Prosedur Pembuatan Perjanjian Baku

C. Prosedur Pembuatan Perjanjian Baku

Perjanjian baku seperti yang kita ketahui adalah perjanijan yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha tanpa adanya campur tangan pihak konsumen. Karenanya perjanjian baku disimpulkan sebagai perjanjian ‘take it or leave it’, artinya pihak konsumen hanya dapat memilih menerima atau tidak suatu perjanjian baku, diluar dari mengatur isi perjanjian itu. Perjanjian baku itu sendiri dikenal ada 3 tiga jenis, yakni: a. Perjanjian baku sepihak, dimana perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat lazimnya adalah pihak kreditur. b. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah perjanjian baku yang isinya ditetapkan oleh Pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya terhadap perjanjian yang berhubungan dengan objek hak-hak atas tanah. c. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan Notaris atau Advokat adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang meminta bantuan Notaris atau Advokat bersangkutan. PT. Multi Cipta Property sebagai salah satu perusahaan developer perumahan menggunakan perjanjian baku dalam kegiatan usaha nya. Menurut Direktur PT. Multi Cipta Property, menyatakan bahwa perjanjian baku yang digunakan perusahaan adalah perjanjian baku yang dibuat oleh pihak developer perusahaannya sendiri. Universitas Sumatera Utara Pemilik PT. Multi Cipta Property menerangkan bahwa perjanjian baku yang digunakan perusahaan adalah perjanjian baku yang dikeluarkan oleh pihak nya sendiri. PT. Multi Cipta Property dalam membuat isi perjanjian secara dasar dan umum melihat daripada perjanjian yang umumnya dibuat oleh kalangan pelaku usaha khususnya bidang developer. Notaris sendiri dalam membentuk perjanjian baku, menggunakan standar umum perjanjian baku yang digunakan oleh kalangan developer properties. Hal ini lah yang menjadi dasar bagi PT. Multi Cipta Property dalam membuat perjanjian. Artinya, seperti yang dijelaskan Mariam Badrulzaman, bahwa perjanjian baku yang dibentuk oleh Notaris adalah perjanjian baku yang konsep nya telah dibuat terlebih dahulu untuk memenuhi permintaan. Pemilik PT. Multi Cipta Property sendiri menyatakan bahwa sekalipun pihak nya membuat perjanjian ini dan mendasarkan pada ketentuan yang umum dituangkan oleh Notaris, namun sebagai pemilik dan pelaku usaha beliau ikut andil dalam membentuk perjanjian baku. Beliau mengatakan bahwa sebelumnya telah jelas dinyatakan bahwa perjanjian baku yang diminta perusahaan adalah perjanjian baku yang bersifat adil dan tidak bersifat merugikan konsumen. Pihak yang dimintakan membuat perjanjian baku juga telah memahami dan mengerti bagaimana suatu perjanjian baku seharusnya dibuat, dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban dari konsumen dan hak kewajiban perusahaan sendiri, sehingga tidak memberikan dampak kerugian bagi konsumen. Pemilik PT. Multi Cipta Property menyatakan bahwa sekalipun perjanjian baku diberikan kuasa kepada satu pihak dalam hal ini bagian pemasaran Universitas Sumatera Utara perusahaan dalam pembentukannya, namun beliau akan tetap melihat dan membaca isi dari perjanjian yang dibentuk, dimana agar tidak terjadi suatu kesalahan yang mungkin saja malah mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan. Perjanjian baku yang dibuat adalah perjanjian baku yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan sesuai standar Perjanjian Jual Beli PJB pada umumnya. Sekalipun perjanjian baku dibentuk oleh satu pihak, namun dari penerangan yang diberikan oleh pihak PT. Multi Cipta Property, bahwa suatu perusahaan seperti PT. Multi Cipta Property itu sendiri adalah perusahaan yang menjunjung etika perdagangan sehat. Dalam kehidupan bisnis sekarang ini, semakin banyaknya perusahaan yang muncul mengakibatkan munculnya persaingan tidak sehat dan merugikan konsumen. Namun, perusahaan-perusahaan yang memilih menjaga nama baik dan kualitas akan mengambil jalan sportif dan bersaing sehat. Sehingga, meskipun perjanjian yang digunakan adalah perjanjian baku, namun tetap mengikuti aturan perundang-undangan dan tidak mengambil suatu tindakan untuk menyalahgunakan keberadaan perjanjian baku itu sendiri. Sejak keluarnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka keberadaan konsumen diharapkan akan lebih dihargai dan kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen semakin seimbang. Pelaku usaha diharapkan mengetahui dan memahami peraturan yang telah ditetapkan dan dikeluarkan pemerintah. Terkhusus mengenai perjanjian baku, pelaku usaha, pihak Notaris, mapun pihak pemerintah diharapkan lebih adil dan mengikuti aturan peraturan Universitas Sumatera Utara yang ada dalam pembuatan perjanjian, sehingga diharapkan dapat mengurangi adanya pengalihan tanggung jawab maupun kerugian konsumen.

D. Keberadaan Perjanjian Baku dalam Masyarakat