Tahap-tahap Adiksi NAPZA Masalah yang Dihadapi Mantan Penyalahguna NAPZA

49 Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA dikalangan masyarakat yaitu faktor NAPZA, faktor individu, dan faktor lingkungan. Faktor individu terdiri dari aspek biologis dan psikologis. Sedangkan pada faktor lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolahteman sebaya, dan lingkungan masyarakat.

5. Tahap-tahap Adiksi NAPZA

Dwi Yanni dalam Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, 2006: 56 menggambarkan proses terjadinya penyalahgunaan NAPZA pada seseorang adalah: a. Tahap kompromi yaitu fase awal perkenalan dengan salah satu jenis NAPZA, ditunjukan melalui perilaku tidak tegas untuk menentukan sikap menentang NAPZA dan masih bersedia untuk bergaul dengan pemakai narkoba. b. Tahap coba-coba yaitu sikap segan untuk menolak tawaran atau ajakan teman untuk mencoba memakai NAPZA, selanjutnya ikut-ikutan menyalahgunakan NAPZA. c. Tahap toleransi adalah tahap dimana tubuh menjadi toleran terhadap pemakaian NAPZA beberapa kali dan perlu peningkatan dosis pemakaian. d. Tahap eskalasi adalah tahap mulai meningkatannya dosis dan penambahan jenis NAPZA yang dipakai dengan dosis yang terus bertambah. 50 e. Tahap habituasi yaitu tahap dimana pemakaian dan penyalahgunaan NAPZA sudah menjadi kebiasaan yang mengikat. f. Tahap adiksidependensi yaitu tahap keterikatan pada NAPZA yang sudah mendalam sehingga tidak dapat terlepas, dan mulai mengalami gejala putus obat yang berat. g. Tahap intoksikasi adalah tahap yang ditandai dengan mulai munculnya keracunan yang disebabkan karena mengkonsumsi NAPZA secara berlebihan, pada fase ini pemakai mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak, hingga hilang kesadaran. h. Tahap yang terakhir adalah kematian, pada fase ini organ tubuh sudah rusak terutama otaknya. Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa ada delapan fase pada penyalahgunaan NAPZA yaitu tahap kompromi, tahap coba-coba, tahap toleransi, tahap eskalasi, tahap habituasi, tahap adiksidepedensi, tahap intoksikasi, dan terakhir yaitu kematian.

6. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA

Ada lima bentuk penanggulangan masalah NAPZA, yaitu sebagai berikut Subagyo Partodiharjo, 2007: 100:

a. Promotif pembinaan

Progam ini ditujukan kepada masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal NAPZA. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berfikir untuk memperoleh 51 kebahagian semu dengan memakai NAPZA Subagyo Partodiharjo, 2007: 100. Bentuk progam diantara lain yaitu pelatihan dialog interaktif, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok usaha tani, dagang, bengkel, koperasi, kerajinan, dan lain-lain. Penekanan dalam progam promotif adalah peningkatan kualitas kinerja agar lebih bahagia dan sejahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya peringatan sepintas lalu Subagyo Partodiharjo, 2007: 100.

b. Preventif pencegahan

Progam ini ditujukan kepada masyarakat sehat belum mengenal NAPZA agar mengetahui seluk beluk NAPZA sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada upaya pencegahan diantaranya yaitu Subagyo Partodiharjo, 2007: 100-102: 1 Kampaye anti penyalahgunaan NAPZA 2 Penyuluhan seluk beluk NAPZA 3 Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya peer group 4 Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi NAPZA di masyarakat

c. Kuratif penyembuhan

Progam kuratif ditunjukan kepada pemakai dan penyalahguna NAPZA. Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibar dari pemakaian NAPZA, 52 sekaligus menghentikan pemakaian NAPZA. Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderita atau pemakai, meliputi Subagyo Partodiharjo, 2007: 102: 1 Penghentian pemakaian NAPZA. 2 Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian NAPZA detoksifikasi. 3 Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat NAPZA. 4 Pengobatan terhadap penyakit lain yang masuk bersamaan NAPZA penyakit yangtidak langsung disebabkan oleh narkoba seperti HIVAIDS, hepatitis BC, sifilis, pneumonia, dan lain-lain. Subagyo Partodiharjo 2007: 103 mengungkapkan bahwa pengobatan terhadap pemakai dan penyalahguna NAPZA tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan berbiaya mahal. Selain itu, kesembuhannya pun merupakan tanda tanya besar. Keberhasilan penghentian penyalahgunan NAPZA tergantung pada jenis NAPZA yang disalahgunakan, kurun waktu pemakaian, besar dosis NAPZA yang disalahgunakan, sikap atau kesadaran penderita, sikap dari keluarga penderita, dan hubungan penderita dengan sindikat pengedar.

