lebih mengutamakan sumber-sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah PAD yang kemudian diperkuat oleh pendapatan yang bersumber dari pemerintah pusat. Oleh sebab itu, sangat tergantung kepada kemampuan aparat pemerintah daerah dalam menggali sumber- sumber PAD sesuai dengan peraturan yang berlaku. 24 Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan oleh pusat. Menurut Suwarno, indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total penerimaan daerah. 25 Dalam kaitannya dengan pembangunan wilayah, terdapat tiga unsur yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembangunan dan sangat penting diperhatikan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Ketiga unsur tersebut Dalam hal ini kemampuan daerah untuk mengembangkan kompetensi dalam mengelola secara optimal sumber penghasilan dan keuangan guna pembiayaan aktivitas pemerintahan dan pembangunan merupakan salah satu pilar pelaksanaan otonomi daerah. 24 Nasyid Majidi, Desentralisasi Klasifikasi Daerah untuk Alokasi Subsidi, Jakarta: Prisma no 8 tahun XX, 1991. 25 Yogi Suwarno, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Makalah pada DIKLATPIM IV BKN, Cipanas, 2009. Universitas Sumatera Utara merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu sama lain dan secara bersama-sama mempengaruhi pembangunan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut ini: a daerah dalam arti tanah, baik yang produktif maupun yang tidak produktif beserta penggunaannya. Dalam pengertian ini terkait dengan kondisi lokasi letak, luas dan batas yang merupakan kondisi geografis setempat; b penduduk yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian; c tata kehidupan meliputi pola tata pergaulan warga. Selanjutnya dijelaskan bahwa ketiga unsur tersebut merupakan faktor dasar yang masih harus dikelola untuk mewujudkan pembangunan. Dalam pengertian bahwa pembangunan itu sendiri ditentukan oleh usaha manusia dan tata geografi. Sementara itu, nilai-nilai sosial yang merupakan cara hidup masyarakat dapat sebagai penghambat dan pendukung pembangunan. Oleh sebab itu, rencana dan pelaksanaan pembangunan harus diselaraskan dengan kondisi sosial masyarakat. Sebagai contoh, bagi masyarakat yang masih didominasi sistem ekonomi jasa yang tradisional akan sulit menerima sistem perekonomian modern yang berhubungan dengan uang umpamanya perkreditan, walaupun diketahui bahwa perekonomian modern tersebut dapat sangat berperan menunjang kemajuan masyarakat. Salah satu penghambat dalam hal ini adalah hubungan kekerabatan yang sangat erat yang dapat menghalangi proses pengawasan terhadap penyelewengan. Peran serta penduduk dalam pembangunan dipengaruhi oleh sikap atau penilaiannya sendiri terhadap pembangunan, dan bukan oleh norma-norma yang hidup melembaga di dalam masyarakat. Nilai-nilai bersifat abstrak dan memberikan pengarahan yang normatif, sehingga tidak dapat atau sangat sulit berubah. Sedangkan sikap manusia lebih realistis, Universitas Sumatera Utara sehingga mudah berubah. Juga dijelaskan bahwa sikap merupakan fungsi dari kepentingan, sedangkan kepentingan ditentukan oleh situasi lingkungan. Sebagaimana pada umumnya semua orang akan berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan. Melihat hubungan demikian, pembangunan dilaksanakan berorientasi bagi peningkatan kesejahteraan penduduk. Artinya, masyarakat perlu disadarkan bahwa upaya pembangunan yang dilaksanakan adalah demi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan berkepentingan dan selanjutnya dicerminkan dalam sikap mendukung pembangunan. Kepentingan masyarakat pedesaan harus bersifat langsung dan nyata. Dengan kata lain menyentuh aspek-aspek perekonomian masyarakat yang pada umumnya tergolong lemah. Bagi masyarakat pedesaan, ada kalanya kesadaran akan pentingnya pembangunan harus diperkenalkan dari luar. Penyadaran tersebut dapat dilakukan melalui pemberian informasi ataupun tekanan-tekanan seperti tekanan ekonomi maupun politik. Dengan demikian, masyarakat akan merasakan pembangunan sebagai kepentingannya sendiri, sehingga mau melaksanakan pembangunan dengan sukarela tanpa paksaan. Kemudian agar perubahan-perubahan dirasakan tidak melanggar atau menyalahi norma-norma yang hidup dan dipelihara oleh masyarakat perlu kiranya agar perubahan tersebut didasari suatu prinsip ideologis. Ideologi tersebut akan menjadi alasan pembenar terhadap perubahan yang direncanakan. Prinsip ideologis tersebut hidup dalam masyarakat dan pada umumnya sebagai motto hidup masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Bagi masyarakat Indonesia, prinsip ideologis tersebut adalah