kebijakan lain yang lebih baik akan memerlukan waktu yang lama, tahunan bahkan dekade. ginting dan candra, 2000
2.2.1.2 Indikator Desentralisasi Fiskal
Dalam membahas mengenai indikator desentralisasi fiskal, terdapat tiga variabel yang merupakan reprerensi desentralisasi fiskal di
Indonesia, ketiga variable tersebut adalah sebagai berikut : a
Desentralisasi Pengeluaran Variabel didefiniskan sebagai rasio pengeluaran total. Masing-
masing kabupaten kota APBD terdapat total pengeluaran pemerintah APBN Kerk dan Waller, 1997, zhang dan zou, 1998. Hal ini
menunjukkan ukuran relatif pengeluaran pemerintah antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Hasil study yang dilakukan Zhang dan
Zou 1998, menunjukkan bahwa variable ini mempunyai pengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
mengimplementasikan bahwa desentralisasi fiscal gagal mendorong pertumbuhan ekonomi di China, hal ini mungkin merefleksikan bahwa
pemerintah memiliki keterbatasan sumber daya untuk melakukan investasi di sector infrastruktur. Sementara studi yang dilakukan oleh
Phillips dan Woller 1997 juga menunjukkan efek negative desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi pada Negara-negara
maju. Dan mereka gagal menjelaskan efek desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang.
b Desentralisasi pengeluaran Pembangunan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Variabel ini didefinisikan sebagai rasio antara total pengeluaran pembangunan masing-masing kabupaten atau kota APBD terhadap
total pengeluaran pembangunan Nasional APBN Zhang dan Zou, 1998. Variabel ini menunjukkan besaran relative pengeluaran
pemerintah dalam pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah. Di samping itu, variable ini juga mengekspresikan besarnya alokasi
pengeluaran pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah. Dari rasio ini juga dapat diketahui apakah pemerintah daerah dalam posisi
yang baik untuk melaksanakan investasi sector public atau tidak. Jika terdapat hubungan positif antara variable ini terhadap pertumbuhan
ekonomi, maka pemerintah local dalam posisi yang baik untuk melakukan investasi di sektor public.
c Desentralisasi Penerimaan
Variabel ini didefenisikan sebagai rasio antara total penerimaan masing-masing kabupatenkota APBD tidak termasuk subsidi terhadap
total penerimaan pemerintah Phillips dan Woller, 1997. Variable ini mengekspresikan besaran relative antara pendapatan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.2 Skala Interval Derajat Desentralisasi fiskal
PADTPD Kemampuan Keuangan Daerah
0,00 – 10,00 Sangat Kurang
10.01 - 20.00 Kurang
20,01 - 30-00 Sedang
30,01 – 40,00 Cukup
40,01 – 50,00 Baik
50,00 Sangat
Baik Sumber : Fisipol UGM ,1991
Untuk mengetahui apakah suatu daerah otonom itu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, Syamsi, 2002
menegaskan beberapa ukuran : 1.
Kemampuan struktural organisasinya Struktur organisasi Pemerintah Daerah harus mampu menampung
segala aktifitasnya dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung jawabnya.jumlah unit-unit beserta macamnya cukup
mencerminkan kebutuhan ,pembagian tugas ,wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.
2. Kemampuan aparatur pemerintah daerah Aparat Pemerintah daerah harus mampu menjalankan tugasnya
dalam mengaatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Keahlian, moral disiplin dan kejujuran saling menunjang tercapainya tujuan yang di idam-idamkan daerah.
3. Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat. Pemerintah Daerah harus mampu mendorong agar masyarakat mau
berperan serta dalam kegiatan pembangunan . 4. Kemampuan keuangan daerah
Pemerintah Daerah Harus mampu membiayai semua kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sebagai
pelaksanaan pengaturan dan pengurusan rumah tangganya sendiri. Sumber-sumber dananya apasaja ,apakah PAD atau sebagian dari
subsidi Pemerintah pusat.
