2. 2 Latar Belakang Historis
Penduduk Desa Lumban Silintong telah mendiami desanya sejak zaman nenek moyang mereka. Mereka dari generasi ke generasi hingga sekarang telah menjadi penduduk
asli Lumban Silintong. Jauh sebelum kedatangan Belanda ke Balige, masyarakat Lumban Silintong hidup rukun dan damai. Berada di bawah Patuan Nagari, penduduk Lumban
Silintong turut berperang membantu Sisingamangaraja XII saat Belanda datang. Nama Desa Lumban Silintong juga telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.
Penduduk menamakan desa ini dengan nama Lumban Silintong atas dasar bahwa nama tersebut berasal dari penamaan terhadap sebuah sudut kampung. Lumban dalam arti luas
dapat diartikan sebagai huta atau pemukiman, namun pada awalnya lumban lebih spesifik sebagai dusun atau sub-desa.
14
Pada umumnya daerah-daerah yang terdapat di kawasan Toba Samosir didiami oleh suku bangsa Batak Toba, begitu juga halnya dengan Desa Lumban Silintong. Berdasarkan
sensus penduduk tahun 1987 Desa Lumban Silintong mempunyai penduduk 517 jiwa yang Sedangkan Silintong berarti garis-garis. Hal ini berangkat dari
tepian huta tersebut yang melintang seperti garis-garis. Hubungan Desa Lumban Silintong ke daerah perkotaan seperti Balige, Parapat, Siantar, Tarutung dan seterusnya dihubungkan
melalui jalan provinsi.
2. 3 Penduduk
14
Huta adalah luasan hutan berupa lapangan kecil , di tengahnya sebuah pekarangan dan terbuka. Di satu sisi pekarangan terdapat sejumlah rumah kediaman , biasanya berjejer letaknya. Di belakang rumah ada
kebun untuk keperluan sehari-hari , dihadapan rumah-rumah kediaman itu berdiri sebarisan lumbung sopo, juga terdapat satu atau dua tempat berkubang. Keseluruhanya dikelilingi oleh tembok yang ditanami dengan
bambu, kadang-kadang di sekitar temboknya digali parit. Baca Sitor Situmorang, Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX
, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009.
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari 120 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci berdasarkan jenis kelamin, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi penduduk Desa Lumban Silintong berdasarkan jenis kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki
250 2
Perempuan 267
Jumlah 517
Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 1990. Dari 517 jiwa penduduk Desa Lumban Silintong, penduduknya mayoritas menganut
agama Kristen Protestan. Mereka mengenal agama Kristen sejak abad XIX yang dibawa oleh missionaris Jerman L. I. Nommensen.
15
Namun pada masa ini kearifan budaya lokal belum bisa ditinggalkan sepenuhnya, meskipun mereka telah menganut agama Kristen. Adapun kearifan budaya lokal yang
dimaksud adalah berupa pelaksanaan upacara ritual yang sudah diterapkan secara turun- temurun, seperti mengadakan makan bersama yang sebelumnya diawali dengan memberikan
sesajen kepada ruh nenek moyang yang mereka yakini akan memberikan kesuburan bagi lahan pertanian mereka saat hendak menabur benihmenyemai. Kemudian pada masa panen,
Pada awal abad XX penduduk desa ini telah memeluk agama Kristen Protestan secara keseluruhan.
15
Ludwig Ingwer Nommensen kadang-kadang namanya ditulis I.L. Nommensen adalah seorang tokoh yang oleh sebagian orang Batak tidak hanya dihormati atas jasanya menyebarkan agama Kristen di Tanah
Batak, tetapi bahkan dianggap sebagai rasul atau apostel Batak. Uli Kozok, Utusan Damai di Kemelut Perang: Peran Zending dalam Perang Toba
, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
upacara ritual juga dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada nenek moyang yang mereka percayai telah memberkati pekerjaan mereka dengan memberikan sesajen.
Sebelum mereka mengenal agama Kristen maupun agama yang lain, maka mereka memiliki aliran kepercayaan terhadap Debata Mulajadi Nabolon Tuhan Maha Pencipta dan
Maha Besar. Penduduk masih percaya akan kekuatan-kekuatan gaib dan ruh-ruh nenek moyangnya. Pada hari-hari tertentu yang dianggap tepat untuk mengadakan penjamuan bagi
kepercayaan masing-masing, maka mereka pun melakukan upacara-upacara dengan tujuan untuk meminta rejeki dari unsur-unsur yang dianggap dapat memberikannya. Tradisi ini
perlahan-lahan bertransformasi menjadi adat-istiadat masyarakat setempat. Adat pertama-tama merupakan kejadian berulang-ulang dan yang teratur, lalu
kemudian menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa. Kebiasaan itu dalam perjalanan sejarah karena terus-menerus dipraktikkan, jadi bukan karena alasan praktis, kemudian
mendapat kekuatan hukumnya legalitas. Oleh karena itu adalah kurang tepat untuk mengerti adat sebagai kebiasaan saja atau hukum kebiasaan.
16
Lebih jauh, adat adalah tatanan hidup rakyat Indonesia yang bersumber pada rasa susilanya. Susila ini dimengerti dalam suatu konteks harmoni spritual, di mana kedamaian
menyeluruh ada karena kesepakatan bersama. Sebagai kebiasaan, adat dijalankan sesuai irama alam yang kepadanya terikat kehidupan suku atau huta. Adat yang mengatur dengan
16
Hukum kebiasaan atau aturan-aturan di sini dapat dilukiskan pandangan Soepomo. Menurutnya yang dimaksud dengan aturan-aturan hukum yang tak tertulis di antaranya hukum yang hidup sebagai peraturan
kebiasaan dan dipertahankan dalam pergaulan hidup baik di kota-kota maupun di desa-desa. Muhammad, Busar, Asas-Asas Hukum Adat: Suatu Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006, hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
kokoh segenap kehidupan ke segala segi dan dalam segala hubungan adalah serentak rangkuman segala hukum.
17
Dalam hukum adat di Desa Lumban Silintong, pola kepemilikan pembagian tanah untuk anak dan boru sangatlah berbeda. Hal ini disebut dengan istilah panjaean dan
pauseang pemberian kasih sayang. Panjaean yaitu sebidang tanah warisan yang diberikan
kepada anak laki-laki, tanah panjaean biasanya diberi orang tuanya setelah anaknya sudah Sebelum adanya pengaruh modern ataupun pengaruh dari budaya lain, hukum
penguasaan tanah di Desa Lumban Silintong disesuaikan dengan hukum adat dan bius yang berlaku. Adapun hukum adat penguasaan tanah yaitu: hukum pertanahan tanah adat ulayat
merupakan milik Raja Huta pendiri huta, kawasan sumber daya komunal seperti tombak hutan, harangan padang rumput penggembalaan, dan pemukiman dikuasai secara kolektif
berdasarkan hukum yang ditetapakan oleh Raja Huta, hukum adat satu klan atau wilayah adalah hak pendiri huta atau pemilik huta sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Raja Huta.
Adanya pengaruh hukum adat yang menyatakan bahwa sebagian besar kawasan huta desa, merupakan hak pendiri huta dan didasarkan garis keturunan dari anak laki-laki.
Sistem kepemilikan tanah di desa ini lebih ditekankan kepada anak laki-laki yang merupakan penyambung garis keturunan patrilineal, dan sebagian tanah di berikan kepada boru anak
perempuan.
17
Hukum yang kemudian menjadi muara dari perbincangan ini adalah hukum adat. Hukum adat adalah merupakan hukum yang mengatur terutama tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan satu sama
lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman dan kebiasaan kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat itu maupun yang
merupakan keseluruhan peraturan-peraturan yang mengenal sanksi atas pelanggaran dan yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat yaitu mereka yang mempunyai kewibawaan dan berkuasa memberi
keputusan dalam masyarakat adat itu, ialah terdiri dari lurah, penghulu agama, pembantu lurah, wali tanah, kepala adat, hakim. Bushar, ibid, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
marhasohotan berumah tangga membentuk keluarga baru. Adapun pauseang yaitu
sebidang tanah yang menjadi bagian dari boru anak perempuan, pemberian tanah untuk boru sama halnya seperti untuk anak yaitu diberi setelah boru-nya marhamulian menikah
dengan lelaki bermarga lain. Antara panjaean dan pauseang memang berbeda, luas tanah panjaean yang diberikan kepada anak biasnya jauh berbeda dengan pauseang yang diberikan
kepada boru. Pada prinsipnya adat berakar pada religi purba. Oleh karena itu, adat bersifat sakral.
Dia datang dari Debata Mulajadi Nabolon yang kemudian diturunkan kepada nenek moyang. Adat mengikat orang hidup dengan nenek moyang. Seperti dikatakan Adriani, keturunan
mereka hidup sesuai dengan aturan nenek moyang itu:
“Adat bagi orang-orang Indonesia adalah jalannya dunia yang tidak bisa tidak harus demikian, yang bersifat mutlak—yaitu jalannya dunia itu sendiri—seperti yang diatur dan dipelihara oleh nenek
moyang, sehingga setiap orang yang bermaksud mengadakan perubahan-perubahan, melibatkan diri dalam suatu pertentangan dengan para nenek moyang.”
18
Setelah agama Kristen masuk dan diperkenalkan kepada masyarakat, maka kebiasaan tradisional seperti upacara-upacara keagamaan tadi lenyap secara lambat laun. Di mana
masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap kegaiban-kegaiban dan ruh nenek moyang. Karena adat berpengaruh sangat kuat, mengandung rahmat dan hukuman dan
merupakan sikap hidup orang Batak Toba untuk dunianya, maka dia bersifat mutlak. Biarpun orang Batak Toba sudah menjadi Kristen atau Islam atau terpelajar atau merantau, mereka
tetap menghargai dan melaksanakan adatnya. Mungkin pelaksanaannya tidak seperti dahulu lagi, tetapi isinya tetap sama.
18
N. Adriani, Christelijke Adat Overzicht van de 14. Zendings-Conferentie, Batavia 1912, 1913, hal. 100., dalam Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia, 2008, hal. 21-22.
Universitas Sumatera Utara
Mereka mulai yakin tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang mereka ketahui dari agama Kristen. Segala sesuatunya di tengah-tengah kehidupan masyarakat dikaitkan dengan
agama yang dianut. Kebiasaan lama seperti adat-istiadat dipertahankan dengan sesungguhnya asal tidak
bertentangan dengan ajaran agama mereka. Pesta-pesta adat selalu diselingi oleh upacara agama, misalnya pesta perkawinan biasanya dilakukan dengan cara agama dan cara-cara
adat. Setelah upacara agama selesai dilanjutkan dengan upacara adat barulah perkawinan
tadi dianggap resmi oleh penduduk. Hidup saling ketergantungan di antara penduduk desa tercermin melalui hidup beragama. Sarana-sarana sosial dipelihara dengan baik oleh
masyarakat. Berita kematian, kelahiran, pernikahan dan diberitakan melalui perkumpulan Gereja
yang dilakukan setiap hari Minggu. Adapun sarana sosial yang terdapat di Desa Lumban Silintong dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jenis Sarana Sosial No
Jenis Sarana Sosial Jumlah
1 Sarana pendidikan
- 2
Sarana kesehatan -Poliklinik
1 3
Tempat peribadatan
Universitas Sumatera Utara
-Gereja -Masjid
- -
Total 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 1990 Dilihat dari segi kepemimpinan masyarakat, Desa Lumban Silintong dipimpin oleh
seorang kepala desa dibantu oleh lembaga-lembaga desanya. Masyarakat desa ini patuh terhadap perintah pimpinan mereka. Di samping pemimpin formal seperti kepala desa, masih
terdapat satu bentuk kepemimpinan informal yang dipegang oleh pendeta, guru-guru agama dan penatua-penatua Gereja serta para pemuka adat.
Acapkali cara yang dilakukan seorang kepala desa untuk mengajak warganya bergotong royong adalah dengan menyampaikannya melalui pertemuan-pertemuan informal,
sehingga kesan demikian tampak tidak kaku. Sebagai contoh pembangunan desa, kebersihan lingkungan peningkatannya selalu diterapkan melalui ceramah-ceramah agama dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan keagamaan. Sebelum adanya pengaruh agama Kristen, wilayah Tapanuli dikenal suatu bentuk
lapisan sosial yang dibedakan berdasarkan fungsinya. Lapisan sosial yang dianggap lebih tinggi atau golongan elite adalah keturunan marga penguasa tanah dan para datu dukun.
Selain itu, lapisan sosial juga dibedakan berdasarkan perbedaan umur dan pernikahan. Meskipun demikian, tidaklah begitu nyata adanya seperti yang dipengaruhi
langsung oleh Hindu. Dalam hal ini lapisan sosial yang lebih tinggi dapat berhubungan bebas dengan lapisan sosial yang ada di bawahnya. Kedudukan mereka hanya dibedakan pada
Universitas Sumatera Utara
pesta-pesta adat yang sedang dilaksanakan. Pada umumnya masyarakat lebih menghormati klan penguasa tanah dan orang berilmu kebatinan, umpamanya dukun.
Pendapat mereka selalu dihargai oleh penduduk. Namun setelah masuknya pengaruh agama, di Desa Lumban Silintong pandangan demikian berubah ke arah persamaan hidup
berdasarkan ajaran agama. Masyarakat lebih menghormati marga penguasa tanah, guru agama dan pendeta daripada dukun-dukun yang ada.
Dalam upacara pesta, baik pesta adat maupun yang lainnya peranan golongan dukun sudah tidak kelihatan lagi. Mereka tidak mampu menonjolkan diri untuk menarik perhatian
masyarakat. Kegiatan-kegiatan serta pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan selalu diawali doa bersama yang bertujuan untuk menggantungkan diri terhadap Tuhan Maha Pencipta dan
Maha Besar. Segala kegiatan sosial yang bertentangan dengan ajaran agama mereka sudah tidak
mendapat dukungan lagi dari masyarakat. Masyarakat yang patuh dengan ajaran agamanya dianggap berhasil di kalangan masyarakat. Sikap tolong-menolong yang timbul di kalangan
masyarakat desa ini lebih besar terlaksana berdasarkan keagamaan daripada berdasarkan ikatan kekeluargaan.
2.4 Kelembagaan di Desa
Lembaga yang ada di Desa Lumban Silintong: -
Pemerintah desa -
Lembaga adat -
Badan Perwakilan Desa BPD
Universitas Sumatera Utara
- Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD
- Kelompok Tani Koptan
- Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga PKK
- Karang Taruna
2.5 Sosial Budaya
Orang Batak Toba percaya bahwa kehidupan ada tiga yaitu kehidupan Banua Ginjang Dunia Atas, Banua Tonga Dunia Tengah, dan Banua Toru Dunia Bawah. Kehidupan
Banua Ginjang adalah kehidupan dalam nirwana dan dilambangkan dengan warna putih.
Kehidupan Banua Tonga adalah kehidupan sekarang yang penuh dengan permusuhan, taktik, dan pergolakan perilaku lainnya, dan ini disimbolkan dengan warna merah. Sedangkan
kehidupan Banua Toru merupakan kehidupan alam kubur yang dilambangkan dengan warna hitam. Ketiga warna ini sangat dominan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, baik itu
pada rumah, ulos, ukiran, dan pahatan yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Suku Batak Toba adalah suku yang berdiam di sekitar Danau Toba, yakni di Toba,
Humbang, Samosir, dan Silindung. Menurut sejarahnya, masyarakat Batak berasal dari dataran Asia, yaitu dari rumpun Melayu Tua Deutro Melayu yang mendarat di pantai barat
pulau Sumatera dan meneruskan perjalanan ke pedalaman. Akan tetapi orang Batak percaya bahwa mereka merupakan titisan dari Debata Mulajadi Nabolon melalui si Deak Parujar
yang turun ke bumi. Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan patrilineal, yakni mengambil
garis keturunan dari laki-laki. Dalam masyarakat Batak Toba, anak laki-laki memegang peranan yang sangat penting karena merupakan penyambung garis keturunan atau marga.
Universitas Sumatera Utara
Sementara perempuan akan berhenti garis keturunannya karena menjadi bagian dari marga suaminya.
Sistem kekerabatan masyarakat di Desa Lumban Silintong menganut sistem kekerabatan patrinineal, artinya kedudukan ataupun peranan laki-laki lebih tinggi dari
perempuan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan ditentukan laki-laki. Di Desa Lumban Silintong untuk urusan permasalahan perekonomian keluarga merupakan tanggung
jawab ayah dan ibu. Bagi masyarakat di Desa Lumban Silintong, laki-laki juga merupakan tokoh utama
dalam tatanan kemasyarakatan. Hal ini terlihat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Di samping kesibukannya sebagai kepala keluarga, berbagai kegiatan pada masyarakat Desa
Lumban Silintong selalu dipimpin dan dilakukan oleh laki-laki. Perempuan lebih bersifat sebagai pendukung atau penunjang. Dalam berbagai acara adat, pesta dan upacara-upacara
keagamaan pada umumnya lebih di dominasi oleh kaum laki-laki. Pimpinan-pimpinan lingkungan seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun yang ada di Desa Lumban
Silintong semuanya dijabat oleh laki-laki. Sistem kekerabatan di Desa Lumban Silintong masih terlihat satu dan utuh. Pada
umumnya semua tatanan masyarakat mempunyai ikatan kekeluargaan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan marga sebelumnya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial
masyarakat di desa ini. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila tetangga mereka adalah juga saudaranya. Dengan demikian, setiap warga saling mengenal antara satu dengan yang
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, masyarakat Batak Toba juga menganut kebudayaan Dalihan Na Tolu. Secara harafiah Dalihan berarti tungku yang terbuat dari batu, sedangkan Tolu berarti
numerik tiga dan Na adalah kata penghubung yang dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi yang hampir sama dengan penghubung “yang”. Jadi dalam tafsiran denotatif Dalihan Na
Tolu adalah tiga buah tungku batu tempat diletakkannya periuk untuk memasak.
Pada prinsipnya Dalihan Na Tolu terdiri dari tiga unsur yang kuat dalam mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba, yakni:
Hula-hula: kelompok pemberi istri
Boru: kelompok penerima istri
Dongan tubu: kelompok semarga
Ketiga unsur ini masing-masing mempunyai pribadi dan harga diri, tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelaksana tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Di suatu
ketika pihak boru bisa saja menjadi pihak hula-hula atau dongan tubu dan demikian juga sebaliknya tergantung pada pihak yang mengadakan pesta.
Boru tidak lebih rendah dari hula-hula. Ada ungkapan yaitu bahwa hula-hula haruslah
“elek mar-boru” artinya agar hula-hula selalu bersikap membujuk dan sayang terhadap boru. Sedangkan setiap boru haruslah “somba mar-hula-hula” artinya bahwa setiap boru haruslah
bersikap hormat terhadap hula-hula dan setiap perbuatan hula-hula harus dipandang hormat oleh boru. Sedangkan suhut tuan rumah adat harus bersikap “manat mardongan tubu”
artinya dalam semarga haruslah juga bersikap hati-hati.
Universitas Sumatera Utara
Pesta nikah merupakan satu dari sekian banyak kegiatan adat yang di dalamnya berlaku sistem Dalihan Na Tolu. Salah satu kegiatan sosial budaya yang ada di Desa Lumban
Silintong adalah upacara perkawinan. Perkawinan berdasarkan prinsip Dalihan Na Tolu tersebut atau perkawinan sirkulasi asimetri tersebut berarti harus terdiri dari tiga kelompok
marga, yaitu kelompok ego dongan tubu, kelompok pemberi istri hula-hula, dan kelompok penerima istri boru.
Ketiga kelompok ini selalu dalam bentuk aliansi. Maka kelompok ego ialah ego sendiri bersama dengan teman semarganya, yang disebut dongan sabutuha. Kelompok hula-
hula ialah mertua dan saudara mertua ego, saudara istri dan semua anggota dari garis keturunan saudara istri. Kemudian masuk dalam kelompok ini juga ialah kelompok garis
keturunan saudara ibu ego dan semua kelompok garis keturunan pengambilan istri dari nenek, ayah, saudara dan anak ego. Sedangkan yang masuk dalam kelompok boru ialah
semua kelompok marga yang mengambil wanita garis keturunan marga ego. Perlu juga diperhatikan tentang istilah boru ini sebab kata ‘boru’ berlaku baik untuk anak putri maupun
marga penerima istri. Masyarakat Lumban Silintong saling tolong-menolong untuk mengupayakan agar
perayaan ataupun pelaksanaan pesta adat suatu rumah tangga dapat berjalan lancar. Istilah yang mereka pakai dalam bagian ini adalah marhobas. Marhobas maksudnya
membantu pihak suhut yang mengadakan pesta untuk mengerjakan ataupun melengkapi kebutuhan-kebutuhan dalam pesta, seperti memasak, menerima tamu dan segala sesuatunya
sesuai dengan posisinya dalam konteks Dalihan Na Tolu yang sebelumnya aturan-aturan akan tugas dan tanggung jawab tersebut sudah ditetapkan dengan mengundang seluruh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Lumban Silintong dan sanak famili dari luar kampung, baik dekat maupun jauh. Bagi masyarakat setempat pergi marhobas dapat juga dikatakan dengan sebutan manghobasi.
Manghobasi suatu pesta dilakukan secara gotong royong, kecuali pihak tuan rumah.
Hal ini berlangsung secara bergantian. Dengan kata lain, setiap rumah tangga akan mendapat giliran untuk dihobasi. Sebab suatu pesta terlaksana tidak menyesuaikan dengan suatu
peraturan lingkungan. Umpamanya untuk pesta pernikahan bisa terjadi jika seorang anak sudah tergolong dewasa. Di sisi lain jika orang meninggal, maka siapa menduga suatu
keluarga akan mendapat gilirannya untuk dihobasi. Marsiadapari
biasanya bertujuan untuk kepentingan masyarakat umum atau kepentingan sesama warga masyarakat. Kegiatan marsiadapari pada umumnya diwujudkan
dalam kegiatan atau aktivitas kerja bersama dengan tujuan yang sama. Seperti kerja bakti dalam membangun irigasi, menata lingkungan ataupun menyelenggarakan suatu kegiatan
upacara ritual, masyarakat masih menerapkan sistem marsiadapari dalam mengolah lahan pertanian.
19
Ikatan kekeluargaan bagi masyarakat Desa Lumban Silintong masih terjaga erat, baik yang tinggal di dalam satu dusun maupun yang tinggal di dusun lain. Eratnya bentuk
persaudaraan di desa ini terlihat dari kegiatan marsiadapari dan adanya rasa tolong menolong di antara warga masyarakat dalam kehidupan bersama khususnya dalam kehidupan
agama dan adat. Para petani di desa ini menunjukkan adanya rasa senasib dan sepenanggungan di antara mereka. Hal ini antara lain bila di antara mereka sedang
19
Marsiadapari adalah bentuk kerja bersama yang dilakukan secara timbal balik. Jika pada hari ini jasa kerja sekelompok keluarga dimanfaatkan oleh pemilik lahan, maka di hari berikutnya sesuai kesepakatan si
pemilik lahan gantian memberi jasa kerja kepada sekelompok keluarga tadi sesuai ukuran yang telah ia dapatkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
mengadakan suatu pesta acara adat, ataupun bila di antara mereka sedang mengalami musibah dukacita. Dalam kehidupanya sebagai petani, mereka mempunyai tujuan yang
sama, yaitu bagaimana hasil produksi pertanian mereka semakin meningkat. Tujuan utama sebagai petani ini pulalah yang mendorong adanya semangat gotong-royong dan sikap
tolong-menolong di sesama petani. Salah satu bentuk marsiadapari dan tolong-menolong dalam kehidupan
bermasyarakat di Desa Lumban Silintong terlihat dalam sebuah acara pesta adat. Bagi masyarakat di Desa Lumban Silintong yang melakukan sebuah acara pesta baik pernikahan
pamasu-masuon, mamestahon huta pesta tugu peresmian suatu huta, monding saur matua meninggal, ulangtahun
, dan sebagainya. Untuk meringankan beban dari keluarga yang mengadakan pesta, para tetanga dongan sahuta dan dongan saparadaton biasanya
memberikan sumbangan papungu tumpak dalam bentuk uang ataupun beras. Sumbangan ini dilakukan dalam bentuk kewajiban bagi anggota masyarakat yang mengadakan acara adat.
Hal ini juga dilakukan secara bergantian dalam setiap acara adat. Selain memberikan sumbangan, para petani di desa ini juga turut berpatisipasi untuk membantu pihak yang
mengadakan pesta dalam bentuk materi dan tenaga. Kegiatan tolong-menolong juga terlihat pada sebuah keluarga yang tertimpa
kemalangan, seperti ada salah satu dari anggota keluarga yang kecelakaan. Apabila ada terdengar salah satu dari warga masyarakat yang kemalangan, para petani di desa ini pada
umumnya berdatangan untuk menjenguk. Biasanya bagi anggota masyarakat yang tertimpa bencana, di desa ini diadakan sebuah acara mangapuli menjenguk keluarga yang tertimpa
masalah. Acara ini dilakukan dalam bentuk doa bersama antarsesama warga. Bagi keluarga
Universitas Sumatera Utara
terdekat yang mengalami musibah biasanya mamboan sipanganon membawa makanan sebagai bentuk adanya rasa senasip dan sependeritaan.
Budaya dan hukum adat selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat, sehingga pola kehidupan masyarakat di desa ini diikat oleh sistem adat yang berlaku. Masyarakat
menggangap bahwa selain hukum agama, hukum tertinggi adalah hukum adat. Segala bentuk permasalahanperselisihan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, selalu diselesaikan
dengan hukum adat di samping hukum agama. Adanya umpasa dan umpama pribahasa dan pepatah merupakan bagian dari budaya
adat yang berlaku di Desa Lumban Silintong. Masyarakat di desa ini menerapkan hukum adat dalam bentuk pengucapan umpasa dan umpama yang banyak mengandung makna, nilai-nilai
ataupun norma-norma falsafah hidup. Sistem politik, hukum dan adat diwujudkandidasari dari umpasa dan umpama yang merupakan indikator ataupun tolok ukur dalam kehidupan
bermasyarakat. Menurut adat, kehidupan masyarakat di desa ini mempunyai status ataupun golongan
yang berbeda yaitu status parhuta pemilik huta dan boru ni huta sonduk hela maisolat marga boru. Namun, dalam hukum agama status dan golongan masyarakat sama tanpa ada
perbedaan. Dalam hukum agama setiap masyarakat yang melanggar hukum, dihukum sesuai hukum yang berlaku tanpa memandang status maupun golongan.