Pancasila. Universitas Sumatera Utara Bagi masyarakat Batak yang mendiami daerah dataran tinggi dan bagi penduduk Desa Lumban Silintong khususnya dinamika kehidupan sosial tercermin melalui kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Akan tetapi hal lain yang memengaruhi dinamika tersebut adalah pemekaran kabupaten. Dampak pemekaran kabupaten Toba Samosir setidaknya mendorong pertumbuhan pembangunan khususnya di Balige. Dampak pemekaran yang terlihat di Desa Lumban Silintong di antaranya pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk terjadi dalam dua segi. Pertama, penduduk bertambah karena banyak penduduk asli Lumban Silintong pulang dari tanah perantauan. Kedua, pendatang yang turut membuka usaha cafe. 26 No Pergeseran penduduk ini menimbulkan kehidupan baru bagi Lumban Silintong. Desa ini pada akhirnya dikenal luas baik oleh masyarakat Balige maupun dari berbagai daerah lain. Lumban Silintong sebagai tempat strategis berdampak positif terhadap pertumbuhan penduduk dan pengunjung. Pertumbuhan penduduk dalam dekade ini setidaknya digambarkan oleh tabel berikut: Tabel 6. Jumlah penduduk Lumban Silintong tahun 2001: Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 470 2 Perempuan 480 Jumlah 950 Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 2001 26 Wawancara dengan L. Siahaan, Kepala Desa Lumban Silintong, Balige, Jumat 25 April 2014. Lihat juga Mulyadi S, op.cit. Universitas Sumatera Utara Dengan bertambahnya penduduk akibat pemekaran kabupaten menyebabkan bertambahnya kebutuhan pemukiman. Pemukiman bertambah tampak seperti di tepi pantai. Selain rumah-rumah yang bertambah jumlah, cafe merupakan bangunan fisik yang dominan. Kemudian akibat bertambahnya penduduk dan perlu adanya perluasan pemukiman, beberapa bidang tanah dijual oleh masyarakat. Pertumbuhan penduduk seiring dengan datangnya pemekaran kabupaten dipandang sebagai langkah pendukung pembangunan. Balige menjadi pusat pemerintahan menjadi daya tarik bagi masyarakat. Itu sebabnya banyak yang memilih pulang kampung, baik meneruskan pertanian maupun membuka usaha baru. Liefson Siahaan misalnya pada awalnya pulang kampung karena didasari niat bertobat. Bertobat dalam hal ini dapat diartikan sebagai pergumulan rohani. Tentu alasan lebih jauh yang bersifat pribadi tidak dapat diuraikan. Melangkah lagi melihat rasionalisasi yang lebih esensi di sini adalah ide untuk memulai usaha jasa di lokasi objek wisata Lumban Silintong. Liefson mengakui melihat peluang setelah datangnya pemekaran. Pulang dari perantauan waktu itu merupakan isu yang tengah hangat. Slogan “marsipature hutanabe” menyatakan seruan kepada setiap perantau yang mau pulang kampung untuk membangun kampungnya masing-masing. Di sini, Liefson mengambil keputusan untuk pulang kampung dan berencana membangun, di antaranya dengan turut meramaikan objek wisata pantai serta menembus perhatian masyarakat dengan menjadi kepala desa. Universitas Sumatera Utara Pemilihan kepala desa yang dia ikuti pertama adalah tahun 2000 dan menang, dilantik 2001. Dia menjabat sebagai Kepala Desa Lumban Silintong di periode pertama pada 2001- 2006. Selanjutnya ia menjabat pada 2013-2018. Selang 2006-2012 dijabat orang lain yang juga masih semarga: Kastel Siahaan. Kehadiran kabupaten baru mendorong masyarakat untuk beradaptasi mengikuti jalur pembangunan. Bangunan fisik yang menonjol di antaranya pusat perkantoran maupun hotel atau tempat hiburan juga menyebabkan masyarakat untuk turut ambil bagian. Masyarakat Lumban Silintong dalam hal ini misalnya turut menambah pekerjaan mereka. Selain tetap bertani, mereka juga dapat menjadi tukang. Oleh karena itu, hadirnya pembangunan fisik menjadi pekerjaan lain yang mereka dapatkan. Dalam bidang pertanian, masyarakat Lumban Silintong mengalami pergeseran cara bertani. Kebiasaan hidup dalam bentuk tradisional dominan bergeser akibat perkembangan mekanisasi pertanian di kalangan masyarakat petani. Mekanisasi pertanian di sini sebenarnya tergolong sederhana. 27 Dampak pembangunan yang turut mendorong majunya pertanian tidak bisa lepas dari dibangunnya infrastruktur jalan oleh pemerintah kabupaten. Kondisi jalan yang beraspal memudahkan mereka bekerja mengelola sawah, mulai dari membajak hingga masa panen Sebagai contoh untuk mengolah sawah, mereka tidak lagi sepenuhnya menggunakan tenaga manusia atau hewan untuk membajak. Lewat mekanisasi, secara merata mereka telah menggunakan mesin traktor. 