Hasil pembelajaran keaksaraan fungsional SKB Bantul

131 gendong saja, mereka bisa menjual jamu instan dan jajanan pasar sehingga dapat menambah penghasilna mereka. Seperti yang dipaparkan oleh “RS” selaku tutor adalah sebagai berikut: “Dalam pembelajaran KF ini kami membuat dua jenis kegiatan yaitu keterampilan calistung dan pelatihan keterampilan membuat jajanan pasar dan jamu instan agar bisa dipraktikkan oleh warga belajar di rumah kemudian dijual untuk menambah penghasilan. Alhamdulillah setelah mengikuti KF ini ibu-ibu jadi kreatif dan semangat membuat jajanan pasar untuk dijual, penghasilannya pun meningkat. Sekarang banyak pedagang jamu yang sudah punya langganan, biasanya pelanggannya pesan jamu instan dalam jumlah yang cukup banyak” CW3220216222. Pernyataan tersebut diperkuat oleh “TN” selaku warga belajar adalah sebagai berikut : “Sejak ikut KF ini saya sering membuat jajanan pasar untuk dijual keliling sambil jualan jamu, saya juga bisa membuat jajanan untuk ronda bapak-bapak jadi tidak usah beli kan lebih hemat. Pelanggan saya juga jadi bertambah, kata pelanggan saya sekarang jamunya jadi lebih enak mungkin karena saya membuat jamu dengan takaran yang benar” CW6040316251. Uraian di atas sesuai dengan hasil observasi peneliti yaitu Kegiatan ini juga membantu warga belajar yang tadinya tidak bisa membaca dan menulis jadi memiliki keterampilan calistung untuk diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Meskipun warga belajarnya sudah tidak muda lagi, namun mereka masih sangat antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional setiap hari Senin dan Jumat. Bahkan mereka rela meluangkan waktu istirahatnya untuk mengikuti pembelajaran pada malam hari CL5190216. Dari pemaparan di atas, nampak sekali hasil dari pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Kiringan. Warga belajar yang tadinya mengalami buta aksara sekarang sudah mulai lancar membaca dan menulis, saat ini mereka juga tidak hanya mengandalkan penghasilan dari 132 menjual jamu gendong saja. Melalui keterampilan yang diberikan saat pembelajaran KF, warga belajar semakin kreatif mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan membuat jajanan pasar yang dijual bersamaan dengan jamu gendong sehingga menambah penghasilan hampir dua sampai tiga kali lipat dari sebelumnya. Ibu-ibu pedagang jamu gendong sekarang juga sering membuat jajanan pasar untuk dititipkan ke pedagang di pasar, ada juga yang membuat jajanan pasar untuk acara besar di desa Kiringan seperti pengajian dan pertemuan perangkat desa.

