Faktor Pendukung Kuasa Patriarki dalam Drama Mangir Karya

59

2. Faktor Pendukung Kuasa Patriarki dalam Drama Mangir Karya

Pamoedya Ananta Toer Adanya wujud kuasa patriarki dalam drama Mangir tidak pernah lepas dari faktor pendukungnya. Faktor pendukung kuasa patriarki terkategorisasikan dalam empat faktor, yaitu gender, agama, ras, dan kelas. Sesuai yang diungkapkan Darwin 2001:24 bahwa patriarki merupakan sebuah ideologi hegemoni. Suatu ideologi yang membenarkan penguasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lainnya. Dominasi ini didasarkan atas perbedaan jenis kelamin, agama, ras, serta kelas. Faktor jenis kelamin yang dimaksud merupakan sebuah konstruksi budaya yang melekat pada laki-laki dan perempuan, yang biasa disebut dengan gender. Adapun faktor yang mendukung kuasa patriarki dalam drama Mangir tersaji dalam tabel 2 berikut. Tabel 2 Faktor Pendukung Kuasa Patriarki dalam Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer. No. Faktor Pendukung Frekuensi Data Jumlah Persentase 1. Gender 31 60,78 2. Kelas 20 39,22 Jumlah 51 100 Dari tabel di atas tampak bahwa ideologi phallosentris menjadi penyebab utama ketidakadilan gender dalam drama Mangir ini. Hal ini dibuktikan dengan pemunculan faktor jenis kelamin yang muncul sebanyak 31 kali dengan persentase sebesar 60,78. 60 Phallus selain sebagai sebuah penanda alat kelamin laki-laki, juga sebagai simbol kekuasaan. Hal tersebut berdampak pada terjadinya penindasan terhadap perempuan. Dengan kata lain ideologi phallosentris sebagai sebuah ideologi yang didasarkan jenis kelamin mendominasi faktor pedukung kuasa patriarki dalam drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Adapun faktor kelas muncul sebanyak 20 kali dengan persentase sebesar 39,22. Hal ini terjadi karena latar belakang drama Mangir ini terjadi di wilayah Jawa yang kental dengan feodalisme. Lebih tepatnya tingkatan kelas dalam drama Mangir ini terjadi dalam lingkup keraton Mataram yang menjunjung tinggi norma dan etika kehidupan kelas sosial. Temuan kedua faktor ini menunjukkan bahwa sangat besarnya pengaruh kedua faktor tersebut dalam membangun budaya patriarki. Melalui kedua faktor tersebut tampak jelas bahwa budaya patriarki terjadi sebagai bentuk ketidakadilan gender dalam tataran kehidupan masyarakat.

3. Wujud Perlawanan terhadap Kuasa Patriarki dalam Drama Mangir