Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu
menggambarkan hasil yang didapat di lapangan dengan menceritakan kembali hasil yang didapat dengan rancangan penelitian fenomenologi.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kebencanaan Di Indonesia
Potensi bencana sangat mempengaruhi tingkat risiko bencana di komunitas. Faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat risiko bencana adalah upaya mitigasi dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana Fima Sudaryono, 2012. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana merupakan sejumlah faktor penyebab utama timbulnya banyak korban akibat bencana gempa. Diantara korban jiwa tersebut, sebagian besar
adalah wanita dan anak-anak Pribadi K. Yuliawati A., 2009. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Setiawan 2010 bahwa pengetahuan dan pemahaman yang rendah terhadap risiko bencana merupakan salah satu faktor pemicu kerentanan anak terhadap
bencana. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman anak kemudian berdampak pada rendahnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana sehingga saat bencana benar-
benar terjadi, anak-anak kemudian banyak yang menjadi korban. Anak sebagai generasi harapan bangsa perlu diperhatikan keselamatannya
.
Untuk itu pendidikan kebencanaan di sekolah semakin diperhatikan saat ini. Penerapannya dapat
dimulai dari berbagai jenjang baik sekolah dasar sampai jenjang sekolah menengah atas. Sekolah berdampak langsung terhadap generasi muda karena adanya proses
penyampaian pengetahuan serta penanaman nilai budaya pada siswa Honesti Djali, 2012. Oleh karena itu, Astuti 2015 menyampaikan penting untuk dirintis sekolah
siaga bencana yang memiliki tujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran warga sekolah tentang bahaya dan risiko bencana, membentuk jejaring siaga bencana
berbasis sekolah dan memperkuat interaksi sosial warga sekolah. Selain itu sekolah siaga bencana juga penting agar terorganisasinya warga sekolah yang terlatih siaga
bencana, serta berkesinambungannya pelaksanaan kesiapsiagaan berbasis sekolah. Sarwidi 2013 menyebutkan masih adanya paradigma lama bahwa manajemen
kebencanaan hanya dilakukan saat dan sesudah terjadi bencana meyebabkan masih dikesampingkannya konsep manajemen bencana yang menitikberatkan pada
manajemen pra-bencana. Maka dari itu rintisan sekolah siaga bencana, dimulai dari perubahan paradigma peserta didik tentang konsep bencana. Perubahan paradigma ini
dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan pengurangan resiko bencana tidak hanya dalam komunitas sekolah tetapi juga di
masyarakat Astuti, 2015. Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB juga memperhatikan isu
kesiapsiagaan bencana dilihat dari aspek kominitas sekolah. Hal tersebut diwujudkan dengan dibuatnya Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2012 tentang
SekolahMadrasah Aman dari Bencana. Adapun unsur-unsur terbentuknya Sekolah Aman Bencana yang ideal berdasarkan Perka BNPB No. 4 Tahun 2012 meliputi
definisi, nilai, prinsip, strategi pelaksanaan, kerangka kerja serta pemantauan dan evaluasi.
2.2 Program Sekolah Aman Bencana
2.2.1 Definisi
Lampiran penjelasan atau pedoman dalam Perka BNPB No. 4 Tahun 2012 menyebutkan bahwa sekolah aman dibagi menjadi tiga definisi, yaitu definisi umum,
definisi khusus dan definisi terkait pengurangan risiko bencana. Secara umum sekolah aman adalah sekolah yang mengakui dan melindungi hak-hak anak dengan
menyediakan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran, kesehatan, keselamatan, dan keamanan siswanya terjamin setiap saat. Untuk definisi khususnya,
sekolah aman adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana.
Sedangkan definisi terkait pengurangan risiko bencana menyebutkan sekolah aman adalah komunitas pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar
akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk merespons pada saat darurat dan bencana.
2.2.2 Nilai, Prinsip dan Strategi
Pelaksanaan SekolahMadrasah aman dari bencana dalam pedoman Perka BNPB No. 4 Tahun 2012 mempertimbangkan nilai-nilai seperti perubahan budaya,
berorientasi pemberdayaan, kemandirian, pendekatan berbasis hak, keberlanjutan dan kearifan lokal dan kemitraan.
Penerapan SekolahMadrasah Aman dari Bencana merupakan salah satu upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang tangguh bencana. Upaya tersebut diharapkan
berhasil melalui tercapainya tujuan penerapan SekolahMadrasah Aman dari Bencana. Tujuan tersebut yaitu untuk menghasilkan perubahan budaya yang lebih aman dari
bencana dan perubahan dari aman menjadi berketahanan terhadap bencana. Untuk orientasi nilai pemberdayaan diarahkan pada peningkatan kemampuan menerapkan
SekolahMadrasah Aman dari Bencana pada beberapa aspek pengelolaan yang dilakukan oleh warga sekolah termasuk keterlibatan anak sebagai anak didik. Aspek
tersebut meliputi pengembangan kurikulum, sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan dan pembiayaan di sekolahmadrasah. Optimalisasi