Dalam pelaksanaan tatanan kehidupan sehari-hari di Desa Lumban Silintong terdapat dua unsur kepemimpinan yang bekerja sama untuk mengatur tatanan hidup kemasyarakatan.
Adapun kedua kepemimpinan itu adalah kepemimpinan formal dan nonformal.
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan formal yaitu kepemimpinan yang berhubungan dengan pemerintahan desa seperti kepala desa, kepala dusun, dan sekretaris desa. Kepemimpinan nonformal yaitu
kepemimpinan adat dan agama yang berfungsi sebagai pemimpin kehidupan yang berhubungan dengan adat dan agama. Setiap acara adat biasanya dipimpin oleh dua unsur
yang berbeda yaitu raja huta dan raja adat. Pemimpin agama sering disebut dengan sintua penatua gereja dan parhangir pimpinan gereja. Kedua pimpinan ini biasanya berfungsi
untuk memimpin acara kerohanian yang ada dalam masyarakat.
2.6 Mata Pencaharian
Bercocok tanam adalah suatu mata pencaharian pokok bagi penduduk daerah Tapanuli umumnya dan Desa Lumban Silintong khususnya. Hampir setiap rumah tangga di
Desa Lumban Silintong memiliki areal pertanian. Umumnya masyarakat Batak Toba sangat berkeinginan untuk memiliki lahan pertanian, sehingga petani di daerah Tapanuli jarang
dijumpai tidak memiliki areal sendiri. Sumber kehidupan masyarakat di Desa Lumban Silintong sangat bergantung kepada
pertanian. Tinggi rendahnya hasil pertanian juga sangat tergantung kepada luas tanah yang dimiliki oleh masyarakat. Tidak salah masyarakat di desa ini menggangap bahwa tanah
merupakan aset yang sangat berharga. Lahan pertanian yang cenderung berada di lereng perbukitan mengakibatkan
ketergantungan yang sangat erat dengan berhasil tidaknya pertanian masyarakat. Irigasi dibangun dengan membuat aliran air yang menggunakan pipa terbuat dari bambu, lalu
dihubungkan dengan sungai menuju lokasi pertanian. Apabila sistem irigasi tersebut
Universitas Sumatera Utara
mengalami kerusakan akibat kondisi alam bisa mengakibatkan kerusakan bahkan gagal panen. Batas kepemilikan lahan ditandai dengan adanya parit-parit yang dalam bahasa
setempat disebut dengan bondar golat,
20
20
Gadu -gadu dan bondar artinya parit-parit, tanda pembatas tanah. Istilah gadu-gadu dipakai untuk pembatas tanah di persawahan dan bondar dipakai untuk pembatas tanah di areal perladangan.
di mana jarak antara parit-parit yang satu dengan yang lain biasanya berkisar 20-40 cm. Selain sebagai pembatas tanah, gadu-gadu digunakan
sebagai jalan umum menuju areal pertanian masyarakat. Proses keberlangsungan hidup sebagai petani bukan lagi hal baru bagi masyarakat di
Desa Lumban Silintong. Profesi sebagai petani adalah sistem kerja yang dilanjutkan secara turun-temurun. Rerata mata pencaharian penduduk adalah dari bertani sawah.
Pada hakikatnya di Desa Lumban Silintong areal pertanian tidaklah begitu sempit. Jika melihat perbandingan antara kepala keluarga dengan luas areal yang ada, ternyata dari
120 kepala keluarga tersedia areal pertanian seluas 150 hektar. Dengan demikian, maka tidak jarang dijumpai penduduk yang memiliki areal pertanian lebih dari satu hektar.
Umumnya masyarakat di desa ini memiliki areal pertaniannya berdasarkan warisan orangtuanya, sehingga mereka enggan menjualnya kepada orang lain. Hal ini merupakan
cerminan kearifan lokal dalam menjaga dan melestarikan tanah leluhur mereka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kepemilikan tanah bagi orang Batak Toba adalah merupakan
sesuatu yang sakral. Oleh karena itu, jarang ada penjualan tanah kecuali gadai.
Universitas Sumatera Utara
Tradisi adat masyarakat di Desa Lumban Silintong menganggap bahwa tanah itu sering disebut dengan ulos na so buruk sumber penghidupan yang tidak ada matinya.
21
Masyarakat menjual tanah hanyalah karena adanya kebutuhan tertentu keadaaan paksaaan. Pada awalnya penjualan tanah dilakukan masyarakat selalu mengusahakan untuk
menjual tanahnya pada sesama keluarga keluarga dekat. Masyarakat juga mengganggap bahwa tanah merupakan barang yang sangat berharga sebagai
warisan dari ompu si jolo-jolo tubu nenek moyang dan titipan dari Debata Mulajadi Nabolon
Tuhan Maha Pencipta dan Maha Besar.
22
Selain bertani, masyarakat Lumban Silintong juga bekerja sebagai nelayan. Pada umumnya, nelayan dilakoni oleh masyarakat yang bertempat tinggal di tepi Danau Toba.
Sebagian masyarakat ada yang menjual tanahnya dengan cara marbile tanah dibayar dengan tanah, dan disesuaikan dengan
kondisi tanah. Petani Desa Lumban Silintong umumnya menanam padi. Tanaman palawija ataupun
tanaman keras relatif tidak ada. Untuk pengolahan sawahnya, masyarakat Lumban Silintong masih mempergunakan cara tradisional, yakni membajak dengan memakai tenaga kerbau.
Bahkan membajak dengan memanfaatkan tenaga hewan juga tidak bagi setiap keluarga. Sebagian masih mencangkol dengan tenaga manusia.
21
Bagi suku batak Toba tanah sering disebut dengan ulos naso ra buruk. Tanah di ibaratkan seperti ulos, ulos sebagai pakaian ciri khas batak Toba. Ulos na so ra buruk artinya ulos yang tidak bisa membusuk
atau rusak.
22
Pada masyarakat Batak Toba, menjual tanah sebenarnya tidak dikenal. Mereka hanya mengenal istilah gadai di mana sifatnya adalah tidak permanen. Jadi, ketika si penggadai suatu waktu sudah memiliki
modal untuk menebus tanahnya, maka ia bisa menarik kembali tanahnya dengan mengembalikan uang gadai berikut hitungan ekonomis yang disepakati bisa berbentuk bunga uang. Penggadaian seperti ini menjadi
prasyarat untuk memberikan orang lain kelonggaran untuk merubah pola kerja. Di sisi lain, si penerima gadai telah turut menyumbang pertolongan pada yang membutuhkan. Singkat kata, praktik ini merupakan sikap
tolong-menolong yang mengental di masyarakat Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, nelayan bukanlah tergolong mata pencaharian utama mereka. Menjaring ikan adalah kerja sampingan ketika istirahat dari sawah, saat setelah menanam dan sebelum
panen tiba. Dalam perjalanannya, banyak ditemukan orang-orang Batak yang tinggal di daerah
persawahan. Pendatang pertama, kedua, dan ketiga masih banyak yang tetap bertani, namun sudah ada yang beralih pekerjaan menjadi pedagang atau usaha di luar pertanian.
Perhatikan tabel 5 tentang mata pencaharian penduduk di Desa Lumban Silintong. Tabel 5. Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah orang 1
Petani 456
2 Karyawan
-Pegawai Negeri Sipil -ABRI
-Swasta 17
1 9
3 Nelayan
12 4
PedagangWiraswasta 5
5 Jasa
2 6
Pertukangan 8
7 Pensiunan
7 Total
517 Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 1990
Universitas Sumatera Utara
Para pedagang dan pengusaha juga mempunyai tingkat sosial ekonomi yang lebih baik. Tidak sedikit dari antara mereka yang menyekolahkan anak-anaknya sampai Perguruan
Tinggi seperti di Siantar atau Medan. Sebaliknya petani-petani yang berlahan sempit mengalami kesulitan yang lebih besar, sehingga kebanyakan dari anak-anak mereka hanya
tamat SLTA. Kaum muda tidak ingin tinggal di desa dan bertani, mereka meninggalkan kampung
halamannya untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar di Sumatera, Jawa bahkan ada yang ke Kalimantan dan sebagainya.
Kemampuan mereka untuk mengembangkan usaha di luar sektor pertanian tentu akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Masa depan anak-anaknya pun semakin mendapat
prioritas. Dampaknya antara lain berupa keberhasilan anak-anak mereka bekerja di luar sektor pertanian.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan kebutuhan tahun-tahun belakangan jelas hasilnya tidak mampu mengimbangi kebutuhan akan produk jasa-jasa yang kian hari terus
bertambah. Hal ini telah menjadi dilema bagi petani-petani yang tidak mau melepaskan tanahnya dan tidak ingin beralih ke pekerjaan lain yang lebih produktif.
Mereka kurang tanggap terhadap perubahan yang hanya berpegang pada apa yang tampak dihasilkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Mereka
kurang menyadari bahwa kebutuhan hidup bukan hanya ditentukan oleh apa yang dihasilkan, tetapi juga oleh kemajuan dan kebutuhan di luar produksi yang berkembang dengan lebih
cepat.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, banyak dari antara mereka pindah ke daerah lain. Para petani yang tinggal di desa hanya menggarap sawah tanpa kreatifitas lain yang mendukung. Dengan
demikian terdapat kesan bahwa mereka tidak mampu meraih tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di masa depan.
Ketergantungan hidup pada produksi sawah tidak hanya pada pola pencaharian yang heterogen. Secara umum para petani di Desa Lumban Silintong banyak yang ketinggalan
dalam pola hidup yang sebagian besar sebagai petani. Sedangkan di beberapa daerah dekat jalan raya atau tepi pantai petani-petani yang memiliki lahan luas, memiliki hidup dalam
tingkat sosial ekonomi yang lebih baik. Mereka ketinggalan dibandingkan dengan tetangganya seperti masyarakat Karo yang mengombinasikan pertanian berladang, kebun dan
beternak. Oleh karena situasi ekonomi keluarga yang sulit, sebagian ada yang bekerja keras dan
ada yang memilih pekerjaan yang dianggapnya lebih baik. Kaum wanita ikut membantu kepala keluarga dengan turut serta bekerja ke sawah atau membawa barang dagangan
seadanya ke pasar guna menambah penghasilan. Sementara pada era sebelum 1990 kondisi perekonomian Indonesia relatif tergolong
baik, utamanya di kota. Oleh karena itu, seperti Medan dan Jakarta sangat banyak menampung pendatang baru, baik yang bersekolah atau melanjutkan pendidikannya hingga
pendidikan tinggi maupun sekadar mencari nafkah. Mereka berharap memperoleh sumber penghidupan menetap di kota agar tidak perlu lagi kembali ke bonapasogit kampung
halaman.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, konsep urbanisasi didorong untuk mencari penyelesaian disparitas yang terjadi. Urbanisasi masuk sebagai agenda pemerintah untuk menolong rakyat desa
bangkit dari kemiskinan dan ketertinggalannya. Desa ketika itu dicap sebagai posisi yang selalu ketinggalan zaman. Jadilah eksodus dari desa ke kota. Dengan demikian, desa tetaplah
sebagai peta kemiskinan, banyak warganya yang buta huruf sehingga tak mampu merantau ke kota.
Perlu ditambahkan bahwa kondisi wilayah Tapanuli Utara secara umum dikenal sebagai peta kemiskinan. Tentang peta kemiskinan, penulis mengambil contoh: Tapanuli
yakni pendapatan rata-rata penduduk Tapanuli pada 1986 masih berkisar Rp 240.000kapitatahun, sementara rata-rata pendapatan nasional telah mencapai Rp
600.000kapitatahun. Namun rata-rata nasional ini agaknya disesuaikan dengan standar batas garis kemiskinan yang dipakai Bank Dunia, yakni sebesar US 370kapitatahun atau Rp
600.000.
23
Dengan bertolak dari peta kemiskinan yang ada, mereka kemudian turut menyuarakan agar pembangunan sampai ke Sumatera Utara yang ditempatkan di daerah Tapanuli. Daerah
Angka pendapatan rata-rata penduduk Tapanuli yang jauh di bawah garis kemiskinan menyatakan bahwa Tapanuli memang peta kemiskinan. Hal ini turut pula didukung oleh
lembaga keagamaan seperti Gereja. Kemudian masyarakat perantau Tapanuli juga mengatakan keyakinan tersebut, sehingga mereka terlihat turut hendak menghapus kategori
kemiskinan. Dorongan para perantau ditambah lembaga keagamaan dan juga kaum intelektual perantau berusaha mencari solusi untuk menjawab perihal kemiskinan.
23
Dimpos Manalu, Gerakan Sosial dan Perubahan Kebijakan Publik: Studi Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT. Inti Indorayon Utama di Sumatera Utara
, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009.
