23 materi yang disajikan. Maka kemampuan awal perlu diperhatikan mengingat
kemampuan siswa tergolong dalam kelompok atas, sedang, dan bawah.
Faktor kualifikasi sekolah juga berpengaruh secara signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada makalah Ibrahim 2008, dalam hal
ini peringkat sekolah atau kualifikasi sekolah mempengaruhi dalam menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Faktor perbedaan gender, dalam hal ini
sebagaimana didasarkan pada laporan hasil penelitian Kadarwati, 2009; yang menyatakan kemampuan dalam matematika siswa perempuan lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan dalam matematika siswa laki-laki. Ibrahim 2008 : 98 menyatakan bahwa perbedaan perilaku, cara berpikir, dan sikap antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan memberikan pengaruh yang berbeda ter- hadap hasil belajaranya.
Faktor tingkat kecemasan juga berpengaruh terhadap hasil belajar, berdasarkan Ibrahim 2008 : 99 bahwa kecemasan siswa bertambah pada saat menghadapi tes.
Hal ini disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Dengan demikian tingkat kecemasan siswa dalam melakukan tes perlu menjadi
perhatian.
F. Kerangka Pikir
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Indikator kemampuan pemecahan masalah
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 merumuskan masalah menyusun model matematika; 2 merencanakan strategi penyelesaian; 3 menerapkan
24 strategi penyelesaian masalah; dan 4 menguji kebenaran jawaban looking back.
Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa perlu dilakukan strategi pembelajaran secara maksimal.
Hal yang memperhatikan dalam kegiatan pembelajaran matematika dialami pada SMPN 8 Bandar Lampung, guru menyampaikan materi secara langsung, siswa
hanya aktif menerima pelajaran, meskipun terdapat diskusi, diskusi tidak berjalan dengan baik, yaitu diskusi yang terjadi biasanya hanya melibatkan siswa tertentu.
Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan hasil belajar yang kurang optimal.
Salah satu strategi pembelajaran yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif adalah strategi TTW. Dengan
pembelajaran ini membantu siswa untuk memikirkan dan mengonstuksi ide-ide yang terjadi pada tahap ”think” dan memungkinkan siswa untuk terampil ber-
bicara dan berkomunikasi dalam matematik yang terjadi pada tahap ”talk” baik antara siswa maupun dengan guru serta menuliskan hasil dari tahap ”think” dan
”talk” dimana menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.
Aktivitas menulis pada tahap ”write” ini dapat membantu guru dalam memantau kesalahan dan miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa. Dengan pembalajaran ini
siswa tidak hanya mudah dalam menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak mudah lupa terhadap konsep yang telah diperolehnya tersebut.
Dengan strategi TTW ini siswa diberikan teks bacaan yang dimulai dengan soal- soal kontekstual dengan diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan
25 kecil. Dalam penerapannya di kelas, siswa terbagi dalam beberapa kelompok
untuk melaksanakan tahap kedua yaitu ”talk”. Dalam pembelajaran ini guru ber- peran sebagai fasilitator. Dan interaksi yang tercipta dengan strategi TTW adalah
multi arah, yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa.
Dengan adanya rasa ketertarikan pada diri siswa terhadap pelajaran matematika, maka siswa akan terlibat secara aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran akan berdampak pada pemahaman dan keberagaman dalam menyelesaikan soal
matematika. Dengan begitu guru akan mengetahui masing-masing tingkat ke- mampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran matematika,
sehingga dapat melakukan pembelajaran selanjutnya dengan menyesuaikan ke- mampuan tersebut.
G. Anggapan Dasar