27 Mekanisasi pertanian bisa diartikan dengan berbagai sudut pandang. Secara umum mekanisasi pertanian dapat diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. http:mektan.blogspot.com200807pengertian-mekanisasi-pertanian.html [diakses pada 28 April 2014, pukul 12:39 wib]. Universitas Sumatera Utara tiba. Jalur beraspal tentu memungkinkan mereka untuk membeli traktor dan di sisi lain hasil panen bisa diangkut dengan kendaraan roda dua maupun empat. Datangnya kemajuan tersebut pada akhirnya meringankan beban kerja mereka. 28 28 Jalan aspal baru datang setelah tahun 2000. Sebelumnya jalur di Desa Lumban Silintong masih bermaterial pasir putih, belum sepenuhnya layak dilalui. Apalagi jalan mendaki dari arah pantai ke atas, kala itu masih sangat memprihatinkan. Hal ini berarti, datangnya jalan aspal adalah dampak dari pemekaran kabupaten. Wawancara dengan Ija Siallagan, pemilik Cafe Panca Jelita, di Lumban Silintong-Balige, Jumat 25 April 2014. Mekanisasi pertanian seiring pula dengan berjalannya pemanfaatan pupuk pestisida. Seperti dijelaskan di atas bahwa mekanisasi pertanian beserta penggunaan pupuk bertujuan untuk mendongkrak hasil panen. Selain beban kerja berkurang, hasil panen juga diharapkan bisa naik dua kali lipat. Oleh sebab itu, pemakaian pupuk menjadi hal baru bagi petani padi Lumban Silintong. Selain itu, pemilihan bibit unggul ataupun jenis padi yang berumur pendek merupakan pilihan selanjutnya. Menggunakan bibit padi jenis lokal dianggap kurang menguntungkan paling tidak dari segi lamanya dipanen. Sementara jenis padi unggul dengan umur pendek bisa lebih menambah penghasilan. Paradigma baru bagi masyarakat Lumban Silintong seiring perkembangan zaman. Dengan pemakaian pupuk, bibit unggul, maka tampaklah intensifikasi pertanian di Lumban Silintong. Sebagai hasil dari intensifikasi tersebut didapat bahwa peningkatan produktivitas pertanian yang sebelumnya panen sekali dalam setahun, kini berkembang menjadi tiga kali dalam dua tahun. Jika padi sebelum intensifikasi panen sekali setahun, maka padi jenis unggul bisa panen dua kali setahun dengan umur hanya empat bulan. Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian, petani padi Lumban Silintong mengatur percepatan tersebut menjadi hanya tiga kali dalam dua tahun. Mereka mempraktikkan bahwa masa istirahat tanah atau pembusukan harus ada minimal tiga bulan. Artinya, mereka telah memangkas masa tanam sebanyak satu kali dengan melakukan pembusukan tanah untuk waktu yang disisakan. Hal ini bertujuan agar hasil panen bisa maksimal dalam hitungan rata-rata. 29 Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan Menurut warga, jika dipaksakan panen dua kali setahun atau empat kali dalam dua tahun, maka hasil yang mereka dapat kurang maksimal. Belum lagi mereka harus mewaspadai tikus yang selalu menjadi hama terbesar dan sulit dicari jalan untuk mengatasinya. Selain tikus, burung menjadi hewan yang sangat merugikan petani. Kemudian mereka juga harus kerja lebih keras menghadapi serangan hama tanaman. Pemahaman soal intensifikasi didapat warga dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas pertanian terhadap masyarakat desa Lumban Silintong, khususnya masyarakat yang berdomisili di dusun dua dan empat. Pemahaman dan pemanfaatan teknologi pertanian juga bisa dirasakan langsung oleh masyarakat yang menerapkannya. Peningkatan produktifitas dengan metode intensifikasi tersebut, secara langsung menambah hasil panen dan juga income masyarakat.

3.3 Kehidupan ekonomi

Dokumen yang terkait

Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

6 136 90

Pembangunan Desa Sebagai Transformasi Sosial

2 51 8

Analisis Dampak Keberadaan Pelabuhan Belawan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Medan Belawan

41 222 91

Kontribusi Sektor Wisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

6 86 120

Pengaruh Kehadiran PT. Kedaung Group Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Tanjung Morawa B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang

11 106 99

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA COLOMADU DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1990 1998

4 11 89

PENYAJIAN MUSIK SEBAGAI DAYA TARIK MINAT WISATAWAN DI LOKASI OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBASA.

0 8 26

MOTIVASI WISATAWAN DOMESTIK UNTUK MELAKUKAN OLAHRAGA REKREASI DI OBJEK WISATA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013.

0 2 18

BAB II KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG SEBELUM TAHUN 1990 2. 1 Letak Geografis - Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige (1990 – 2003)

1 1 26

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) Yang diajukan oleh : Nama : Eko Renold Tambunan Nim : 080706018 Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Dosen Pembi

0 0 15