Universitas Sumatera Utara
ini didorong sesegera mungkin agar didatangkan aroma pembangunan yang juga dianggap bersamaan dengan datangnya kemajuan. Sekaligus menjawab permasalahan yang melanda
kawasan Tapanuli: kemiskinan. Dengan desakan sebagian masyarakat, akhirnya pemerintah melakukan pembangunan
dalam bentuk perusahaan. Pembangunan sebuah perusahaan diperkirakan menjadi jawaban terhadap persoalan yang sudah mendesak. Perkiraan jika sebuah perusahaan berdiri di daerah
Sumatera Utara seperti Tapanuli serta merta pula akan mendatangkan kemajuan. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat akan meningkat setelah perusahaan tersebut menyerap
warga lokal sebagai pekerjanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN
SILINTONG 1990-2003
3.1 Dampak Pemekaran Kabupaten
Jantung dari pelaksanaan otonomi daerah dari satu sisi adalah terwujudnya sistem hubungan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional. Tujuannya untuk
menunjang berbagai kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh masing-masing tingkat pemerintahan: semuanya diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang cukup.
Inti dari pola hubungan itu adalah terciptanya stabilisasi ekonomi makro dan tercapainya efisiensi kinerja perekonomian karena pembangunan di daerah akan lebih cepat
dan ekonomis bila dikerjakan oleh sumber daya manusia daerah itu sendiri yang nota bene lebih tahu apa yang dibutuhkan daerah. Sementara itu dari sisi politik tujuannya adalah
terpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab hubungan pusat-daerah akan lebih transparan dan adil seiring dengan berkurangnya kesenjangan kaya-miskin antarsektor
dan antardaerah serta antargolongan di seluruh daerah Indonesia. Untuk memadukan tujuan ekonomi dan tujuan politik itu diperlukan adanya kejelasan
batasan dan pembagian tugas serta wewenang antara pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya agar tercipta kepastian, dan jaminan dari segi pembiayaan dan pengawasan di
semua kegiatan dan tingkat pemerintahan. Setelah itu perlu ada peninjauan secara teratur dan transparan untuk menjamin sekaligus peka terhadap dinamika perubahan-perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi di setiap daerah. Tujuannya agar masing-masing tingkat pemerintahan itu sadar sekaligus melaksanakan hak serta kewajiabannya secara adil dan proporsional.
Persoalan otonomi daerah ini semakin menjadi isu penting dalam perkembangan kekinian sehubungan dengan munculnya ide bentuk negara federal dan keinginan daerah-
daerah tertentu memisahkan diri dari NKRI. Oleh karena itu, wacana otonomi ini perlu dibuka seluas-luasnya, misalnya mengenai pertanyaan apakah titik berat pelaksanaan
otonomi daerah pada daerah tingkat I atau tingkat II. Urgensi atau latar belakang lainnya adalah sejalan dengan kelahiran sejumlah realitas
baru sebagai hasil proses reformasi yang telah bergulir. Realitas baru itu adalah pelaksanaan pemerataan antardaerah atau wilayah yang selama ini telah dikembangkan pemerintah pusat,
ternyata tidak diusahakan secara konsisten. Dalam praktiknya, terdapat kecenderungan sebaliknya yang menyulut rasa ketidakadilan dan kekecewaan yang kronis. Persoalan
ketimpangan pembangunan kini terlihat semakin transparan, terutama antara daerah Jawa dan luar Jawa atau antara kawasan Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.
Realitas lainnya adalah sumber-sumber pembangunan yang dimiliki pemerintah pusat semakin berkurang, sementara kebutuhan pembangunan terus meningkat. Semua ini
disebabkan oleh penipisan terus-menerus sumber daya alam dan cara pengelolaan yang dilakukan selama ini. Di samping itu juga, keuntungan komparatif yang bersumber pada
kekayaan sumber daya alam dan buruh kini justru dianggap menjadi bumerang dan bahkan berandil besar dalam meninabobokan keterbelakangan masyarakat. Sebagai alternatifnya,
rakyat semakin ditantang untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dalam teknologi industri dan kualitas tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu pemekaran wilayah merupakan salah satu langkah yang sejak tahun 2000- an banyak dilakukan. Kesempatan ini diperuntukkan demi mempercepat kesejahteraan
rakyat, walaupun tentu saja tahap pencapaiannya belum terlihat maksimal. Setidaknya proses ini merupakan tindakan terbaru dan perlu terus diperbaiki atau ditinjau terus-menerus
pelaksanaannya, sehingga apa yang diharapkan secepatnya terwujud. Pemekaran wilayah dapat diartikan sebagai upaya mendirikan bagian wilayah tertentu
melalui peningkatan kedudukan, baik status maupun peranannya dalam administrasi pemerintahan negara, sehingga masing-masing bagian wilayah tersebut menjadi daerah
otonom. Dengan pengertian tersebut, pemekaran wilayah berarti juga pemberian tanggung jawab pengelolaan pemerintah dan pembangunan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya
masing-masing daerah akan berkembang dalam suatu ikatan negara dan laju pembangunan pada semua wilayah akan semakin seimbang dan serasi.
Berdasarkan UU Nomor 51974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, suatu daerah otonom bertanggung jawab mengatur urusan rumah tangga sendiri. Besar kecilnya
tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator seperti aspek kuantitatif yang mencakup jumlah penduduk, wilayah bawahan, luas wilayah, dan kelengkapan wilayah.
Sedangkan dari aspek kualitatif mencakup kondisi geografis, potensi wilayah dan sumber pendapatan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tersebut menyatakan dengan jelas adanya desentralisasi. Artinya diberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada badan dan
organisasi di daerah untuk melaksanakan pembangunan yang diwujudkan dengan pemberian otonomi kepada daerah untuk menyelenggarakan program-program regional. Dengan
Universitas Sumatera Utara
otonomi tersebut berarti seluruh pertanggungjawaban pengelolaan dan pembiayaan program- program dilakukan pemerintah dan daerah.
Pengelolaan keuangan merupakan hal paling urgen yang diperhatikan dalam otonomi daerah. Di mana dalam aspek keuangan, suatu daerah otonom harus mampu dan mempunyai
rencana penerimaan dan pengeluaran daerah. Daerah otonom yang mandiri lebih mengutamakan sumber-sumber penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah PAD yang
kemudian diperkuat oleh pendapatan yang bersumber dari pemerintah pusat. Oleh sebab itu, sangat tergantung kepada kemampuan aparat pemerintah daerah dalam menggali sumber-
sumber PAD sesuai dengan peraturan yang berlaku.
24
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya
proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dibanding besarnya subsidi yang diberikan oleh pusat. Menurut Suwarno, indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan
total penerimaan daerah.
25
Dalam kaitannya dengan pembangunan wilayah, terdapat tiga unsur yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembangunan dan sangat penting diperhatikan,
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Ketiga unsur tersebut Dalam hal ini kemampuan daerah untuk mengembangkan
kompetensi dalam mengelola secara optimal sumber penghasilan dan keuangan guna pembiayaan aktivitas pemerintahan dan pembangunan merupakan salah satu pilar
pelaksanaan otonomi daerah.
24
Nasyid Majidi, Desentralisasi Klasifikasi Daerah untuk Alokasi Subsidi, Jakarta: Prisma no 8 tahun XX, 1991.
25
Yogi Suwarno, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Makalah pada DIKLATPIM IV BKN, Cipanas, 2009.
Universitas Sumatera Utara
merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu sama lain dan secara bersama-sama mempengaruhi pembangunan.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut ini: a daerah dalam arti tanah, baik yang produktif maupun yang tidak produktif beserta penggunaannya. Dalam pengertian ini terkait
dengan kondisi lokasi letak, luas dan batas yang merupakan kondisi geografis setempat; b penduduk yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian;
c tata kehidupan meliputi pola tata pergaulan warga. Selanjutnya dijelaskan bahwa ketiga unsur tersebut merupakan faktor dasar yang masih harus dikelola untuk mewujudkan
pembangunan. Dalam pengertian bahwa pembangunan itu sendiri ditentukan oleh usaha manusia dan tata geografi.
Sementara itu, nilai-nilai sosial yang merupakan cara hidup masyarakat dapat sebagai penghambat dan pendukung pembangunan. Oleh sebab itu, rencana dan pelaksanaan
pembangunan harus diselaraskan dengan kondisi sosial masyarakat. Sebagai contoh, bagi masyarakat yang masih didominasi sistem ekonomi jasa yang tradisional akan sulit menerima
sistem perekonomian modern yang berhubungan dengan uang umpamanya perkreditan, walaupun diketahui bahwa perekonomian modern tersebut dapat sangat berperan menunjang
kemajuan masyarakat. Salah satu penghambat dalam hal ini adalah hubungan kekerabatan yang sangat erat yang dapat menghalangi proses pengawasan terhadap penyelewengan.
Peran serta penduduk dalam pembangunan dipengaruhi oleh sikap atau penilaiannya sendiri terhadap pembangunan, dan bukan oleh norma-norma yang hidup melembaga di
dalam masyarakat. Nilai-nilai bersifat abstrak dan memberikan pengarahan yang normatif, sehingga tidak dapat atau sangat sulit berubah. Sedangkan sikap manusia lebih realistis,
Universitas Sumatera Utara
sehingga mudah berubah. Juga dijelaskan bahwa sikap merupakan fungsi dari kepentingan, sedangkan kepentingan ditentukan oleh situasi lingkungan.
Sebagaimana pada umumnya semua orang akan berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan. Melihat hubungan demikian, pembangunan dilaksanakan berorientasi bagi
peningkatan kesejahteraan penduduk. Artinya, masyarakat perlu disadarkan bahwa upaya pembangunan yang dilaksanakan adalah demi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat akan berkepentingan dan selanjutnya dicerminkan dalam sikap mendukung pembangunan. Kepentingan masyarakat pedesaan harus bersifat langsung dan nyata. Dengan
kata lain menyentuh aspek-aspek perekonomian masyarakat yang pada umumnya tergolong lemah.
Bagi masyarakat pedesaan, ada kalanya kesadaran akan pentingnya pembangunan harus diperkenalkan dari luar. Penyadaran tersebut dapat dilakukan melalui pemberian
informasi ataupun tekanan-tekanan seperti tekanan ekonomi maupun politik. Dengan demikian, masyarakat akan merasakan pembangunan sebagai kepentingannya sendiri,
sehingga mau melaksanakan pembangunan dengan sukarela tanpa paksaan. Kemudian agar perubahan-perubahan dirasakan tidak melanggar atau menyalahi
norma-norma yang hidup dan dipelihara oleh masyarakat perlu kiranya agar perubahan tersebut didasari suatu prinsip ideologis. Ideologi tersebut akan menjadi alasan pembenar
terhadap perubahan yang direncanakan. Prinsip ideologis tersebut hidup dalam masyarakat dan pada umumnya sebagai motto hidup masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Bagi
masyarakat Indonesia, prinsip ideologis tersebut adalah Pancasila.
Universitas Sumatera Utara
Bagi masyarakat Batak yang mendiami daerah dataran tinggi dan bagi penduduk Desa Lumban Silintong khususnya dinamika kehidupan sosial tercermin melalui kegiatan
pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Akan tetapi hal lain yang memengaruhi dinamika tersebut adalah pemekaran kabupaten.
Dampak pemekaran kabupaten Toba Samosir setidaknya mendorong pertumbuhan pembangunan khususnya di Balige. Dampak pemekaran yang terlihat di Desa Lumban
Silintong di antaranya pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk terjadi dalam dua segi. Pertama, penduduk bertambah karena banyak penduduk asli Lumban Silintong pulang
dari tanah perantauan. Kedua, pendatang yang turut membuka usaha cafe.
26
No Pergeseran penduduk ini menimbulkan kehidupan baru bagi Lumban Silintong. Desa
ini pada akhirnya dikenal luas baik oleh masyarakat Balige maupun dari berbagai daerah lain. Lumban Silintong sebagai tempat strategis berdampak positif terhadap pertumbuhan
penduduk dan pengunjung. Pertumbuhan penduduk dalam dekade ini setidaknya digambarkan oleh tabel berikut:
Tabel 6. Jumlah penduduk Lumban Silintong tahun 2001: Jenis Kelamin
Jumlah 1
Laki-laki 470
2 Perempuan
480 Jumlah
950 Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 2001
26
Wawancara dengan L. Siahaan, Kepala Desa Lumban Silintong, Balige, Jumat 25 April 2014. Lihat juga Mulyadi S, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Dengan bertambahnya penduduk akibat pemekaran kabupaten menyebabkan bertambahnya kebutuhan pemukiman. Pemukiman bertambah tampak seperti di tepi pantai.
Selain rumah-rumah yang bertambah jumlah, cafe merupakan bangunan fisik yang dominan. Kemudian akibat bertambahnya penduduk dan perlu adanya perluasan pemukiman, beberapa
bidang tanah dijual oleh masyarakat. Pertumbuhan penduduk seiring dengan datangnya pemekaran kabupaten dipandang
sebagai langkah pendukung pembangunan. Balige menjadi pusat pemerintahan menjadi daya tarik bagi masyarakat. Itu sebabnya banyak yang memilih pulang kampung, baik meneruskan
pertanian maupun membuka usaha baru. Liefson Siahaan misalnya pada awalnya pulang kampung karena didasari niat
bertobat. Bertobat dalam hal ini dapat diartikan sebagai pergumulan rohani. Tentu alasan lebih jauh yang bersifat pribadi tidak dapat diuraikan. Melangkah lagi melihat rasionalisasi
yang lebih esensi di sini adalah ide untuk memulai usaha jasa di lokasi objek wisata Lumban Silintong.
