Regulasi emosi Pengendalian implus Optimis

14 dari kesulitan dan memperbaiki pribadi seseorang. Selanjutnya Grotberg 1999: 3 mendefinisikan resiliensi sebagai kapasitas manusia untuk menghadapi, mengatasi, menjadi kuat, dan bahkan berubah karena pengalaman sulit. Individu yang resilien akan mampu untuk mengambil makna dari permasalahan yang ada dan mampu memperbaiki diri dari masalah yang dialami. Resiliensi bukan sebuah sulap, resiliensi tidak hanya ditemukan dibeberapa orang dan bukan pemberian dari sumber yang tidak diketahui. Semua manusia mempunyai kapasitas untuk menjadi resilien. Mereka dapat belajar bagaimana menghadapi kesulitan dalam kehidupan, mampu mengatasi kesulitan dan menjadi kuat karena hal tersebut. Dapat disimpulkan bahwa resiliensi atau daya lentur adalah kemampuan individu dalam mengatasi tantangan hidup dan menghadapi berbagai permasalahan serta kemampuan untuk bangkit dari pengalaman buruk dimasa lalu sehingga mampu melanjutkan hidup lebih baik dan optimis.

2. Aspek-Aspek Resiliensi

Menurut Reivich Shatte 2002: 33 menyatakan bahwa resiliensi mencakup tujuh aspek yaitu regulasi emosi, pengendalian implus, optimis, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan reaching out.

a. Regulasi emosi

Reivich Shatte 2002: 36 mendefinisikan regulasi emosi merupakan kemampuan tetap tenang dalam kondisi dibawah tekanan. 15 Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi mampu mengendalikan dirinya ketika cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam memecahkan suatu masalah. Meregulasi diri merupakan aspek penting yang dibutuhkan ketika akan membangun hubungan secara mendalam dengan orang lain, kesuksesan dunia kerja, dan menjaga kesehatan mental. Mengekspresikan emosi baik secara positif maupun negatif merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan secara tepat. Kemampuan mengekspresikan emosi secara tepat merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki individu yang resilien.

b. Pengendalian implus

Pengendalian implus merupakan kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, dan tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang Reivich Shatte, 2002: 39. Individu dengan pengendalian implus yang rendah akan sering mengalami perubahan emosi dengan cepat. Individu tersebut mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berperilaku agresif terhadap situasi kecil yang tidak terlalu penting sehingga lingkungan masyarakat disekitarnya menjadi kurang nyaman sehingga mendorong munculnya masalah dalam hubungan sosial. Terdapat keterkaitan antara kemampuan meregulasi emosi dan pengendalian implus, apabila individu memliki pengendalian implus yang baik maka regulasi emosinya juga baik begitu sebaliknya. 16

c. Optimis

Reivich Shatte 2002: 40 menyatakan bahwa individu yang resilien adalah individu yang optimis. Mereka percaya bahwa sesuatu dapat berubah dengan lebih baik. Individu mempunyai harapan dimasa depan dan percaya bahwa dapat mengontrol arah hidupnya. Individu yang optimis lebih sehat secara fisik, tidak mengalami depresi, lebih berprestasi di sekolah, lebih produktif dalam bekerja, dan lebih berprestasi dibidang olahraga. Optimis menunjukan bahwa individu mau melihat masa depan dengan percaya diri dan mendorong individu untuk menyelesaikan masalah yang muncul di masa yang akan datang.

d. Analisis penyebab masalah