Perlindungan Konsumen Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Baku

BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU OLEH DEVELOPER

PROPERTIES

A. Perlindungan Konsumen Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Baku

Dalam masyarakat khususnya dalam bidang bisnis, perjanjian baku sudah dikenal dan menjadi instrument utama dalam pelaksanaan perjanjian. Seperti yang kita ketahui bahwa perjanjian baku ini dalam pembuatannya tidak melibatkan pihak konsumen dan hanya berdasarkan keinginan produsen atau pelaku usaha. Pembuatan yang hanya bersifat sepihak ini menjadi kekhawatiran dalam masyarakat. Konsumen memiliki hak menerima atau tidak, namun pada umumnya tidak sedikit konsumen yang hanya menandatangani perjanjian tanpa berpikir panjang dan bahkan tidak memahami isi dari perjanjian. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kesewenangan pada pelaku usaha dalam membuat perjanjian baku. Pelaku usaha dapat melepaskan tanggung jawab dan bahkan melimpahkannya pada konsumen. Konsumen yang tidak memahami hal ini dapat menjadi korban. Pemerintah sendiri melihat ini mengeluarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 2, ada 5 lima asas perlindungan konsumen yaitu: a. Asas manfaat. b. Asas keadilan. Universitas Sumatera Utara c. Asas keseimbangan. d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen. e. Asas kepastian hukum. Dalam undang-undang ini jelas disebutkan hak dan kewajiban dari pelaku usaha serta hak dan kewajiban konsumen. Hal ini diharapkan agar antara pelaku usaha dan konsumen memiliki kedudukan yang seimbang. Perlindungan konsumen sendiri bertujuan untuk: a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang danatau jasa; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. Namun yang menjadi kekhawatiran adalah pengaturan mengenai perjanjian baku itu sendiri tidak dibuat secara khusus. Pengaturan perjanjian baku dapat kita temui hanya pada beberapa pasal saja. Hal ini lah yang menjadi masalah dalam pemakaian perjanjian baku dalam kegiatan sehari-hari. PT. Multi Cipta Property sebagai salah satu developer property juga menggunakan perjanjian baku dalam melakukan pengikatan perjanjian jual beli dengan konsumen. Perjanjian baku ini telah digunakan dari awal kegiatan jual beli perusahaan ini. PT. Multi Cipta Property sendiri dalam penggunaan perjanjian baku menyatakan bahwa perjanjian baku sudah alami digunakan dalam kegiatan karena kepraktisannya. Universitas Sumatera Utara Dengan penggunaan perjanjian baku ini dikatakan lebih menghemat waktu dan sampai sekarang tidak mendapat complain dari konsumen. Bapak Harry Halomoan, S.E, sebagai Direktur Utama PT. Multi Cipta Property menerangkan bahwa perjanjian baku yang dibuat perusahaannya tidak memberi beban bagi konsumen. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa dalam pembuatannya beliau membaca dan meneliti isi dari perjanjian baku yang akan digunakan, dan tidak melakukan penyalahgunaan kesewenangan posisi sebagai pelaku usaha. Perjanjian baku yang dibentuk hanya berupa perjanjian umun terkait perjanjian jual beli khususnya dalam bidang perumahan. Keadaan-keadaan yang mengakibatkan sanksi hanya apabila konsumen menyalahgunakan hak nya dan melakukan wan prestasi. Sehingga perjanjian ini dapat disebut sebagai perjanjian dengan kesepakatan win-win solution. Dimana pelaku usaha menjual dan menerima hak nya, dan sebaliknya konsumen dapat menikmati dengan melakukan kewajibannya. Mengenai perlindungan konsumen atas pengadaan perjanjian baku dalam jual-beli perumahan ini, dijelaskan bahwa perjanjian baku yang dibuat sama sekali tidak memiliki unsur memberatkan konsumen. Konsumen juga diberikan kesempatan membaca dan menelaah isi dari perjanjian baku itu sendiri. Apabila terdapat hal-hal yang tidak dimengerti pihak PT. Multi Cipta Property menerangkan bahwa mereka bersedia menjelaskan dan menerangkan isi dari perjanjian. Universitas Sumatera Utara PT. Multi Cipta Property sendiri menganut paham yang menyatakan “pembeli adalah raja”. Dalam bidang bisnis dan ekonomi paham ini adalah paham utama dan sangat penting diaplikasikan dalam melakukan usaha perdagangan. Berasaskan pada paham ini PT. Multi Cipta Property tidak memiliki unsur atau niat merugikan konsumen dan hanya melakukan bisnis yang sehat. Perlindungan konsumen yang diberikan diterangkan pihak PT. Multi Cipta Property memang tidak secara langsung, namun dipastikan dalam pembuatan perjanjian jual-beli pihak PT. Multi Cipta Property juga memperhatikan sisi konsumen. Sebagai pelaku usaha PT. Multi Cipta Property menerangkan mengerti akan persaingan bisnis yang sehat dan menerapkannya dalam melakukan bisnis. Oleh karenanya adapun kaitannya dengan konsumen secara terbuka dijelaskan bahwa PT. ini melakukan bisnis yang jujur dan tidak menyalahgunakan kuasa dalam pembuatan perjanjian.

B. Keabsahan Perjanjian Baku