Liefson mengakui melihat peluang setelah datangnya pemekaran. Pulang dari perantauan waktu itu merupakan isu yang tengah hangat. Slogan “marsipature hutanabe”
menyatakan seruan kepada setiap perantau yang mau pulang kampung untuk membangun kampungnya masing-masing. Di sini, Liefson mengambil keputusan untuk pulang kampung
dan berencana membangun, di antaranya dengan turut meramaikan objek wisata pantai serta menembus perhatian masyarakat dengan menjadi kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan kepala desa yang dia ikuti pertama adalah tahun 2000 dan menang, dilantik 2001. Dia menjabat sebagai Kepala Desa Lumban Silintong di periode pertama pada 2001-
2006. Selanjutnya ia menjabat pada 2013-2018. Selang 2006-2012 dijabat orang lain yang juga masih semarga: Kastel Siahaan.
Kehadiran kabupaten baru mendorong masyarakat untuk beradaptasi mengikuti jalur pembangunan. Bangunan fisik yang menonjol di antaranya pusat perkantoran maupun hotel
atau tempat hiburan juga menyebabkan masyarakat untuk turut ambil bagian. Masyarakat Lumban Silintong dalam hal ini misalnya turut menambah pekerjaan mereka. Selain tetap
bertani, mereka juga dapat menjadi tukang. Oleh karena itu, hadirnya pembangunan fisik menjadi pekerjaan lain yang mereka dapatkan.
Dalam bidang pertanian, masyarakat Lumban Silintong mengalami pergeseran cara bertani. Kebiasaan hidup dalam bentuk tradisional dominan bergeser akibat perkembangan
mekanisasi pertanian di kalangan masyarakat petani. Mekanisasi pertanian di sini sebenarnya tergolong sederhana.
27
Dampak pembangunan yang turut mendorong majunya pertanian tidak bisa lepas dari dibangunnya infrastruktur jalan oleh pemerintah kabupaten. Kondisi jalan yang beraspal
memudahkan mereka bekerja mengelola sawah, mulai dari membajak hingga masa panen Sebagai contoh untuk mengolah sawah, mereka tidak lagi sepenuhnya
menggunakan tenaga manusia atau hewan untuk membajak. Lewat mekanisasi, secara merata mereka telah menggunakan mesin traktor.
27
Mekanisasi pertanian bisa diartikan dengan berbagai sudut pandang. Secara umum mekanisasi pertanian dapat diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk
melangsungkan operasi pertanian. Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi.
http:mektan.blogspot.com200807pengertian-mekanisasi-pertanian.html [diakses pada 28 April 2014, pukul
12:39 wib].
Universitas Sumatera Utara
tiba. Jalur beraspal tentu memungkinkan mereka untuk membeli traktor dan di sisi lain hasil panen bisa diangkut dengan kendaraan roda dua maupun empat. Datangnya kemajuan
tersebut pada akhirnya meringankan beban kerja mereka.
28
28
Jalan aspal baru datang setelah tahun 2000. Sebelumnya jalur di Desa Lumban Silintong masih bermaterial pasir putih, belum sepenuhnya layak dilalui. Apalagi jalan mendaki dari arah pantai ke atas, kala itu
masih sangat memprihatinkan. Hal ini berarti, datangnya jalan aspal adalah dampak dari pemekaran kabupaten. Wawancara dengan Ija Siallagan, pemilik Cafe Panca Jelita, di Lumban Silintong-Balige, Jumat 25 April 2014.
Mekanisasi pertanian seiring pula dengan berjalannya pemanfaatan pupuk pestisida. Seperti dijelaskan di atas bahwa mekanisasi pertanian beserta penggunaan pupuk bertujuan
untuk mendongkrak hasil panen. Selain beban kerja berkurang, hasil panen juga diharapkan bisa naik dua kali lipat. Oleh sebab itu, pemakaian pupuk menjadi hal baru bagi petani padi
Lumban Silintong. Selain itu, pemilihan bibit unggul ataupun jenis padi yang berumur pendek
merupakan pilihan selanjutnya. Menggunakan bibit padi jenis lokal dianggap kurang menguntungkan paling tidak dari segi lamanya dipanen. Sementara jenis padi unggul dengan
umur pendek bisa lebih menambah penghasilan. Paradigma baru bagi masyarakat Lumban Silintong seiring perkembangan zaman.
Dengan pemakaian pupuk, bibit unggul, maka tampaklah intensifikasi pertanian di Lumban Silintong. Sebagai hasil dari intensifikasi tersebut didapat bahwa peningkatan
produktivitas pertanian yang sebelumnya panen sekali dalam setahun, kini berkembang menjadi tiga kali dalam dua tahun. Jika padi sebelum intensifikasi panen sekali setahun,
maka padi jenis unggul bisa panen dua kali setahun dengan umur hanya empat bulan.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, petani padi Lumban Silintong mengatur percepatan tersebut menjadi hanya tiga kali dalam dua tahun. Mereka mempraktikkan bahwa masa istirahat tanah
atau pembusukan harus ada minimal tiga bulan. Artinya, mereka telah memangkas masa tanam sebanyak satu kali dengan melakukan pembusukan tanah untuk waktu yang disisakan.
Hal ini bertujuan agar hasil panen bisa maksimal dalam hitungan rata-rata.
29
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan Menurut warga, jika dipaksakan panen dua kali setahun atau empat kali dalam dua
tahun, maka hasil yang mereka dapat kurang maksimal. Belum lagi mereka harus mewaspadai tikus yang selalu menjadi hama terbesar dan sulit dicari jalan untuk
mengatasinya. Selain tikus, burung menjadi hewan yang sangat merugikan petani. Kemudian mereka juga harus kerja lebih keras menghadapi serangan hama tanaman.
Pemahaman soal intensifikasi didapat warga dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas pertanian terhadap masyarakat desa
Lumban Silintong, khususnya masyarakat yang berdomisili di dusun dua dan empat. Pemahaman dan pemanfaatan teknologi pertanian juga bisa dirasakan langsung oleh
masyarakat yang menerapkannya. Peningkatan produktifitas dengan metode intensifikasi tersebut, secara langsung menambah hasil panen dan juga income masyarakat.
3.3 Kehidupan ekonomi
29
Wawancara dengan Mampe Siahaan, Batu Na Bolon-Lumban Silintong, Sabtu 26 April 2014.
Universitas Sumatera Utara
serta ideologi yang diperlukannya. Defenisi ini mempunyai tiga komponen sebagaimana tampak untuk kita.
Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus-menerus. Kedua teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi, sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat.
Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Dengan kata lain
bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto PDB atau pendapatan
nilai akhir pasar dan jasa yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu.
Dalam defenisi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat bahwa terdapat perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam suatu
waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output per kapita, karena gagal panen misalnya. Namun apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita menunjukkan
kecenderungan menaik bagi output per kapita saja tidak cukup. Oleh karena itu, kenaikan output harus bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain, proses
pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan ekonomi secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan nonekonomi. Para ahli ekonomi yang menganggap faktor produksi sebagai
kekuatan utama memengaruhi pertumbuhan jatuh atau bangunnya perekonomian adalah konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut. Faktor ekonomi
terbagi lagi ke dalam beberapa item yakni sebagai berikut: Pertama, sumber daya alam. Faktor utama yang memengaruhi perkembangan suatu
perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya,
kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi tersedianya sumber daya alam secara
melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber daya alam tak akan dapat membangun dengan cepat sebagaimana dikatakan Lewis: “Dengan hal-hal lain
yang sama, orang dapat mempergunakan lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.”
Kedua, akumulasi modal. Faktor ekonomi terpenting kedua dalam pertumbuhan adalah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
direproduksi. Apabila stok modal dalam batas waktu tertentu mencukupi, hal ini disebut sebagai akumulasi modal atau pembentukan modal.
Dalam ungkapan Nurksee, makna pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan saat ini sekadar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang
mendesak. Akan tetapi, mengarahkan sebagian besar daripadanya untuk perbuatan barang
Universitas Sumatera Utara
modal, alat-alat, mesin-mesin, pabrik, dan peralatan-peralatannya. Dalam hal ini pembentukan modal berarti investasi dalam bentuk barang modal yang dapat menaikkan stok
modal. Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta
mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan: keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki; menggunakan
tabungan untuk investasi barang modal. Ketiga, organisasi. Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan.
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi yang bersifat melengkapi modal, buruh, dan meningkatkan produktivitasnya.
Keempat, kemajuan teknologi. Perubahan teknologi dianggap sebagai sektor paling penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan pertumbuhan
dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan sektor produksi
lainnya. Kelima, pembagian kerja dan skala produksi. Spesialisasi dan pembagian kerja
menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa perekonomian ke arah ekonomi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.
Sementara itu faktor nonekonomi turut menjadi penentu penting lainnya. Pertama, faktor sosial. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
pendidikan dan kebudayaan Barat yang membawa ke arah penalaran reasoning dan
Universitas Sumatera Utara
skeptisme. Ia menanamkan semangat yang menghasilkan berbagai penemuan baru juga merubah cara pandang, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial.
Kedua, faktor manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Ketiga faktor politik dan administratif. Faktor ini juga membantu
pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan administrasi yang kokoh.
Keempat, teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan
out put per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinterkasi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Teori klasik masuk sebagai daftar terdepan dalam menganalisa perkembangan ekonomi. Ahli ekonomi klasik meyakini adanya perekonomian persaingan sempurna dan
hanya ekonomi persaingan sempurna, maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full
employment hanya dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan menurut mekanisme pasar.
Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan. Oleh karena itu, mereka menekankan betapa penting arti tabungan dalam jumlah besar.
Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang investasi, semakin besar keuntungan semakin besar pula akumulasi
modal dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain terdapat teori Ricardian. David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles of Political Economy and
Taxation , bahwa faktor yang terpenting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh,
pemupukan modal, dan perdagangan luar negeri. Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal
melalui tabungan. Tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak dan dengan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga
barang. Kemudian teori Harodd-Domar. Model pertumbuhan Harodd-Domar dibangun
berdasarkan pengalaman negara maju. Harodd-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang
dimiliki oleh investasi. Pertama mereka menciptakan pendapatan dan kedua memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Oleh karena itu,
selama investasi netto tetap berjalan, pendapatan nyata dan out put akan senantiasa tambah besar.
Harodd-Domar mengembangkan analisa Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Setiap usaha harus
menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru.
Dalam hal ini perkembangan ekonomi Desa Lumban Silintong tampak dari aktivitas perekonomian yang bertambah. Selain dari bertani padi, masyarakat Lumban Silintong juga
Universitas Sumatera Utara
bekerja dalam bidang pekerjaan jasa, dagang bahkan nelayan. Selanjutnya simbol perekonomian terbaru seiring dengan bangunnya Balige secara keseluruhan adalah
dikembangkannya bibir pantai Lumban Silintong menjadi objek wisata. Objek wisata pantai pada awalnya hanya sebuah pemandian bagi orang-orang dewasa
di sore hingga malam hari. Petani atau pekerja yang pulang kerja biasanya mandi ke pantai Lumban Silintong. Dengan jalan kaki atau naik kendaraan roda dua melintasi jalan bebatuan
yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, mereka membersihkan tubuh di pantai Danau Toba.
Sepanjang pantai tidak dijumpai bangunan fisik untuk lokasi memandang atau beristirahat sejenak. Semuanya masih alami, utuh pantai dengan pasir dan bebatuan tanpa
sentuhan bangunan. Adapun pemukiman warga satu-dua cukup jauh dari bibir pantai. Lagipula sebagai rumah biasa fungsinya tidak diperuntukkan bagi tamu yang ingin
menikmati pemandangan. Bagi orang yang mandi atau datang ke pantai untuk membersihkan diri, pemerintah
membangun satu toilet sederhana. Toilet ini fungsinya adalah untuk tempat orang berganti pakaian sehabis mandi. Petak berdiri terbuat dari plastik didirikan setinggi orang dewasa
cukup untuk menutup aurat saat berganti pakaian. Demikianlah awalnya, pantai Lumban Silintong sebenarnya telah lama dikunjungi pendatang.
30
Selanjutnya keluarga Ija Siallagan pulang dari perantauan pada tahun 1996. Mereka membersihkan pantai yang tepat berada di belakang rumahnya. Ibu Ija mengatakan bahwa
30
Wawancara dengan Ija Siallagan, Lumban Silintong-Balige, 25 April 2014.
Universitas Sumatera Utara
pada awalnya mereka menebang beberapa rumpun bambu dan membersihkan kotoran kerbau hingga pasir pantai tampak bersih. Sedikit demi sedikit mereka menimbun pantai juga dengan
pasir yang dikumpulkan lalu dibenteng dengan tumpukan goni berisi pasir. Lokasi yang bersih, luas, dan cukup rata setelah ditimbun kemudian dijadikan tempat
untuk memandang alam Danau Toba. Sebagai nelayan, mereka kerap bersantai di lokasi yang mereka bersihkan. Melihat lokasi yang telah dibersihkan, banyak warga yang berdatangan
dan ingin merasakan keindahan pantai. Dari sinilah para pengunjung menawarkan agar lokasi tersebut diperuntukkan untuk umum, yakni berupa cafe.
