Jenis-jenis NAPZA Tinjauan Tentang NAPZA 1. Pengertian NAPZA

35 narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Dalam perkembangan ilmu dan kesehatan NAPZA dapat digunakan untuk keperluan medis, tetapi penggunaan NAPZA diluar pengawasan dokter dengan dosis yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif bagi fisik dan psikis penyalahgunanya.

2. Jenis-jenis NAPZA

NAPZA Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainya memiliki karakteristik masing-masing yang dijebarkan sebagai berikut: a. Narkotika Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika disebutkan bahwa istilah narkotikan diartikan dengan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Seperti yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 7 tentang narkotika menyebutkan bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan danatau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika terdiri dari tiga golongan, yaitu sebagai berikut: 1 Narkotika Golongan I Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Dalam jumlah terbatas, narkotika golongan I 36 digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 7-8 tentang Narkotika. BNN pada kamus narkotika 2006: 196 juga menyebutkan bahwa narkotika golongan I tidak digunakan untuk terapi dan mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Telah dilampirkan daftar narkotika golongan I pada Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang terdiri dari 65 macam yaitu sebagai berikut: tanaman Papaver Somniferum L, opium, tanaman koka, tanaman ganja, alfa-metilfentanil, alfa- metiltiofentanil, fentanil, dsb Lampiran I, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika: 120-124. 2 Narkotika Golongan II Subagyo Partodiharjo 2007: 12 mendefinisikan narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Narkotika golongan II sesuai dengan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu bahan baku, baik alami maupun sintesis yang digunakan untuk produksi obat sesuai dengan Peraturan Menteri. Terdapat 86 macam zat atau obat yang tergolong dalam narkotika golongan II diantaranya yaitu 37 alfasetilmetadol, benzitidin, betametadol, fentanil, morfin, petidin dan turunannya, dsb. 3 Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III merupakan bahan baku baik alami maupun sintesis yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri pasal 37 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Kemudian BNN 2006: 187 menyebutkan bahwa narkotika golongan III yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danatau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Pada narkotika golongan III terdapat 14 jenis zat atau obat yang termasuk dalam daftar narkotika golongan III yaitu asetildihidrokodeina, dekstropropoksifena, dihidrokodeina, etilmorfina, kodeina, nikodikodina, nikokodina, norkodeina, polkodina, propiram, buprenorfina, garam-garam dari narkotika dalam golongan trsebut, campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika, dan campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika BNN, 2006: 187. b. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada 38 aktivitas mental dan perilaku BNN, 2006: 233. Telah terlampir pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang memuat empat golongan psikotropika, yaitu: 1 Psikotropika Golongan I yaitu jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan tertinggi, digunakan hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan, tidak digunakan untuk pengobatan. Contohnya: Ecstacy, psilosibin dan psilosin, lysergic diethylamide, mescaline yang diperoleh dari tumbuhan sejenis kaktus tumuh di Amerika Barat daya seluruhnya ada 26 jenis BNN, 2004: 21 2 Psikotropika Golongan II yaitu golongan psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan menengah, digunakan untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, seperti antara lain: amphetamine, metaqualon seluruhnya ada 14 jenis BNN, 2004: 21 3 Psikotropika Golongan III yaitu kelompok psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan sedang, mempunyai khasiat dan digunakan untuk tujuan pengobatan dan ilmu pengetahuan, seperti antara lain: amobarbital, flunitrazepam, dan pentobarbital seluruhnya ada 9 jenis BNN, 2004: 21 4 Psikotropika Golongan IV yaitu kelompok jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah, berkhasiat dan digunakan luas untuk tujuan pengobatan dan ilmu 39 pengetahuan. Contohnya: diazepam, barbital, klobazam, dan nitrazepam seluruhnya ada 60 jenis BNN, 2004: 22. c. Zat adiktif Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti 2006: 15 