2.2.1.3Keuntungan dan Kerugian Desentralisasi
a Keuntungan Desentralisasi
Keuntungan dari desentralisasi fiskal adalah bahwa pemerintah daerah akan lebih tanggap terhadap kebutuhan
masyarakatnnya sendiri. Proses politik dalam masyarakat yang lebih sempit akan lebih cepat dan efisien daripada dalam masyarakat yang lebih
luas. Dengan pemerintah yang lebih dekat dengan masyarakat akan lebih sedikit kekurangan atau kesalahan yang akan dibuat dalam mekanisme
pengambilan keputusan. Selanjutnya dengan desentralisasi fiskal akan lebih banyak eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan
ekoomi yang dapat dilakukan. Karena banyak pemerintah daerah yang sifatnya otonom, akan banyak pula cara dan sistem administrasi maupun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ekonomi yang berbeda-beda yang diterapkan pada daerah yang berbeda. Suatu kenerhasilan atau kegagalan merupakan suatu inovasi yang
nantinya dapat ditiru oleh daerah-daerah lain yang juga ingin mendapatkan keberhasilan tentunya dengan mengingat kondisi daerah
masing-masing. Jadidalam suatu negara segala sesuatu tidak harus seragam secara nasional, melainkan justru dapat beraneka ragam atau
bervariasi. Dari sisi politik, desentralisasi dapat meningkatkan
demokrasi melalui partisipasi masyarakat secara langsung, mendidik masyarakat tentang proses pengambilan keputusan dan meningkatkan
persatuan dalam Negara yang multicultural. http:pojokinfo.wordpress.com
, 2006 b
Kerugian Desentralisasi Dalam hal-hal tertentu pemerintah daerah akan kurang efektif dan
efisien dalam mengatasi permasalahan yang ada. Sebagai contoh bila pemerintah daerah diminta untuk menyediakan barang publik nasional
seperti pertahanan dan keamanan nasional, masalah pemerataan penghasilan dan pemecahan masalah ekonomi makro, tentu hasilnya
tidak akan memuaskan. 1.
Dalam hal pertahanan dan keamanan apabila hal ini diserahkan kepada pemerintah daerah, tentu setiap daerah akan bertanggung
jawab terhadap daerahnya masing-masing dalam menghadapi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
serangan dari luar. Apabila kita menjumlahkan semua usaha pertahanan masin-masing daerah tersebut akan kurang memadai.
2. Dalam hal retribusi pendapatan, pemerintah daerah juga tidak
akan efisien dalam mengusahakannya. Retribusi pendapatan biasanya ditempuh dengan mengenakan pajak pada kelompok
kaya dengan memberikan subsidi kepada kelompok berpenghasilan rendah. Kelompok kaya mungkin pindah ke
daerah dimana perpajakan dan pungutan tidak terlalu tinggi, dan orang-orang kelompok berpenghasilan rendah akan pindah ke
daerah berpenghasilan tinggi dengan maksud untuk mendapatkan subsidi atau bantuan sosial. Akibatnya pendapatan perkapita di
daerah yang berpenghasilan tinggi akan turun dan program kesejahteraan sosial tidak dapat dilaksanakan lagi.
3. Dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi makro, jelas pemerintah
daerah tidak akan dapat melaksanakannya, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan moneter. Pemerintah daerah tidak
dapat menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Demikian pula kebijakan pemerintah daerah dalam bidang
kesempatan kerja dan harga tidak akan banyak berpengaruh dalam suatu daerah. Setiap kebijakan fiskal perpajakan dan
pengeluaran tentu akan ditanggapi dengan kepindahan subyek pajak ke daerah lain yang lebih menguntungkan. Jadi pemerintah
pusatlah yang harus bertanggung jawab terhadap kebijakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
stabilisasi ekonomi secara ekonomi. http:pojokinfo.wordpress.com
, 2006
2.2.2 Pendapatan Asli Daerah PAD