Pada tahun 1996 ini juga, berdirilah sebuah cafe pertama di Lumban Silintong. Keluarga Ija menamai usaha mereka dengan Cafe Panca Jelita. Inilah awal Lumban Silintong
berkembang sebagai daerah wisata di Balige. Pada masa awal berdirinya Cafe Panca Jelita, pengunjung ramai, terutama saat hari-hari besar, seperti Hari Kemerdekaan 17 Agustus,
Paskah, Natal dan Tahun Baru serta hari libur sekolah. Pengunjung masih ramai sekalipun malam menjelang. Malam di lokasi wisata ini
pada 1996 masih gelap gulita. Masyarakat masih menggunakan lampu teplok sebagai penerang rumah mereka. Demikian pula dengan Panca Jelita. Paling tinggi mereka
menggunakan petromaks yang bisa empat sampai lima buah. Selain cafe yang mulai meramaikan objek wisata, terdapat juga peternakan ikan milik
pengusaha asal Thailand.
31
31
Wawancara dengan M. Damanik, Lumban Binanga-Lumban Silintong, Jumat 25 April 2014.
Lokasi peternakan ikan ini berada di Lumban Binanga Dusun tiga dari Desa Lumban Silintong paling ujung atau sederetan dengan Panca Jelita. Artinya,
Universitas Sumatera Utara
peternakan ikan juga belum teraliri listrik PLN. Namun demikian, peternakan ikan milik orang Thailand ini memakai genset sebagai sumber energi listrik. Listrik genset ini baru ada
sejak 1997. Lisrtik inilah yang juga digunakan oleh Cafe Panca Jelita selama empat tahun. Selain itu pengunjung dapat juga menikmati kegiatan memancing ikan yang cukup
potensial. Biasanya para wisatawan menghabiskan waktunya selama berjam-jam sepanjang sore di pinggiran Danau Toba. Sayangnya pengelola wisata Lumban Silintong belum
menyediakan sewa pancing, sehingga pengunjung masih harus mengandalkan pancingan sendiri.
Sajian wisata panorama Lumban Silintong jika dilihat dari segi aspek fasilitas untuk menikmati lukisan alam Danau Toba sebenarnya sudah memadai. Pada tepi-tepi danau kita
tidak akan mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi yang pas dan aman untuk bersantai dan memanjakan mata untuk menikmati karunia Tuhan itu. Sekaligus ditambah sajian yang
membuat lidah bergetar kala mencicipi hidangan ikan bakar, ikan yang baru ditangkap. Jadi, potensi yang dimiliki Desa Lumban Silintong sangat cocok mendapat
pengembangan lebih lanjut dalam kategorinya sebagai objek wisata pantai. Hal ini mengingat objek wisata yang dikembangkan secara optimal di Sumatera Utara belum begitu maksimal.
Eksotisme nuansa pariwisata yang khas dan tersendiri bisa dinikmati misalnya alam Lumban Silintong ini.
Selama ini pengembangannya belum diperhatikan secara serius. Kekurangseriusan pengelolaan ini dapat dilihat dari infrastruktur jalan di mana jalan menuju objek wisata ini
masih cukup sempit dan di sepanjang jalan menuju daerah ini akan banyak ditemui lubang-
Universitas Sumatera Utara
lubang yang sangat mengganggu kenyamanan dalam menikmati panorama keindahan Danau Toba dan Bukit Barisan. Ditambah lagi kurangnya fasilitas seperti angkutan umum untuk
mengakses daerah wisata ini. Pengembangan tempat wisata ini telah dilakukan pada segi sarana dan prasarana.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa standar pariwisata berbeda dengan standar umum. Diperlukan bidang khusus tata ruang dan jalan pariwisata untuk membantu terciptanya
kenyamanan, keamanan, dan pemenuhan estetika kepariwisataan di sepanjang jalur ini. Berdasarkan kebijakan dan visi pemerintah akan pembangunan daerah ini di bidang
pariwisata untuk meningkatkan arus wisatawan, maka sangatlah sesuai apabila daerah objek wisata Lumban Silintong ini menjadi salah satu daerah yang akan dikembangkan.
Pembangunan pariwisata yang dimaksud adalah dengan mengarahkan pembangunan bentuk fisik tata ruang kawasan wisata dengan perencanaan yang mantap.
Sehubungan dengan pengembangan objek wisata pantai Lumban Silintong, masyarakat desa ini pada galibnya turut mengembangkan objek wisata dengan membuka
beberapa usaha sebagai korelasi bagi wisatawan. Artinya, kebutuhan wisatawan dapat dipenuhi oleh masyarakat setempat dengan menyediakan berbagai jenis usaha. Salah satu
jenis usaha yang berkembang di pinggir pantai Lumban Silintong adalah usaha restoran atau cafe. Dengan demikian, pengunjung bisa menikmati panorama Danau Toba sambil meneguk
minuman ataupun sambil makan bahkan bersantai di tempat yang telah disediakan. Cafe restoran yang dibuka pada awalnya tidak menarik kunjungan wisatawan. Hal ini
disebabkan oleh adanya anggapan masyarakat yang negatif terhadap usaha ini. Namun
Universitas Sumatera Utara
seiring perkembangan waktu, khususnya menjelang tahun 2000-an, masyarakat pengusaha cafe restoran mengubah wajah usaha mereka. Anggapan negatif masyarakat terhadap jenis
usaha mereka segera dihilangkan. Kini masyarakat pengunjung bebas datang dengan rombongan keluarga ditambah
dengan fasilitas yang telah disediakan. Lewat pembersihan nama baik tadi, Lumban Silintong kini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang barangkali bosan dengan
pemandangan di Parapat atau daerah lainnya yang telah banyak dikunjungi orang. Usaha masyarakat pun tampaknya semakin bertumbuh ketika objek wisata pantai ini dikembangkan.
3.2 Kehidupan sosial
Sementara perkembangan kondisi sosial pada masyarakat petani seakan-akan lebih maju bila dibandingkan dengan tingkat perkembangan pertanian sebagai mata pencaharian
pokok. Hidup dengan gaya kekotaan tergambar melalui aktivitas penduduknya sehari-hari umumnya di luar kegiatan pertanian. Untuk pergi ke ladang mereka telah menggunakan roda
dua yang digunakan hanya sebagai transport saja. Pola hidup di tengah-tengah keluarga diwarnai oleh kehidupan materialistis. Akibatnya hidup saling ketergantungan, baik secara
individu maupun per kelompok sudah berkurang dalam kehidupan sehari-hari. Tolong- menolong sesama anggota masyarakat sebagian besar terlaksana melalui bantuan berbentuk
uang. Perubahan-perubahan pada kondisi sosial masyarakat petani Desa Lumban Silintong
pada periode 1990-2003 sebagian besar akibat mekanisasi pertanian dan kemajuan Balige
Universitas Sumatera Utara
yang telah menjadi lalu lintas perdagangan maupun jalur lintas transportasi darat yang menghubungkan Balige-Medan bahkan salah satu jalur trans-Sumatera.
Pengaruh luar yang masuk selalu mendapat perhatian dan rasa menarik dari setiap individu. Hubungan timbal balik antara penduduk desa ini dengan daerah lain tidak dapat
dibatasi, mengingat kurangnya fasilitas tempat pemasaran hasil pertanian penduduk. Di samping hal tersebut yang berpengaruh besar dalam perubahan kondisi sosial tadi, juga tidak
terlepas dengan adanya interaksi sosial yang terjadi secara ekstern biasa terjadi melalui media massa yang dimiliki masyarakat.
Melalui media massa, umumnya penduduk selalu menimbulkan suatu reaksi baik secara individu maupun secara kelompok. Tingkah laku seseorang sering menjadi perhatian
di kalangan masyarakat lainnya, sehingga lama-kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan baru di tengah-tengah kehidupan masyarakat mayoritas. Struktur masyarakat yang tadinya
berlaku berdasarkan adat-istiadat dalam bermasyarakat, kini bergeser ke arah penentuan berdasarkan tingkat ekonomi yang semakin maju.
Jadi, dengan peningkatan taraf hidup dan pengejaran-perkembangan ekonomi tadi, selalu berpengaruh langsung terhadap kondisi sosial. Dinamika sosial yang terjadi melalui
orientasi masyarakat ke arah hidup yang kompleks dan praktis juga mengakibatkan tidak terbendungnya unsur-unsur luar untuk masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, maka perubahan pola pikir dari penduduk desa ini mulai kelihatan secara nyata, yaitu dari bentuk tradisional ke arah yang materialistis. Pesta-pesta adat yang terlaksana tidak
terlepas dari perkiraan-perkiraan secara ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendapatan ataupun penghasilan sering kali mempengaruhi pola kehidupan sosial bermasyarakat dalam suatu daerah. Perubahan yang terjadi di dalam pola kehidupan
petani di Desa Lumban Silintong sangat dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Kemajuan zaman tidak lepas dari siklus hidup masyarakat, sehingga kehidupan sosial mereka
mengalami sedikit pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya. Dalam pergaulan sehari-hari di kalangan masyarakat telah terintegrasi pula terhadap
zaman yang bergerak maju. Penduduk Lumban Silintong tidak lagi terlihat sebagai kelompok masyarakat yang hidup jauh dari riuh rendah aroma kota. Hadirnya pembangunan misalnya
membawa dampak besar bagi mobilitas masyarakat. Bingkai kehidupan sosial mereka mengalami peningkatan. Paling tidak kendaraan
roda dua adalah keniscayaan yang menandakan pertumbuhan ekonomi sekaligus kehidupan sosial mereka. Selain itu tidak sedikit pula yang memiliki kendaraan roda empat dan bahkan
usaha-usaha jasa seperti restoran dan sebagainya yang turut menjadi bagian dari peningkatan kehidupan sosial masyarakat Lumban Silintong.
Walaupun demikian, pola pertanian masih mendominasi bahkan tidak dapat dipisahkan. Sebagai petani padi, khususnya, pergeseran kehidupan sosial terlihat ketika
panen atau bahkan saat pembajakan hingga penanaman. Di sini warga telah lebih akrab mencari pekerja untuk membantu memanen padinya. Selain karena sudah relatif sulit
mencari remaja atau anak muda untuk bekerja, kaum tua pun memiliki alasan tersendiri untuk hal ini.
Universitas Sumatera Utara
Jika sebelumnya sistem marsiadapari masih erat terjalin, namun seiring perkembangan zaman hal itu mulai terkikis. Sikap gotong royong yang menjadi salah satu
penanda tingginya solidaritas sosial, kini seakan tidak pernah ada. Konteks zaman belakangan ini adalah solidaritas berdasarkan nilai mata uang atau materi. Itu sebabnya saat
membajak, menanam apalagi panen, maka si pemilik padi kerap kali harus mempersiapkan materi untuk mencari pekerja.
Itu sebabnya pergeseran nilai adat sudah terjadi. Dengan adanya perlatan teknologi pertanian serta mudahnya akses ke persawahan serta timbulnya keinginan untuk memperoleh
hasil lebih dengan pengeluaran sekecil-kecilnya menyebabkan rutinitas bersawah tidak lagi serentak. Dengan kata lain, akibat mengejar produktivitas pertanian persepsi petani bergeser.
Contoh konkret di lapangan ketika penelitian terlihat sawah dengan beragam jenis padi menurut usia tanam. Ada yang baru menanam. Di sebelahnya sudah mau mengeluarkan
bulirnya dan bahkan ada yang sedang panen. Demikianlah pergeseran tradisi turut berefek domino hingga mengajak orang lain untuk bekerja.
Bekerja untuk orang lain adalah sebentuk kelas sosial baru yang diwujudkan dengan kepentingan tunai. Sehingga hal sebaliknya belum tentu berlaku. Artinya kalau satu keluarga
mempekerjakan beberapa orang untuk menggarap tanahnya, maka cukup hanya materi sebagai penggantinya. Berbeda dengan sifat marsiadapari yang mengandalkan simbiosis
mutualisme, di mana keuntungan yang diperoleh tidak semata berdasarkan jumlah uang. Namun, ketika satu rumah tangga dibantu oleh orang lain, maka giliran berikutnya si rumah
tangga yang dibantu tadi akan membantu rumah tangga yang turut membantunya tadi.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, batasan kehidupan sosial mereka masih terjaga paling tidak hingga masa acara pesta adat. Dalam ramah tamah atau adat-istiadat tersebut, mereka masih
memiliki kesamaan sehingga tetap bisa hidup harmonis. Kombinasi adat dan keagamaan yang diurai menjadi satu-kesatuan, walaupun tidak sepenuhnya, masih berlaku.