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran KF SKB Bantul

Dalam suatu program tentu terdapat faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung merupakan hal-hal yang mendorong suatu program berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, menurut YW selaku pengelola faktor pendukung kegiatan tersebut adalah pelaksanaan pembelajaran ini dapat dikatakan dapat berjalan dengan baik karena warga belajar memiliki semangat luar biasa untuk belajar, meskipun mereka bekerja dari pagi hingga menjelang petang tetapi mereka tidak pernah malas untuk mengikuti KF. Selain itu dari perangkat desa pun sangat mendukung program tersebut dan sanggup menyediakan tempat untuk proses pembalajaran selama program ini berlangsung CW2190216213. 133 Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa terdapat faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional yaitu tingginya semangat warga belajar untuk mengikuti pembelajaran dan dukungan penuh dari warga sekitar dengan adanya program keaksaraan fungsional di desa Kiringan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. “SN” selaku tutor juga mengungkapan sebagai berikut : “Faktor pendukung dari kegiatan ini sebenarnya yang paling utama adalah warga belajar, mereka sangat bersemangat mengikuti pembelajaran sehingga tutor pun juga ikut semangat untuk membantu mereka sampai benar-benar menguasai materi. Untuk sarana dan prasarana yang disediakan juga sudah cukup lengkap sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan” CW4220216233. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi peneliti : Dalam pelaksanakaan pembelajaran KF di desa Kiringan terdapat faktor pendukung antara lain minat dan semangat warga belajar untuk mengikuti KF sehingga tutor juga senang mendampingi warga belajar selama program berjalan. Faktor pendukung lainnya adalah dukungan dan sambutan baik dari perangkat desa untuk terlaksanannya program tersebut sehigga mereka membantu dalam penyediaan tempat belajar CL11210316. Meskipun demikian, pelaksanaan pembelajaran KF binaan SKB di desa Kiringan tidak selalu berjalan sesuai harapan, karena adanya faktor penghambat. Adapun faktor penghambat yang dialami saat pembelajaran disampaikan oleh “YW” selaku pengelola sebagai berikut : “Faktor penghambat dari program ini adalah usia warga belajar yang sudah tua, mereka sudah mulai sulit menerima materi yang diberikan jadi mendampinginya harus benar-benar sabar dan telaten. Kendala lainnya biasanya ketika hujan, meskipun mereka semangat mengikuti pembelajaran kalau hujan biasanya yang datang hanya sedikit jadi pembelajaran tidak dapat berjalan dengan maksimal karena pesertanya terlalu sedikit. Untuk kendala selanjutnya sebenarnya ada pada tutor, mereka belum bisa membuat RPP dan silabus yang benar jadi 134 pembelajaran yang dilaksanakan masih belum terencana dengan baik. Penggunaan media juga belum dilaksanakan secara maksimal, tutor hanya memberikan materi dengan menggunakan buku paket saja. Mereka belum bisa membuat dan menggunakan media penunjang lainnya selama pembelajaran berlangsung sehingga warga belajar kadang merasa sulit memahami materi yang diberikan” CW2190216213. “SN” selaku tutor juga mengungkapkan sebagai berikut : “Selama program berjalan memang ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran, ibu-ibu yang kami dampingi kan sudah tua jadi memang sedikit sulit memberikan pemahaman materinya. Kadang ada yang mudah mengantuk ketika pembelajaran berlangsung karena kelelaham bekerja, ada juga yang matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas sehingga harus duduk di depan. Kemudian kalau ada acara atau hajatan di kampung biasanya warga belajar minta libur dengan alasan harus ikut membantu salah satu warga yang punya acara” CW4220216233. Kedua pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil pengamatan di lapangan. Pelaksanaan pembelajaran sering diliburkan karena permintaan warga belajar, biasanya ketika ada acara atau hajatan di desa Kiringan. Hujan juga merupakan faktor penghambat berlangsungnya kegiatan tersebut karena kondisi desa Kiringan yang berada jauh dari kota, masih sepi dan masih kurang penerangan saat malam hari membuat warga belajar tidak hadir mengikuti pembelajaran karena lokasi yang cukup jauh dari rumah. Faktor penghambat dalam pembelajaran KF dapat dilihat dari usia warga belajar yang sudah tua dan mengalami kesulitan untuk menerima materi yang disampaikan, tutor belum bisa membuat RPP dan silabus yang baik dan benar sehingga proses pembelajaran di lapangan belum sesuai dengan RPP dan silabus yang dibuat, tutor juga belum bisa memanfaatkan 135 media pembelajaran yang berfariasi. Mereka hanya mengandalkan buku paket saja, padahal tutor seharusnya kreatif membuat media untuk mempermudah pembelajaran, misalnya membuat kartu huruf dan kartu bergambar dalam pembelajaran calistung serta media yang menarik untuk digunakan saat pembelajaran melalui metode permainan agar warga belajar tidak jenuh. Penjelasan di atas dijelaskan kembali dalam pengamatan yang peneliti lakukan yaitu : Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, warga belajar mengalami kesulitan menerima materi karena usianya sudah tidak lagi mudah sehingga mereka sudah mulai kesulitan untuk berkosentrasi dalam suatu kondisi kelas dan melakukan pembelajaran, permasalaha selanjutnya adalah kemampuan tutor yang belum bisa memanfaatkan media sebagai pendukung proses pembelajaran sehingga banyak warga belajar yang bingung dan sulit menerima pengetahuan yang diberikan oleh tutor CL6220216. Faktor penghambat selanjutnya adalah kondisi desa Kiringan dan cuaca yang tidak mendukung sehingga beberapa warga belajar jarang hadir mengikuti pembelajaran KF terutama yang rumahnya jauh dari tempat pelaksanaan pembelajaran, serta waktu pelaksanaan pembelajaran yang kadang bersamaan dengan kegiatan yang dilaksanakan di desa Kiringan. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pedukungnya adalah warga belajar yang mempunyai semangat tinggi untuk mengikuti pembelajaran meskipun usianya sudah tidak muda lagi,