21 1
faktor non-sosial, meliputi peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang
belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu
pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya,
2 faktor sosial, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, teman
bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kesulitan belajar
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal faktor yang berasal dari diri siswa sendiri dan faktor eksternal faktor yang berasala
dari luar diri siswa sendiri. Faktor internal, seperti kemampuan intelegensi, motivasi, kebiasaan belajar, keadaan fisik, emosi, dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal, seperti keadaan keluarga, guru, kualitas pembelajaran, fasilitas sekolah, kurikulum, dan sebagainya.
4. Langkah-Langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami siswa perlu mendapat layanan bimbingan belajar dari guru. Sebelum memberikan layanan bimbingan
belajar guru harus mengetahui terlebih dahulu masalah atau kesulitan belajar yang dialami siswa melalui diagnosis kesulitan belajar.
Sugihartono, dkk 2012: 165-170, menyebutkan langkah-langkah dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, sebagai berikut.
22 a.
Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan di sini adalah menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mengenali latar belakang
baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan dapat diketahui melalui analisis perilaku dan analisis prestasi belajar.
1 Analisis perilaku, diketahui melalui observasi atau laporan proses
pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran dapat diketahui dengan.
a Cepat lambatnya menyelesaikan tugas.
Guru menentukan batas waktu pengerjaan ketika memberikan tugas kepada siswa. Hal ini bisa dipakai sebagai dasar
menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar. b
Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran. Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara
tertib merupakan indikator siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dan sebaliknya siswa yang
sering absen, tidak tekun, membolos, malas, dapat diduga siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
c Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok.
Pada beberapa pembelajaran siswa dituntut untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain atau dalam
kelompoknya, misalnya
kemampuan mengemukakan
23 pendapat, bertanya, menyanggah, menolak atau menerima
pendapat. d
Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial. Pada mata pelajaran tertentu siswa dituntut untuk mampu
bekerja dalam kelompok, siswa harus bisa bekerjasama, saling menerima, saling percaya, dan menyenangi teman
seanggota. Sehingga guru harus mengetahui hubungan sosial sehari-hari siswa ketika di kelas.
2 Analisis prestasi belajar
Norma yang digunakan untuk menentukan baik buruknya hasil belajar siswa adalah Penilaian Acuan Norma PAN dan
Penilaian Acuan Patokan PAP. Penilaian Acuan Norma PAN atau norma kelompok, wujudnya skor rerata. Siswa yang diduga
mengalami kesuliatan belajar adalah siswa yang skor hasil belajarnya jauh di bawah rerata kelas atau kelompok. Penilaian
Acuan Patokan PAP merupakan skor minimal yang harus dicapai oleh siswa, sehingga siswa yang skor hasil belajarnya
belum mencapai syarat minimal dapat diduga mereka belum menguasai materi atau mengalami kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar.
Setelah menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka langkah berikutnya adalah menemukan di mana letak
kesulitan belajarnya. Dalam hal ini dapat kita lakukan dengan cara
24 mengetahui mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi
dengan membandingkan skor hasil belajar yang diperoleh siswa dengan nilai rerata dari masing-masing pelajaran. Selain itu dapat
juga dengan memeriksa hasil tes siswa. Apabila siswa tidak dapat menjawab dengan benar pada pokok bahasan tertentu, maka siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. c.
Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar. Untuk menentukan faktor penyebab kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara meneliti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersumber pada aspek fisik yang meliputi kondisi dan
kesehatan tubuh, aspek psikologis berupa kecerdasan, bakat, minat, kemampuan, kemauan, perhatian, dorongan, konsentrasi, ketekunan,
dan keterampilan yang kurang mamadai. Sedangkan faktor eksternal bersumber pada faktor lingkungan dan faktor instrumen. Faktor
lingkungan meliputi lingkungan sosial manusia dan lingkungan non-sosial yang meliputi lingkungan, sedangkan faktor instrumen
meliputi perangkat lunak dan perangkat keras serta guru yang kurang mendukung proses pembelajaran.
d. Memperkirakan alternatif bantuan.
Langkah ini akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1 Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya?
25 2
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik?
3 Kapan dan di mana pertolongan dapat diberikan kepada peserta
didik? 4
Siapa yang dapat memberikan pertolongan? e.
Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan
yang diperlukan peserta didik. Dalam menentukan bantuan penyembuhan perlu dikomunikasikan atau didiskusikan dengan
berbagai pihak yang dipandang berkepentingan atau yang diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan. Bantuan dapat
diberikan melalui program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu
mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
f. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan langkah terakhir kegiatan diagnosis kesulitan belajar yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1 Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. 2
Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik.
26 3
Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki kesalahan. 4
Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa langkah- langkah pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar siswa diawali dengan
mengidentifikasi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, melokalisasi letak kesulitan belajar, menentukan faktor penyebab
kesulitan belajar, memperkiran alternatif
bantuan, menetapkan kemungkinan mengatasinya, dan dilakukan tindak lanjut.
C. Pengajaran Remedial
1. Pengertian Pengajaran Remedial
Menurut Zainal Arifin 2009: 304, pembelajaran remedial adalah suatu proses atau kegiatan untuk memahami dan meneliti dengan cermat
mengenai berbagai kesulitan peserta didik dalam belajar. Sedangkan menurut Sugihartono, dkk 2012: 171, menyatakan bahwa pengajaran
remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi
penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik.
Sukardi 2012: 228, menyatakan bahwa remedi adalah kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika kesulitan dasar para siswa