Selain itu ikatan kekerabatan yang ditunjukkan dalam marga masih tetap utuh terpelihara. Hal ini merupakan bagian dari kearifan lokal yang telah melekat dalam diri orang
Batak. Marga merupakan identitas terdepan yang digunakan untuk menelusuri asal-usul ataupun keterkaitan kekerabatan. Untuk menelusuri kekerabatan ini maka dilakukan dengan
tarombo sejenis silsilah. Kekerabatan pada masyarakat Batak memiliki dua jenis, yaitu kekerabatan yang
berdasarkan pada garis keturunan atau genealogis dan berdasarkan sosiologis. Semua suku bangsa Batak memiliki marga. Inilah yang disebut dengan kekerabatan berdasarkan
genealogis. Sementara kekerabatan berdasarkan sosiologis tercipta melalui perkawinan. Sistem kekerabatan muncul di tengah-tengah masyarakat karena menyangkut hukum antara
satu dengan yang lain dalam pergaulan hidup. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan adat adalah ikatan sedarah yang disebut
dengan marga. Marga ini berfungsi sebagai tanda adanya tali persaudaraan di antara mereka. Masing-masing puak memiliki ciri khas nama marganya dan satu puak bisa memiliki banyak
marga. Sebagai contoh di Lumban Silintong terdapat mayoritas marga Siahaan. Kesemua marga itu terjalin hubungan baik sebagai satu kesatuan di dalam adat dan lingkungan
Lumban Silintong.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA
LUMBAN SILINTONG
Masyarakat petani yang tinggal di daerah pedesaan Tapanuli masih terikat terhadap sistem jaringan-jaringan sosial menurut sistem tradisional. Keterikatan individu dalam
kaitannya sebagai anggota masyarakat berpengaruh langsung dalam tingkah laku masyarakat sehari-hari. Kebersamaan dan saling ketergantungan dalam kehidupan sehari-hari tidak
jarang pula menciptakan hal-hal baru sekaligus menjadi norma sosial yang didukung bersama.
Upacara-upacara khusus yang bersifat religius dilakukan sama halnya dengan adat- istiadat yang berlaku. Fungsi adat dilakukan sesuai ajaran orang-orang terdahulu. Ide-ide
baru yang timbul setiap individu maupun dari satu kelompok masyarakat selalu disebarluaskan pada saat-saat diadakan upacara-upacara keagamaan.
Upacara-upacara keagamaan maupun upacara-upacara adat sangat berperan penting dalam pengaturan arah gerak masyarakat secara umum dalam menghadapi pengaruh-
pengaruh luar. Sebab dalam bentuk upacara yang dilakukan selalu nampak unsur-unsur baru yang mungkin telah diterima oleh masyarakat mayoritas secara disadari maupun tidak
disadari.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi sosial yang timbul secara intern atau hubungan antara individu ke luar lingkungan interaksi sosial ekstern selalu meminta persetujuan bersama. Hal ini dapat
dilakukan pada saat adanya upacara-upacara adat dan keagamaan. Pengenalan unsur-unsur baru ke daerah pedesaan menimbulkan daya tarik tersendiri
pada masyarakat. Bagi Lumban Silintong unsur-unsur baru yang masuk selalu dianggap baik bila tidak bertentangan dengan kepercayaan yang dianut secara keseluruhan oleh penduduk
desa. Terutama setelah berpengaruhnya agama Kristen dan perkembangan pendidikan serta perekonomian, mereka berusaha mencari jalan ke luar yang lebih praktis.
Tuntutan ekonomi dan perkembangan pendidikan berhasil mengurangi kegiatan- kegiatan mereka dalam mempertahankan keunikan-keunikan dari kebiasaan-kebiasaan lama.
Di samping itu, munculnya mekanisasi pertanian dan sistem tanam berganda untuk mengimbangi perkembangan ekonomi semakin meningkat. Hal tersebut diterima dan
dimanfaatkan oleh petani tanpa melihat atau memperhatikan efek yang diakibatkannya. Pengenalan alat-alat baru serta jenis tanaman yang bermacam-macam dan juga
dengan sistem pola tanam baru, mengakibatkan hilangnya kepercayaan petani terhadap upcara-upacara dalam penanaman pada areal pertanian. Upacara penanaman yang dilakukan
berdasarkan adat-istiadat sudah tidak mendapat dukungan yang serius lagi dari masyarakat petani. Mereka berlomba untuk berusaha dalam usaha pertanian dengan menggunakan
sistem-sistem baru yang berhasil mereka ketahui melalui penerapan mekanisasi pertanian. Dalam situasi bergesernya pandangan petani Lumban Silintong dari kebiasaan-
kebiasaan lama ke arah penerapan sistem mekanisasi pertanian, usaha mereka diperkuat oleh
Universitas Sumatera Utara
pengaruh agama Kristen. Agama Kristen juga turut mencampuri kegiatan-kegiatan masyarakat petani khususnya yang bersangkutan dengan bentuk kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan lama yang selalu dikaitkan dengan keberhasilan bercocok tanam dan peranan adat dikurangi oleh pengaruh agama Kristen secara berangsur-angsur.
Kegiatan-kegiatan sosial yang berbau magis dan yang bercampur dengan adat kebiasaan berhasil disaring oleh peranan agama Kristen.
Keberhasilan beragama tadi menyebabkan keyakinan masyarakat di luar ke-Esa-an Tuhan menjadi hilang. Di samping itu juga tuntutan kebutuhan hidup yang begitu meningkat
menyebabkan masyarakat harus merubah pola hidup yang lama ke arah yang baru sesuai dengan tuntutan zamannya.
Jadi, perkembangan kehidupan yang terjadi di kalangan petani Lumban Silintong tidaklah semata-mata diakibatkan faktor intern saja. Melainkan yang dominan merubah
keadaan tersebut adalah faktor dari luar kehidupan mereka. Di mana unsur baru yang masuk selalu berhasil mengarahkan penduduk sesuai dengan tujuan pengaruh itu sendiri.
4.1 Faktor Agama
Sejak lama umat beragama khususnya bagi pemeluk agama Kristen telah menampakkan aktivitas mereka. Pengenalan agama Kristen pada masyarakat Desa Lumban
Silintong berhasil mendobrak aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta upacara-upacara yang berbentuk penyembahan kepada roh-roh. Sejak tahun 1940-an seluruh
masyarakat desa ini telah memeluk agama Kristen Protestan.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat ketaatan umat beragama di desa ini dapat dilihat melalui jumlah penduduknya yang melakukan peribadatan setiap hari Minggu. Kaum muda maupun tua
tidak ketinggalan pergi ke gereja setiap Minggunya. Bagi individu yang tidak turut berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan atau bagi orang yang berusaha mempertahankan
kepercayaan lama dianggap sebagai golongan tersendiri atau dengan kata lain mereka tidak akan diturutsertakan pada keseluruhan kegiatan sosial yang dilakukan oleh golongan
pemeluk agama Kristen. Sesuai dengan keterangan yang diperoleh pada saat penelitian, dapat ditarik hipotesa
bahwa pengaruh agama Kristen ke Desa Lumban Silintong telah ada sejak periode 1930. Pengaruh agama yang dominan di desa ini adalah agama Kristen Protestan. Di mana jumlah
penganut agama Kristen pada tahun 1990 mencapai 99 dari seluruh jumlah penduduk. Selengkapnya lihat secara rinci tentang jumlah penduduk berdasarkan kepercayaan
yang ada sampai 2001: Tabel 7. Distribusi penduduk Lumban Silintong berdasarkan agama
No Agama yang Dianut
Jumlah orang 1
Kristen Protestan 937
2 Katholik
12 3
Islam 1
4 BudhaHindu
- 5
PenganutPenghayat Kepercayaan terhadap TYME -
Jumlah 950
Sumber: Kantor Kepala Desa Lumban Silintong, 2001
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas-aktivitas per kelompok maupun per individu dipersatukan dalam kegiatan- kegiatan yang timbul akibat aktivitas penduduk berbeda yang diselaraskan melalui persatuan
di bawah kepercayaan yang homogen. Rasa solidaritas dan persamaan pelapisan dipupuk dan diarahkan kepada masyarakat melalui ajaran agama yang berpedoman bahwa manusia pada
hakekatnya adalah sama di hadapan Tuhan. Keterikatan antara kelompok maupun antara individu mayoritas ditonjolkan melalui
kegiatan keagamaan tersebut. Pemasukan unsur-unsur baru yang dapat memengaruhi arah gerak masyarakat itu selalu disesuaikan dengan ajaran agama.
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa pengaruh agama yang masuk ke Desa Lumban Silintong berhasil merubah sikap dan orientasi masyarakat petani dalam menentukan
sikap tata pergaulan masyarakat sehari-hari. Keterbukaan serta penyaringan pengaruh luar terhadap kehidupan masyarakat terwujud setelah mereka dipengaruhi unsur agama yaitu
agama Kristen. Prinsip hidup yang berfungsi untuk menumbuhkan semangat kerja didapati melalui khotbah-khotbah pendeta di gereja yang dilakukan setiap hari Minggu.
Sifat dasar dari ajaran agama yang berpengaruh khususnya dalam menentukan sikap dan pandangan hidup yang baru maka ajaran tersebut selalu dihubungkan dengan sistem
kehidupan sosial. Di mana unsur-unsur agama tadi berusaha untuk merubah kehidupan sosial sebelumnya yang diwarnai oleh kekuatan-kekuatan gaib dan pelapisan sosial anggota
masyarakat. Ajaran agama berhasil merubah kondisi sosial masyarakat petani dari yang tradisional
ke arah sistem hidup yang lebih rasional. Rasa tidak puas masyarakat yang timbul akibat keadaan alam lingkungannya dapat diatasi dengan menyerahkan diri kepada kuasa Tuhan
Universitas Sumatera Utara
Yang Maha Esa. Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kepercayaan dalam keberhasilan usaha mereka bertambah dari sebelumnya.
Kegiatan-kegiatan sosial seperti upacara-upacara penyembahan roh-roh dalam kaitannya dengan pertanian nampak makin berkurang sejak berkembangnya agama Kristen.
Pemborosan-pemborosan waktu akibat keunikan-keunikan upacara dari aliran kepercayaan sudah tidak berperanan penting lagi di tengah-tengah kehidupan masyarakat petani Desa
Lumban Silintong. Aktivitas lain nampak menonjol dari kelompok penganut agama Kristen Protestan. Di
mana pada saat-saat terjadinya musibah dan bersyukur para penganut agama Kristen selalu mengatasinya melalui kesatuan anggotanya yang terhimpun dalam satu kepercayaan.
Sumbangan-sumbangan atau bantuan-bantuan yang diterima dari anggota masyarakat selalu diatasnamakan di bawah kebijaksanaan agama yang dianut.
Berita-berita baru atau kegiatan pesta adat selalu diberitakan kepada khalayak ramai melalui perkumpulan gereja yang lazim disebut dengan tinting gereja. Dengan demikian
maka bagi penduduk yang tidak masuk gereja pada hari-hari Minggu selalu merasa ketinggalan untuk dapat mengetahui tentang hal-hal baru khususnya yang terjadi pada
lingkungan mereka.
4.2 Faktor Pendidikan
Usaha membangun dunia pedesaan tidaklah selamanya dengan usaha meningkatkan produksi pertanian. Bila dilihat dari kenyataan yang ada bahwa perkembangan pendidikan
khususnya juga berperanan penting dalam kaitannya dengan peningkatan kehidupan masyarakat desa.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan keterangan para informan yang berhasil diwawancarai mengatakan bahwa kegiatan pertanian dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang
lumayan tidaklah hanya untuk pengajaran tingkat ekonomi rumah tangga saja. Melainkan mereka seakan-akan terdesak oleh adanya tuntutan di luar kebutuhan primer, yaitu biaya
pendidikan bagi anak-anak mereka. Hasil produksi pertanian diusahakan hanya sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan
primer saja. Meskipun demikian, pendidikan terasa penting dan berhasil menyusup ke tengah-tengah kehidupan masyarakat petani, sehingga nampak suatu perubahan yang
mendasar dalam pola hidup masyarakat petani desa ini. Situasi yang demikian terlihat pada satu keluarga yang memerlukan pengenalan pendidikan atau masih duduk di bangku sekolah.
