Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran KF SKB Bantul

135 media pembelajaran yang berfariasi. Mereka hanya mengandalkan buku paket saja, padahal tutor seharusnya kreatif membuat media untuk mempermudah pembelajaran, misalnya membuat kartu huruf dan kartu bergambar dalam pembelajaran calistung serta media yang menarik untuk digunakan saat pembelajaran melalui metode permainan agar warga belajar tidak jenuh. Penjelasan di atas dijelaskan kembali dalam pengamatan yang peneliti lakukan yaitu : Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, warga belajar mengalami kesulitan menerima materi karena usianya sudah tidak lagi mudah sehingga mereka sudah mulai kesulitan untuk berkosentrasi dalam suatu kondisi kelas dan melakukan pembelajaran, permasalaha selanjutnya adalah kemampuan tutor yang belum bisa memanfaatkan media sebagai pendukung proses pembelajaran sehingga banyak warga belajar yang bingung dan sulit menerima pengetahuan yang diberikan oleh tutor CL6220216. Faktor penghambat selanjutnya adalah kondisi desa Kiringan dan cuaca yang tidak mendukung sehingga beberapa warga belajar jarang hadir mengikuti pembelajaran KF terutama yang rumahnya jauh dari tempat pelaksanaan pembelajaran, serta waktu pelaksanaan pembelajaran yang kadang bersamaan dengan kegiatan yang dilaksanakan di desa Kiringan. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pedukungnya adalah warga belajar yang mempunyai semangat tinggi untuk mengikuti pembelajaran meskipun usianya sudah tidak muda lagi, 136 faktor pendukung lainnya adalah dukungan penduh dari warga sekitar untuk diadakannya program tersebut. Faktor pengambat yang menjadi kendala adalah usia warga belajar yang sudah tua sehingga mereka mengalami kesulitan untuk menerima materi yang diberikan, tutor harus mempunyai kesabaran dan ketelatenan dalam membimbing warga belajar karena kemampuannya sudah tidak sama dengan anak muda lagi. Dengan kondisi warga belajar yang mulai sulit menerima materi dengan baik, media pembelajaran bisa digunakan tutor sebagai alat bantu agar materi yang diberikan mudah diterima dengan baik. Melalui metode permainan dengan menggunakan media yang beragam, warga belajar akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dibandingkan hanya diberi materi yang bersumber hanya dari buku paket saja. Faktor penghambat selanjutya adalah kondisi cuaca yang sering hujan pada malam hari sehingga menjadi kendala bagi warga belajar untuk hadir mengikuti pembelajaran, letak rumah yang terlalu jauh juga sering menjadi alasan warga belajar untuk tidak hadir mengikuti pembelajaran. faktor penghambat yang terakhir adalah waktu pelaksanaan pembelajaran KF yang bersamaan dengan kegiatan desa, biasanya warga belajar minta libur apabila kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu hari sehigga proses pembelajaran sering diliburkan. 137

C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional SKB Bantul

Keaksraan fungsional merupakan pembelajaran yang diadakan oleh SKB Bantul sebagai upaya pemberantasan masyarakat buta aksara di Indonesia khususnya Bantul, Yogyakarta. Program ini bertujuan agar warga belajar dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai macam kegiatan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sujarwo 2008 bahwa keaksaraan fungsional adalah suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar warga belajar dan diperkuat kembali oleh pernyataan Kusnadi 2005:242 bahwa program keaksaraan juga bertujuan untuk membelajarkan warga belajar agar mereka memiliki dan dapat mengembangkan nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan indvidu, masyarakat, lembaga, dan pembangunan bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Program keaksaraan fungsional ini dilaksanakan di desa Kiringan karena menurut hasil pengamatan lapangan, desa Kiringan merupakan salah satu desa di Bantul yang masih banyak terdapat masyarakat yang mengalami buta aksara. Pihak penyelenggara berharap dengan 138 diadakannya program tersebut dapat memajukan kesejahteraan masyarakat desa Kiringan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Bhola dalam Kusnadi 2005:16 bahwa apapun tujuannya, atau dimana pun itu diajarkan, keaksaraan memberikan potensi kepada setiap manusia untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Dalam pelaksanaan program keaksaraan fungsional di desa Kiringan terdapat beberapa tahap dalam pelaksanaan pembelajarannya yaitu tahap persiapan, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, dan tahap penilaian. Tahapan-tahapan mengacu pada pendapat Yoyon Suryono, dkk 2012:121 bahwa dalam kegiatan pelatihan dilakukan dengan tahapan persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. a. Tahap persiapan Dalam tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Kiringan pihak penyelenggara, pengelelola maupun tutor melakukan beberapa langkah yaitu identifikasi kebutuhan, tujuan pembelajaran, penentuan tutor, penentuan warga belajar, penentuan materi dan penentuan media pembelajaran. Kegiatan tersebut dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. pernyataan tersebut mengacu pada penjelasan Umberto Sihombing 2005:58 bahwa persiapan adalah menentukan rumusan pembelajaran berupa tujuan, media, sumber belajar, materi, metode pembelajaran, evaluasi yang akan diterapkan, dan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran. 139 1 Identifikasi kebutuhan Dalam kegiatan identifikasi kebutuhan, pihak penyelenggara melakukan pengamatan lapangan untuk menentukan sasaran yang tepat sebagai peserta kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional. Pembelajaran keaksaraan fungsional merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah yang sebagian besar sasarannya adalah masyarakat lanjut usia yang mengalami buta aksara dan membutuhkan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini didukung oleh penjelasan Fauzi Eko Prayono, dkk 2008:6 bahwa pendidikan keaksaraan merupaan salah satu satuan pendidikan nonformal dimana sebagian besar sasaran atau warga belajar yang mengikuti adalah orang dewasa. 2 Tujuan pembelajaran Dalam suatu program tentu memiliki tujuan yang harus dicapai, tujuan dilaksanakannya kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional adalah untuk memberi kesejahteraan kepada masyarakat desa Kiringan khususnya warga belajar yang mengikuti program kegiatan tersebut. Program keaksaraan fungsional diharap dapat membantu warga belajar untuk memberikan keterampilan calistung agar dapat mengurangi jumlah masyarakat buta aksara di Indonesia, selain itu warga belajar diberi pelatihan keterampilan agar mereka dapat menjadi masyarakat yang mandiri dengan 140 memiliki berbagai macam keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Sujarwo 2008 bahwa tujuan pendidikan keaksaraan fungsional adalah membentu warga belajar mencari dan menggunakan bahan calistung sendiri untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia yang dilengkapi dengan keterampilan fungsional sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Dengan diadakannya pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Kiringan, pihak penyelenggara berharap program tersebut dapat membantu masyarakat dalam memperbaiki kondisi ekonominya melalui keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh warga belajar dan tidak hanya mengandalkan berjualan jamu gendong saja. Warga belajar diharapkan dapat mengikuti perkembangan jaman yang semakin pesat. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Saleh Marzuki 2010 bahwa keaksaraan fungsional menjanjikan akan memecahkan masalah-masalah klasik dan masalah yang sulit, yaitu memotivasi peserta didik dan secara bersamaan menghubungkan keaksaraan dengan ekonomi, sisoal, dan aspirasi politik di negara sedang yang berkembang ini. 3 Penentuan tutor Tutor merupakan pendidik yang bertugas untuk memberikan pengetathuan kepada warga belajar dari yang tidak