mengungkapkan bahwa zat atau bahan adiktif bukan narkotika atau psikotropika yang bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemudian BNN 2004: 22 menyebutkan zat atau bahan adiktif yang menimbulkan ketergantungan antara lain: 1 Alkohol Alkohol adalah minuman hasil fermentasiperagian karbohidrat dari bulir padi-padian, cassava , sari buah anggur, nira BNN, 2004: 22. Ditambahkan oleh BNN 2006: 16 minuman beralkohol mengandung senyawa etanol. Kadar etanol yang ada dalam minuman alkohol berbeda-beda, hal tersebut yang akan memberikan perbedaan dampak bagi penyalahgunanya. BNN 2006: 18 juga menyebutkan beberapa efek negatif yang didapatkan setelah mengkonsumsi minuman beralkohol, sesuai dengan presentase kadar etanolnya sebagai berikut: a Mengkonsumsi alkohol pada kadar etanol 0,03-0,12 akan membuat pengguna menjadi lebih percaya diri dan berani. Disamping itu pengguna akan mengalami kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang membutuhkan ketelitian. Contohnya menulis atau tanda tangan. 40 b Mengkonsumsi minuman alkohol pada kadar 0,90-0,25 pengguna akan merasa mangantuk dan mengalami masalah dengan ingatan atau pemahaman. Selain itu pengguna mulai kehilangan kesimbangan, pandangan mata menjadi kabur, dan bermasalah dengan rasa atau pendengaran. c Efek samping setelah mengkonsumsi alkohol pada kadar etanol mencapai 0,18-0,30 pengguna akan mengalami kebingungan, pusing kepala, sering meracau, lebih agresif, dan bermasalah dengan pembicaraan. d Dampak mengkonsumsi minuman alkohol dengan kadar etanol 0,25-0,40 membuat pengguna tidak bisa bergerak sama sekali baik untuk berdiri maupun berjalan, kemungkinan besar akan mengalami muntah dan pingsan tidak sadarkan diri. e Mengkonsumsi minuman alkohol dengan kadar etanol 0,30- 0,50 mengakibatkan pengguna tidak sadar diri, depresi, merasa kedinginan, irama nafas melambat, detak jantung melemah, dan kemungkinan akan mengalami koma. f Mengkonsumsi minuman alkohol dengan kadar etanol 0.50 akan mempercepat berhentinya detak jantung dan besar kemungkinan yang terjadi adalah kematian. 2 Nikotin Nikotin terdapat dalam tumbuhan tembakau dengan kadar sekitar 1-4. Dalam setiap batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg 41 nikotin. Nikotin menyebabkan ketergantukan pada pemakainya BNN, 2004: 23. Subagyo Partodiharjo 2007: 59 menambahkan bahwa selain nikotin, rokok juga mengandung 4000 macam zat kimia dan 20 macam racun maut yang terdapat di dalam TAR. Rokok merusak kesehatan, mematikan, dan merusak keharmonisan keluarga. 3 Zat sedatif Yang tergolong sedatifhipnotika diantaranya Benzodiazepin meliputi antara lain: Temazepam dan Diazepam, Nitrazepam, Klonazepam BNN, 2004: 23. Nitrazepam memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa cemas, mengobati kejang-kejang akibat epilepsy, dan ketegangan pada otot. Obat ini memiliki efek ketergantungan dengan dosis yang makin meningkat, gangguan kepribadian, dan penghentian obat tiba-tiba dapat menimbulkan gejala depresi, gelisah, dan diare. Obat ini biasanya dijual dengan nama Dumolid dan Magadon BNN, 2006: 200 4 Halusinogen BNN 2004: 24 menyatakan bahwa halusinogen yaitu sekelompok zat alamiah atau sintesis yang bila dikonsumsi menimbulkan dampak halusinasi. 5 Inhalansia Inhalansia adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui 42 hidung. Zat inhalan tersedia legal, tidak mahal, dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak ditemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contohnya spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik tip- Ex, perekat kayu, bahan pembakar aerosol, pengencer cat BNN, 2006: 133 Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menyebabkan perasaan euphoria, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupakan rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernapasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal serta kerusakan otot yang permanen BNN, 2006: 133 NAPZA terdiri dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotika terbagi menjadi tiga golongan yaitu Narkotika Golongan I, Narkotika Golongan II, dan Narkotika Golongan III. Psikotropika merupakan salah satu jenis narkoba yang dibagi menjadi empat golongan yaitu Psikotropika Golongan I, Psikotropika Golongan II, Psikotropika Golongan III, dan Psikotropika Golongan IV. Sedangkan zat atau bahan 43 adiktif terdiri dari alkohol, kafein, nikotin, zat adiktif, halusinogen, dan inhalansia. Ketiga jenis NAPZA tersebut mengakibatkan berbagai dampak negative, salah satunya ketergantungan pada penyalahguna NAPZA.

3. Dampak Penyalahgunaan NAPZA