58 mengikuti diklat maupun pengalaman yang diperoleh ketika sudah
bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh “Rj” selaku instruktur pelatihan yaitu:
“Peran instruktur disini selain sebagai motivator ya juga sebagai teman kerja dengan warga binaan dalam pelaksanaan
pelatihan…”
Hal serupa juga diungkapkan oleh “Sd” yang merupakan instruktur pelatihan keterampilan pertukangan kayu,bahwa:
“Sebagai instruktur pelatihan harus dapat memberikan motivasi pada para warga binaan serta sebagai partner dalam pelatihan
ketrampilan ini, agar warga binaan dapat mengikuti pelatihan dengan baik dan semangat tentunya.”
Saudara “En” juga mengatakan: “instruktur pelatihan berperan dalam memberikan motivasi dan
teman kerja bagi WB mbak…”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran instruktur dalam pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP
Klas IIA Yogyakarta adalah sebagai motivator dan partner atau teman kerja.
3. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Pertukangan Kayu
Dalam pelaksanaan pelatihan ketrampilan pertukangan kayu, terlebih dahulu instruktur melakukan persiapan dengan menyiapkan
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pelatihan, meliputi; materi yang akan disampaikan pada warga binaan atau
peserta pelatihan, penyediaan spidol untuk penjelasan materi dan hand out
59 serta peralatan pertukangan kayu yang akan dipraktikan oleh warga binaan
yang telah mengikuti pelatihan. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
a. Lokasi Penyelenggaraan Pelatihan Ketrampilan
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, tempat pelatihan keterampilan pertukangan kayu bagi WBP
diselenggarakan di ruang keterampilan pertukangan kayu bengkel kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta.
b. Waktu Pelaksanaan
Pelatihan keterampilan pertukangan kayu sudah ada sejak 7 Juli 2008. Bimbingan dan latihan kerja pertukangan kayu dilaksanakan
selama hari kerja dari hari senin sampai jumat. WBP yang baru mengikuti pelatihan keterampilan pertukangan kayu, bimbingan dan
latihan kerja dimulai tanggal 1 Maret 2010. Bimbingan dan pelatihan keterampilan pertukangan kayu ini dilakukan setiap hari kerja oleh
instruktur di LP Klas IIA Yogyakarta. c.
Interaksi Instruktur dengan Warga Binaan Interaksi merupakan bentuk komunikasi dan kerjasama yang
dijalin dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, interaksi yang dijalin oleh
instruktur dengan warga binaan atau peserta pelatihan lumayan baik. Instruktur mau menjelaskan kembali semua materi yang tidak
dimengerti oleh warga binaan. Selain itu instruktur juga
60
mengedepankan prinsip “friendly” atau instruktur boleh dianggap
sebagai teman sendiri oleh semua peserta pelatihan. Seperti yang di ungkapkan oleh “Sy” selaku warga binaan yang mengikuti pelatihan
keterampilan pertukangan kayu, yaitu: “Kalau hubungan dengan instruktur pelatihan sendiri baik mbak,
palah akrab. Instruktur kami anggap seperti teman jadi bisa tanya-tanya kalau kita sedang mengalami kesulitan.”
Hal serupa diungkapkan juga oleh “Wt” salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan keterampilan pertukangan kayu,
yaitu: “…Interaksi dengan instruktur di sini baik mbak, palah kayak
teman sendiri.”
Saudara “As” juga mengungkapkan hal yan sama, bahwa: “interaksi saya dan teman-teman dengan instruktur baik mbak,
seperti teman sendiri dan saya juga dapat bertanya-tanya dengan tidak merasa sungkan..”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjalin antara instruktur dan warga binaan dalam
pelatihan keterampilan pertukangan kayu di LP Klas IIA Yogyakarta sangat baik.
4. Materi Pelatihan