Pengejaran ke arah pemilikan barang-barang yang bersifat tahan lama seperti tanah, emas dan sebagainya menjadi bertambah besar di kalangan masyarakat petani Desa Lumban
Silintong. Mereka mulai nampak lebih mementingkan pendidikan anak-anak mereka daripada kemewahan hidup. Hal ini terbukti dengan jumlah pelajar Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi pada 1990 mencapai 762 orang. Melihat ke arah aspek lain, misalnya dengan jumlah pertambahan penduduk yang
mencapai rata-rata tujuh kepala keluarga setiap tahunnya menimbulkan rasa cemas di kalangan masyarakat petani. Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa lama kelamaan
bagi anak-anak mereka tidak akan dapat lagi memiliki tanah sebagai tempat pertanian. Jadi, orangtua selalu berusaha merubah nasib anaknya untuk tidak hidup dengan
bertani. Dalam usaha yang demikian, penduduk Desa Lumban Silintong khususnya berusaha mengarahkan anak-anak mereka ke dunia pendidikan dengan harapan dari ilmu pengetahuan
yang dimiliki akan dapat menghidupi keluarganya kelak.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, peranan orangtua di desa ini pada umumnya telah merubah sistem pertanian mereka dari sistem tradisional menjadi sistem yang lebih maju. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mengimbangi dan mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
4.3 Faktor Mekanisasi Pertanian
Perubahan sistem politik kekuasaan mulai terjadi sejak awal abad XX, yaitu masuknya kolonial Belanda ke Tapanuli. Melalui misi penyebaran agama Kristen, Belanda
berhasil menumpangkan kekuasaannya di daerah Tapanuli. Proses perekonomian rakyat yang sebelumnya berlaku dengan sistem tukar barang dengan barang barter berubah ke arah yang
lebih praktis, tepatnya dengan adanya pengenalan mata uang. Peredaran uang terasa berperan penting dalam hubungan ekonomi rakyat secara
keseluruhan. Pengejaran mata uang di luar kebutuhan primer terasa meningkat di kalangan masyarakat petani. Produksi pertanian diusahakan semaksimal mungkin untuk dapat
mengikuti perkembangan ekonomi yang diwarnai oleh peranan uang sebagai alat tukar. Perkenalan sistem pemerintahan baru timbul kembali di masa pendudukan Jepang
1942-1945. Kedudukan Jepang umumnya berpengaruh besar terhadap tingkat ekonomi masyarakat pedesaan. Masyarakat petani dipancing dengan nilai uang untuk berusaha
memproduksi pertanian mereka sebanyak mungkin. Tanaman-tanaman baru serta teknik-teknik penanamannya diperkenalkan secara baik
kepada petani. Penampungan-penampungan dari hasil tani penduduk diusahakan sebaik mungkin untuk menjaga kebosanan para petani dalam menanam. Kegiatan-kegiatan sosial
yang menonjol selain kegiatan pertanian dibatasi oleh pemerintahan Jepang dan masyarakat hanya diberi kesempatan dalam usaha meningkatkan sistem pertanian mereka.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang demikian terbawa terus sampai zaman kemerdekaan. Di mana ambisi masyarakat untuk mengejar mata uang melalui usaha pertanian bertambah besar di zaman
kemerdekaan. Produksi tani yang hanya mampu memenuhi kebutuhan primer saja sudah dianggap jauh dari cukup. Perkembangan ekonomi selalu diimbangi dengan tingkat kemajuan
mekanisasi pertanian untuk dapat memproduksi semaksimal mungkin, sehingga tidak jarang pula tani terbentur dengan tidak stabilnya harga-harga hasil tanaman mereka.
Bila dilihat khususnya bagi petani Desa Lumban Silintong, bahwa mereka telah berorientasi mengejar taraf hidup yang lebih tinggi melalui peningkatan sistem pertanian
sejak zaman kemerdekaan. Hal ini terbukti bahwa masyarakat petani Desa Lumban Silintong terus meningkatkan hasil pertaniannya dengan mengandalkan sawah. Karena padi merupakan
tanaman utama yang turun-temurun dipercaya sebagai tanaman untuk bertahan hidup survive.
Keunikan-keunikan dalam sistem pertanian sebelumnya yang berhubungan dalam bentuk kepercayaan lama-kelamaan disesuaikan dengan pandangan rasional dan mengikuti
arahan agama. Hal ini dikarenakan para petani yang telah mengenal sistem pertanian modern, baik didapat melalui pengalaman maupun lewat penyuluhan pertanian. Dalam keadaan
seperti ini, petani tidak memiliki masa istirahat terutama dalam areal pengerjaan pertanian. Pengenalan alat-alat baru pertanian seperti traktor, alat-alat penyemprot dan
sebagainya berpengaruh langsung dalam kegiatan pertanian. jenis-jenis pupuk dan racun hama untuk tanaman tidak begitu sulit lagi mendapatkannya di pasaran. Tuntutan kerja dari
jenis tanaman yang ditanam juga sering menimbulkan akan kepentingan tenaga buruh di kalangan petani.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan tingkat ekonomi yang dicapai bagi masyarakat petani begitu seimbang dengan perkembangan yang terdapat di lingkungan mereka. Tidak jarang pula para petani
telah mampu membeli barang-barang mewah sebagai kebutuhan sekunder, misalnya radio, tape recorder, televisi dan lain sebagainya.
Dengan pemilikan barang-barang tersebut masyarakat petani Desa Lumban Silintong bisa berinteraksi dengan dunia luar tanpa harus berkonsultasi sesama mereka. Jadi, dapatlah
dikatakan bahwa kemampuan penduduk untuk memiliki barang-barang mewah jelas mengurangi fungsi pemuka-pemuka desa sebagai penggerak dari kelanjutan kehidupan
mereka. Keterbukaan masyarakat petani Desa Lumban Silintong sebagian besar terjadi karena
lancarnya informasi dari dunia luar yang didapat melalui media massa yang ada seperti televisi, radio, dan surat kabar. Akibat pandangan tersebut, maka petani berlomba untuk
memiliki uang tanpa memperhatikan lebih serius tentang usaha kelestarian budaya asli yang menyangkut data kehidupan sehari-hari.
4.4 Objek Wisata
Lumban Silintong kini banyak didatangi pengunjung, baik anak muda yang ingin menikmati pemandangan bersama rekan, keluarga yang ingin mandi-mandi di tepi pantai,
bahkan sampai peneliti seperti mahasiswa yang hendak menyusun tugas akhir. Kunjungan tamu seperti ini disebabkan adanya objek wisata pantai.
Universitas Sumatera Utara
Objek wisata Lumban Silintong sangat terkenal di Balige. Daerah ini selalu didatangi orang hampir setiap hari. Selain bersantai menikmati pemandangan dengan fasilitas seperti
cafe, pengunjung juga bisa memancing ikan. Sepanjang pantai Lumban Silintong terdapat cafe tempat bersantai yang dikelola dengan baik. Beragam jenis cafe mulai dari yang
sederhana sampai yang memiliki fasilitas lengkap. Objek wista pantai ini hampir setiap Minggu dan hari-hari libur ramai dikunjungi
wisatawan lokal. Wisatawan dari luar Sumatera Utara maupun luar negeri juga terlihat menikmati keindahan panorama Danau Toba yang dapat dinikmati dari kafe-kafe yang
terdapat di sepanjang pantai atau di tepi-tepi pantai pasir putih Danau Toba. Buah termanis bagi Lumban Silintong dari pemekaran kabupaten adalah
berkembangnya objek wisata. Dari sini terpancar pula perkembangan sosial ekonomi Lumban Silintong yang meningkat. Peningkatan dimaksud selain semakin bertambah
ramainya objek wisata pantai, gedung peribadatan pun turut menjadi saksi bahwa perkembangan ekonomi di Lumban Silintong naik cukup siginifikan.
Sampai tahun 2000, Gereja belum ada di desa ini. Pada umumnya masyarakat masih harus ke Hinalang desa tetangga di sebelah utara atau ke ibukota kecamatan Balige untuk
beribadah setiap Minggu. Namun sejak 2003, berdiri Gereja Kristus Apostolik GKA atau sekarang berganti nama menjadi Gereja Kristus Jemaat Rasuli GKJR. Selain itu, terdapat
juga Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang cukup megah dengan gaya arsitektur Eropa.
Universitas Sumatera Utara
Berikutnya berdiri pula gedung sekolah untuk anak pra-Sekolah Dasar. Bangunan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD dibangun oleh pemerintah kabupaten, namun pada
akhirnya pengelolaannya disampaikan pada pihak perorangan dan desa dengan didanai dari Anggaran Dana Desa ADD.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Lumban Silintong dapat disimpulkan meningkat. Tanpa bermaksud mengulang, peningkatan dimaksud tampak dari segi
pertambahan penduduk: sensus penduduk 1987 berjumlah 517 jiwa menjadi 950 dalam sensus penduduk 2001. Berikutnya yang menggambarkan peningkatan sosial ekonomi
masyarakat Lumban Silintong adalah pembangunan fisik, seperti jalan aspal, listrik PLN, pemukiman, dan paling banyak yaitu bangunan cafe di tepi pantai. Banyaknya cafe turut pula
menandakan perubahan di Lumban Silintong, yakni pantai Lumban Silintong dari pantai bebas dengan fasilitas sebuah toilet sangat sederhana berkembang menjadi objek wisata.
Akan tetapi, di bidang pertanian perkembangan umumnya ditunjukkan dengan intensifikasi dengan spesifikasi persawahan. Petani Lumban Silintong tidak dijumpai
mengusahai perladangan, mereka masih terus mempertahankan persawahan sebagai sumber mata pencaharian dalam bertani. Dengan kata lain, petani Lumban Silintong tidak
memperlihatkan perkembangan ke berbagai bentuk pertanian. Jadi, mereka tetap mewarisi dan mempertahankan tradisi persawahan secara turun-temurun.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Bagi peneliti berikutnya, diharapkan untuk menulis lebih rinci lagi tentang perkembangan sosial ekonomi Lumban Silintong, sehingga kajian yang sama ke depan dapat
lebih memberikan masukan untuk pembangunan yang lebih serius. Kemudian, pemerintah hendaknya bekerja sama dengan masyarakat dalam
membangun desa. Lebih luas, agar Pemerintah Kabupaten Toba Samosir lebih mengoptimalkan pemanfaatan sektor-sektor ekonomi dalam rangka meningkatan pendapatan
per kapita.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Abustan, Muhammad Idrus, Gerak Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial, Jakarta: UI Press, 1990.
Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Toba Samosir 2008 , Balige: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2009. Analisis Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Toba Samosir 2008
, Balige: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir, 2009.
Busar, Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat: Suatu Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006
Chambers, Robert, Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996.
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UIP, 1985.
Harahap, Basyral Hamidy dan Hotman M. Siahaan, Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak: Suatu Pendekatan terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola Mandailing
, Jakarta: Sanggar Willem Iskandar, 1987.
Kartodirjo, Sartono: Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 1992.
Kecamatan Balige dalam Angka 2012 , Balige: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba
Samosir, 2013. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1994.
-----------------, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995.
Kozok, Uli, Utusan Damai di Kemelut Perang: Peran Zending dalam Perang Toba, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.
Kusnaka Adimihardja dalam Kusnaka Adimihardja dkk., Petani: Merajut Tradisi Era lobalisasi
, Bandung: Humaniora Utama Press, 1999 Li, Tania Murray, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Manalu, Dimpos, Gerakan Sosial dan Perubahan Kebijakan Publik: Studi Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT. Inti Indorayon Utama di Sumatera Utara
, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009.
Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES, 1994.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Toba Samosir 1993-2003 , Balige:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir, 2004
S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam Perspektif Pembangunan, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006.
Sangti, Batara, Sejarah Batak, Balige: Karl Sianipar Company, 1977. Schreiner, Lothar, Adat dan Injil: Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak,
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008. Silitonga, Saut HM, Manusia Batak Toba: Analisis Filosofis tentang Esensi dan Aktualisasi
Dirinya , Tanpa Kota dan Penerbit, 2010.
Sjamsuddin, Helius, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007. Sitanggang, Jan Pieter, Raja Na Pogos, Jakarta: Jala Permata Aksara, 2010.
Situmorang, Sitor, Toba Na Sae: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009.
Soekartawi, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. ____________, Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Skripsi
Safitri Simangunsong, Perkembangan Balige sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir 1999-2011
, Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah Pada Universitas Negeri Medan Tidak Diterbitkan, Medan: 2012
Valentina Siagian, Pengaruh Pemekaran Wilayah Terhadap Pertumbuhan PDRB Per Kapita Studi Kasus Kabupaten Toba Samosir
, Skripsi Sarjana Ekonomi Pada Universitas Sumatera Utara Tidak Diterbitkan, Medan: 2009.
Majalah
Nasyid Majidi, Desentralisasi Klasifikasi Daerah untuk Alokasi Subsidi, Jakarta: Prisma no 8 tahun XX, 1991.
Makalah
Yogi Suwarno, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Makalah pada DIKLATPIM IV BKN, Cipanas, 2009.
S, Sumarno M dalam makalah berjudul Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan Melalui Pengembangan Kimdes kawasan industri milik masyarakat desa
, Malang: Unibraw.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR INFORMAN 1. Nama
: Kastel Siahaan Alamat
: Desa Lumban Silintong Usia
: 52 tahun Pekerjaan : Mantan Kepala Desa dan Pengusaha Cafe Rolas
2. Nama : Pukka Hutabarat
Alamat : Desa Lumban Silintong
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Sekretaris Desa Lumban Silintong
3. Nama : Rimhot Siahaan
Alamat : Desa Lumban Silintong
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Pengusaha Cafe Betesda
4. Nama : Liefson Siahaan
Alamat : Desa Lumban Silintong
Usia : 49 tahun
Pekerjaan : Kepala Desa dan Pengusaha Cafe Galilea
5. Nama : Ija Siallagan
Alamat : Desa Lumban Silintong
Usia : 53 tahun
Pekerjaan : Pengusaha Cafe Panca Jelita
6. Nama : M. Sidamanik
Alamat : Desa Lumban Silintong
Usia : 70 tahun
Pekerjaan : Pengusaha Timothy Cafe Kafe Terapung
7. Nama : Mampe Siahaan
Alamat : Batu Nabolon, Lumban Silintong
Usia : 49 tahun
Pekerjaan : Petani
Universitas Sumatera Utara
8. Nama : Linda Napitupulu