Persyaratan untuk memperoleh DAK adalah sebagai berikut: Daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu
membiayai seluruh pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari PAD, Bagi Hasil Pajak dan SDA, DAU, Pinjaman Daerah, dan lain-lain
penerimaan yang sah. a
Daerah menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10 dari kegiatan yang diajukan kecuali untuk DAK dari Dana
Reboisasi b. Kegiatan tersebut memenuhi kriteria teknis sektor kegiatan yang
ditetapkan oleh Menteri Teknis Instansi terkait. Kegiatan DAK berdasarkan PP 1042000 meliputi:
a. DAK digunakan untuk membiayai investasi pengadaan dan atau
peningkatan dan atau perbaikan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang;
b. Dalam keadaan tertentu, DAK dapat membantu membiayai
pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tiga tahun.
2.2.5 Pola Hubungan Keuangan dan Tingkat Kemandirian Daerah
Secara konseptual, pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah harus dilakukan sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah dalam membiyai pelaksanaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemerintahan dan pembagunan daerahnya, walaupun pengukurannya kemampuan daerah ini akan menimbulkan perbedaan. Ada empat
macam pola hubungan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan konsep pola “Hubungan Situasional” yang
dikemukakan oleh heresy dan Blanchard Halim, 2004 : 188, yaitu : 1.
Pola Hubungan Instruktif Pola hubungan ini menunjukkan peranan pemerintah pusat lebih
dominandaripada kemandirian pemerintah daerah daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah.
2. Pola Hubungan Konsultatif
Pola hubungan ini campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu
melaksanakanotonomi. 3.
Pola Hubungan Partisipatif Pola hubungan ini peranan pemerintah pusat semakin berkurang,
mengingat tingkat kemandirian daerah yang bersangkutan mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.
4. Pola Hubungan Delegatif
Pada pola hubungan ini campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dalam
melaksanakan otonomi.Adanya potensi sumberdaya alam dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sumberdaya manusia yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan pola hubungan dan tingkat kemandirian antar daerah.
Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dan tingkat kemandirian daerah dari sisi keuangan dapat dilihat pada Tabel 2.3
berikut:
Tabel 2.3 Pola Hubungan Keuangan dan Tingkat Kemandirian Daerah
Kemampuan Keuangan Kemandirian Pola Hubungan
Rendah Sekali Rendah
Sedang Tinggi
0-25 25-50
50 - 75 75-100
Instruktif Konsultatif
Partisipatif Delegatif
Tumilar ,1997: 15 Dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan derajat
otonomi fiscal menunjukan kepada kemampuan daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ,sebagai salah satu indicator
kemampuan otonomi daerah tingkat kabupaten atau kota.Salah satu ukuran yang di gunakan untuk mengukur derajat otonomi fiscal daerah
adalah rasio antara PAD dengan total penerimaan APBD tanpa sumbangan dan bantuan pemerintah pusat serta tercemin melalui angka
Indeks Kemampuan Rutin IKR yaitu proposi antara PAD dengan pengeluaran rutin tanpa transfer dari Pemerintah Pusat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.6 Perwilayahan