d. Rehabilitatif pemulihan

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai NAPZA yang sudah menjalani progam kuratif. Tujuannya agar mereka tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian NAPZA 53 Subagyo Partodiharjo, 2007: 105. Ditambahkan oleh Subagyo Partodiharjo 2007: 106 rehabilitasi masyarakat memberikan bimbingan hidup berupa praktik keagamaan dan atau kegiatan- kegiatan produktif seperti olahraga, kesenian, pertanian, perbengkelan, perdagangan, dan lain-lain. Ada berbagai cara pemulihan.

e. Represif penindakan

Subagyo Partodiharjo 2007: 107 mendefinisikan progam represif adalah progam penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Progam ini merupakan progam instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong NAPZA. Semakin meluasnya peredaran gelap NAPZA di masyarakat diperlukan partisipasi masyarakat dalam membantu aparat terkait. Subagyo Partodiharjo 2007: 108 menambahkan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat diantaranya yaitu melaporkan, masyarakat diminta untuk melaporkan adanya kegiatan yang dicurigai terkait dengan penyalahgunaan, peredaran, maupun produksi NAPZA.

7. Masalah yang Dihadapi Mantan Penyalahguna NAPZA

Permasalahan seorang mantan pengguna NAPZA tidak ubahnya sama dengan manusia pada umumnya, secara garis besar individu yang memiliki pengalaman kelam dalam hidupnya tentunya juga sangat membutuhkan pertolongan bimbingan dan konseling guna membantu memecahkan masalah yang ada sehingga memungkinkannya memperoleh suatu makna 54 hidup dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan ini Mufarrohah, 2012: 21. Seorang mantan penyalahguna NAPZA yang kembali ke lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan kerja pada umumnya akan mengalami reaksi dan hambatan dalam berinteraksi. Hambatan tersebut berasal dari stigma negatif yang ada dalam masyarakat yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya relapse Ariskasuci N.K., 2008: 19. Masalah belum berhenti pada proses rehabilitasi NAPZA, tetapi dalam perjalanan kehidupan mantan penyalahguna NAPZA, akan datang sebuah fase dengan munculnya keinginan dan perasaan yang besar untuk kembali lagi menggunakan NAPZA. Somar, 2011 Ariskasuci N.K., 2008: 19 menjelaskan bahwa relapse yaitu kondisi yang terdapat pada mantan pecandu narkoba yang telah beberapa lama tidak memakai NAPZA kembali memakai dan terus memakainya. Selanjutnya Subagyo Partodiharjo 2007: 106 menambahkan bahwa relapse disebabkan oleh perasaan rindu dan keinginan yang kuat suggest akibat salah satu sifat NAPZA, yaitu habitual. Hasil penelitian Destrianita Stephani 2009: 1 menunjukan bahwa faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi relapse ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kepribadian dari mantan pecandu narkoba yang ekstrovert maupun introvert yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan bebas NAPZA, kesadaran untuk 55 kembali menggunakan NAPZA, perasaan gagal dan minder, dan kecenderungan mantan pecandu untuk menghindari masalah. Faktor eksternal meliputi kondisi keluarga yang tidak memiliki kedekatan hubungan dengan mantan pecandu, tersedianya fasilitas untuk kembali menggunakan NAPZA, dan tidak adanya dukungan keluarga, mentor pendamping, teman sebaya dalam menghindari NAPZA. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh seorang penyalahguna NAPZA belum berhenti sampai pada proses penyembuhan ketergantungan NAPZA, melainkan tantangan yang sebenarnya adalah ketika para mantan penyalahguna NAPZA kembali lagi ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Selain itu, mantan penyalahguna NAPZA akan dihadapkan pada keinginan untuk kembali menggunakan NAPZA relapse. Relapse dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal individu tersebut.

C. Tinjauan Tentang Dewasa Awal

BNN 2011: 4 mengungkapkan bahwa fakta yang sangat memprihatinkan adalah lebih dari 90 penyalahguna NAPZA adalah kelompok usia produktif, yaitu 15 – 34 tahun dan 90 dari kelompok “mencoba memakai” NAPZA adalah kelompok pelajar. Oleh karena itu pada pembahasan selanjutnya akan membahas lebih lengkap mengenai usia produktif dari berbagai pendapat dan sudut pandang.

1. Batasan Usia