Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

41

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Dokumen merupakan benda tertulis seperti buku-buku peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan-catatan dan sebagainya. Sumber data yang diambil meliputi : 1. Perangkat soal dan Lembar Jawab siswa 2. SK Standar Kompetensi, KD Kompetensi Dasar dan Indikator Soal Ujian Akhir Semester ganjil Teori Kejuruan Kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah Wonosari Tahun 20162017 3. Kisi-kisi soal yang dipakai oleh penyusun soal dalam penulisan Soal Ujian Akhir Semester ganjil Teori Kejuruan Kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah Wonosari Tahun 20162017

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan butir butir Soal Ujian Akhir Semester ganjil Teori Kejuruan Kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah Wonosari Tahun 20162017 dengan menghitung Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran dan Efektivitas Pengecoh Distraktor. Masing-masing kriteria tersebut dihitung dengan bantuan komputer melalui program Anates 4.0.9. 1. Validitas Butir Soal Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan atau kecermatan suatu instrumen pengukur tes dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur 42 yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuannya. Cara mengetahuinya adalah dengan menggunakan rumus point biserial : Keterangan : r pbi = M p = M t = SD t = P = q = koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item. Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh peserta tes yang untuk butir item soal telah dijawab dengan benar. Skor rata-rata dari skor total. Standar deviasi dari skor total. Proporsi peserta tes yang menjawab betul butir soal. Proporsi peserta tes yang menjawab salah. Anas Sudijono, 2012 : 185 Butir soal dikatakan valid atau tidak valid dapat dilihat dari hasil perhitungan yang dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5 sesuai jumlah siswa yang diteliti. Apabila r pbi r tabel maka butir soal tersebut valid. 2. Reliabilitas Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Analisis reliabilitas dapat menggunakan pendekatan Tes-Ulang test-retest, pendekatan Tes Sejajar alternate-forms dan pendekatan Konsistensi Internal internal consistency. Pada pendekatan konsistensi internal komputasi koefisien reliabilitasnya dilakukan setelah 43 keseluruhan instrumen yang telah dikenakan pada subjek dibelah menjadi beberapa bagian. Diantara teknik-teknik komputasi reliabilitas konsistensi internal adalah penggunaan Rumus Spearmen-Brown, Rumus Rulon, Rumus Alpha, Rumus Kuder-Richardson, Rumus Kristof dan sebagainya.Untuk mencari reliabilitas tes bentuk objektif dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus: Keterangan : r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab salah = jumlah hasil perkalian p dan q n = banyaknya item s = standar deviasi tes Suharsimi Arikunto, 2013:115 Apabila r 11 sama dengan atau lebih besar dari 0,70 maka tes hasil belajar yang sedang diuji dinyatakan reliabel. Namun jika r 11 kurang dari 0,70 maka dapat dinyatakan tidak reliabel. 3. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang sedang, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty indexs. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 44 sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Tes bentuk objektif dapat dihitung tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : P = angka indeks kesukaran item B = banyak siswa yang menjawab betul JS = Jumlah siswa peserta tes Anas Sudjono, 2012:370 Kriteria kesukaran : 0,71 – 1,00 : Mudah 0,31 – 0,70 : Sedang 0,00 - 0,30 : Sulit Depdiknas, 2009:9 4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda DP. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang sudah memahami dan belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara - 45 1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal maka semakin baik soal tersebut. Jika daya pembeda negatif berarti lebih banyak kelompok siswa yang belum memahami materi menjawab benar soal tersebut.Dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : D = angka indeks diskriminasi P A = proporsi peserta kelompok atas menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar Zainal Arifin, 2012: 133 Perhitungan indeks daya pembeda dapat disimpulkan dengan acuan sebagai berikut : D : 0,00 – 0,20 : jelek poor D : 0,21 – 0,40 : cukup satisfactory D : 0,41 – 0,70 : baik good D : 0,71 – 1,00 : baik sekali excellent D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. Suharsimi Arikunto, 2013: 232 5. Efektivitas Pengecoh Distractor Kunci jawaban dan pengecoh pada suatu soal perlu diketahui berfungsi tidaknya kunci jawaban atau pengecoh tersebut. 46 Efektivitas pengecoh dapat diukur menggunakan rumus : Keterangan : IP= indeks pengecoh. P= jumlah peserta didik yang memilih pengecoh. N= jumlah peserta didik yang ikut tes. B= jumlah peserta didik yang menjawab benar. n = jumlah alternatif jawaban. 1= bilangan tetap Zainal Arifin, 2012: 279 Anas Sudijono 2012: 411 mengungkapkan bahwa Distractor telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila Distractor tersebut telah dipilih sekurang-kurangnya 5 dari seluruh peserta tes. 6. Kriteria Kualitas Soal Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat kualitas butir soal diadaptasi dari Skala Likert sebagai berikut Sugiyono, 2011 : 134-135 47 Tabel 3. Kriteria Kualitas Butir Soal Jumlah criteria yang terpenuhi Validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan efektivitas pengecoh Kualitas Butir Soal Revisi Masuk Bank Soal 4 Sangat Baik Tidak Ada Ya 3 Baik Minor Belum 2 Sedang Sedang Belum 1 Tidak Baik Dibuang Tidak Sangat Tidak Baik Dibuang Tidak Penjelasan dari Tabel kriteria kualitas butir soal di atas : f. Butir Soal dikatakan sangat baik apabila memenuhi empat kriteria yang baik yaitu Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh. Pada kondisi ini butir soal bisa masuk ke bank soal. g. Butir soal baik jika memenuhi tiga dari empat kriteria soal yang baik Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh. Pada kondisi ini butir soal belum bisa masuk ke bank soal. Soal harus direvisi hingga memenuhi empat kriteria. h. Butir soal dikatakan sedang jika memenuhi dua kriteria dari empat kriteria soal yang baik Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh. Pada kondisi ini butir soal belum bisa dimasukkan ke dalam bank soal. Soal harus direvisi hingga memenuhi empat kriteria. 48 i. Butir soal dikatakan tidak baik jika memenuhi satu dari empat kriteria soal yang baik Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh. Pada kondisi ini butir soal tidak bisa masuk ke bank soal. Soal membutuhkan revisi signifikan sehingga lebih baik dibuang. j. Butir soal dikatakan sangat tidak baik jika tidak memnuhi seluruh kriteria soal yang baik Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Efektivitas Pengecoh. Pada kondisi ini butir soal tidak bisa masuk ke bank soal. Soal membutuhkan revisi signifikan sehingga lebih baik dibuang. k. Selain syarat berbasis butir, maka tes secara keseluruhan harus reliabel. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN